3 | Location Unknown

"KENAPA dia berubah? Sejak kapan?"

Pertanyaan itu terlontar di sela sinar senja yang menghangatkan wajah mereka. Siluet dua manusia duduk bersisian ditampilkan pasir pantai, sinar jingga mengelilingi mereka. Hangat, seolah mencerminkan suasana percakapan serius yang akan kembali terjalin di antara mereka. Masih soal Gery dan perilaku impulsifnya.

Dee menoleh, "He always is, Sel. Dia sejatinya nggak pernah normal."

Jawaban itu membisukan Axel. Teringat olehnya, memori kebersamaan mereka sebagai teman sekelas saat kuliah. Sesungguhnya, Axel memang tak terlalu akrab dengan Gery, tapi teman tetaplah teman. Yang setiap hari tahu interaksinya dengan orang lain, yang beberapa kali mengobrol panjang dengannya. Axel mengingat Gery sebagai orang normal.

"He obsessed with me, Gery mengakuinya. Sayangnya, dalam pikirannya aku ini tahanan."

Axel bisa membayangkannya. "Tapi dia ngaku soal itu?"

"Mengaku," Dee mengangguk, "dengan bangganya." Kemudian, helaan napas berat terdengar dari Dee. "Dia sempat berusaha lepas, panggil psikiater dan lain-lain ... tapi itu cuma bertahan dua bulan."

"Kenapa?"

Dee menoleh, seakan dengan itu Axel bisa menemukan jawaban atas pertanyaan singkatnya. Perempuan itu tersenyum tipis, miris, lalu tertunduk. "Dia dibunuh, pake obat tidur, di apartnya. Mungkin ada perkataan psikiater itu yang mengganggu Gery."

Axel semakin membisu mendengar kesaksian itu, apalagi ketika menyadari ada beberapa memar tipis di bagian leher dan tulang pipi Dee. Seperti habis dicengkeram.

"Dia nggak tau kalau aku tau, kok." Menatap laut, Diana lanjut menjelaskan, "Aku iyakan aja waktu dia bilang dokternya lagi nggak bisa datang. Tingkah Gery mulai normal waktu itu--itulah kenapa aku percaya. Sampai beberapa hari kemudian aku dengar dari temanku soal dokter itu. Meninggal karena overdosis obat tidur."

"Sejak saat itu, sikap Gery makin buruk. Dia mulai banyak party ... karena kebetulan bisnisnya lagi melejit juga. Pergi-pergi ke luar kota, main perempuan. Saat pulang ke rumah, he's become a beast. Sampai suatu hari dia ajak aku ke Bali. Pembukaan outlet distronya di sana."

Cerita terhenti. Diana menoleh, kembali mengekspresikan 'aku rasa kamu tahu cerita selanjutnya' itu lagi.

Raut wajah pasrah itu membuat Axel mengembuskan napas. Dalam posisi berdirinya sekarang, lututnya lemas. Ya, dia tidak bodoh. Axel sudah paham cerita lengkapnya.

"Menikahi dia selama empat tahun, rasanya bahagiaku cuma setahun. Setelah itu, semuanya mimpi buruk."

Hening. Yang Axel sadari selanjutnya dari cerita Diana adalah ada sedikit perasaan tak rela saat menyebut tiga tahun pernikahannya dengan mimpi buruk. Diana rindu Gery-nya yang dulu. Gery-nya yang manis. Pandangan perempuan itu yang terlempar ke laut menyiratkan kesakitan dan kerinduan, terlihat menyesakkan.

"Padahal lo bisa pergi begitu tau sifat asli Gery."

"Aku cuma percaya setiap orang bisa berubah. Selama pacaran sikapnya juga manis---kamu kan tau."

"Tapi akhirnya lo yang babak belur begini, Dee."

"Iya," Diana tertawa pelan, tawa yang penuh kecewa, "aku goblok memang."

Axel segera tak setuju dengan ucapan itu. "Lho? Bukan gitu maksud gue---"

"That's from me. Aku memang bodoh, setiap Gery minta maaf setelah dia aniaya aku, i melted like a goddamn chocolate ice cream. Dia bersikap manis sampai dimaafin. Bodohnya, aku percaya dan terus percaya."

Dee terkekeh, begitupula dengan Axel. Entah apa yang Diana rasakan saat menceritakan semua ini, yang jelas Axel tahu takdir telah mempermainkan Diana sejak lama sekali.

"Sampai empat tahun lamanya."

"Empat tahun, ya .... Sekarang, this toxic relationship is killing me."

"I won't let you."

Karena perkataan yakin itu, Diana menoleh. Axel lekas mempertahankan pandangan meyakinkannya pada sepasang manik mata cemerlang itu. "Mumpung deadline yang urgen banget udah kelar, gue temenin lo self healing di sini. Kita liburan. Liat orang-orang, liat interaksi mereka. Itu yang lo butuhkan, kan?"

Menjawabnya, Diana menunduk, "Aku nggak yakin. Keramaian nggak pernah terlalu jadi sahabatku."

"Jadi, lo pengen stay di hotel aja ditemenin Theo dan Beny? Besok ada paket trip ke Pantai Pink, lho."

Kali ini Dee meragu. Ia menggigit bibir, menahan jawaban untuk keluar terlalu cepat.

"Ayolah, temenin gue, ya?"

Axel merapalkan doa dalam hati, mau ... mau ... mau ... mau ... m---

"Oke."

Senyum lebar terbit di bibir berkumis tipis itu. "No gadget, ya!"

Jawabannya, Dee hanya mengisyaratkan kata 'oke' dengan jemarinya. Jawaban yang sederhana, tapi melegakan.

Dan, entah bagaimana amarah pada Gery lenyap seketika karena persetujuan itu. Sisa harinya terasa seperti bertahun-tahun yang lalu, saat pertama kalinya Diana mengiyakan ajakan jalannya ke sebuah tempat rekreasi di ketinggian Bandung.

Mentari meredup, bersembunyi di balik laut. Petang kemudian menemani mereka kembali ke hotel, langsung disambut dua set makan malam di kamar masing-masing.

Mereka tidak saling menghampiri atau melakukan panggilan video. Setelah memastikan Dee memakan makanannya, Axel baru masuk kamar.

Di ruangannya, sambil menyantap makan malam, lelaki itu membagi fokusnya pada dua hal: melacak pergerakan akun media sosial Gery, dan susunan rencana trip istimewanya dengan Dee besok.

Tiba-tiba balon percakapan muncul di ponselnya. Dari Gery. Pucuk dicinta, ulam pun tiba.

**Gery:

Malam, Sel. How r u?

^^^^^^Axel:^^^^^^

^^^^^^Hai, fine fine, as always. ^^^^^^

^^^Ada apa, Ger**?^^^

Gery:

Boleh gue telepon?

...*...

"Permisi, Mbak."

Pukul 8 malam, yang ia lakukan adalah menyapa meja resepsionis dengan membawa serta tas punggunya. Axel rapi, seperti sudah mau kembali lagi ke Jakarta. Tentunya, telepon tadilah penyebabnya.

Resepsionis berumur 20-an tersenyum kepadanya. "Iya, ada apa, Pak?"

"Saya mau check out malam ini, bisa?"

"Atas nama siapa?"

"Axel Adiputra."

Si resepsionis terlihat mencari namanya di laptop. Begitu menemukan nama yang dimaksud, gadis itu memandang Axel dengan heran. "Maaf, Bapak baru check in hari ini, dan dijadwalkan dapat trip besok. Kenapa sudah mau check out, Pak?"

"Ada kerjaan di Jakarta." Axel beralasan. "Mendadak, baru ditelepon bos tadi."

"Ah, baik." Si resepsionis terlihat memproses permintaannya. "Tapi kena charge 200 ribu, ya, Pak. Gak papa? Itu untuk pembatalan trip satu kursi."

"Gak papa."

"Baik." Kemudian penghitungan segera diproses. "Jadi semuanya 700 ribu, ya, Pak. Menginap semalam."

Axel menyodorkan kartu kreditnya. Tak lama, transaksi itu selesai. Ia pergi dari sana, tanpa diketahui Diana.

Namun, sebenarnya Axel tak kembali ke Jakarta. Ia tetap di Flores, menyewa motel di sana. Memutuskan tinggal dekat dengan warga demi kepentingan rencananya.

......***......

"Kenapa ke sini, deh? Dari sekian banyak tempat malam mingguan di Bandung, kenapa Cartil? Bisa aja kamu ajak aku ngopi lagi di Gedogan atau di mana gitu? Makan ramen atau ngapain. Kenapa malah ke Cartil?"

"Pertama, gue lagi bokek."

"Gak ada yang nyuruh kamu bayarin aku juga, kan?"

"Kedua, semua tempat yang lo sebutin tadi nggak ada hijau-hijaunya. Mau ke Lembang, kejauhan."

Kekehan pelan lolos dari Diana. Ia mencolek suiran ayam penyetnya ke sambal, memulai makan. "Tapi ini juga jauh, kan."

"Seenggaknya gak sampai 48 kilo, Dee!" Axel mengeluarkan tampang memprotesnya. "Siapa coba yang kemaren bilang mau ke Cartil?"

"Nanti, pas lulus. Bukan setelah UN, dih. Belom pantes seneng-seneng sekarang, tau."

"Yaudah," Axel mengangkat bahu, "buat gue udah. Dengan bisa tiba-tiba jadi serajin lo belajar buat UN, itu udah poin plus yang patut dirayakan."

Diana tidak membalas lagi. Ia hanya tersenyum melihat tingkah Axel, melanjutkan makan.

"Jadi mau lanjut di UI, Dee?"

"Yep. Semoga nilaiku nggak kalah saing."

"Yah, kita LDR dong?"

Tampang jijik dikeluarkan Dee begitu saja. "Kapan kita pacarannya, ya, btw?"

"Kan long distance relationship, bukan long distance lover-relationship." Axel mendengkus, wajahnya malas sekarang. "LDR ga selalu antarpasangan."

Tapi, kemudian wajah tak berkacamata itu berubah dengan cepat menjadi jenaka, lucu. "Tapi kalau lo mau, bolehlah. Ayo, jadian."

"Yuk."

"Beneran?"

Dee mengangguk, mencuci jemari kanannya dengan air kobokan. "You're not bad afterall."

Tanpa mempedulikan makna ledekan yang terselubung dalam ucapan itu, Axel membalas usai menyesap cappucinonya, "Yaudah, gue nyusul ke UI kalo gitu. Pake SBM, mandiri, atau apalah nanti."

"Kok? Memangnya nilai kamu nggak sampe?"

"Kalau nggak lulus via SNMPTN. Kayaknya sih ngepas kalau lulus juga."

Dee menyeruput teh hangatnya dulu sebelum menjawab, "Semangat kalau begit--"

DAR!

"AXEL!"

Bunyi pistol memotong perbincangan. Selongsong peluru menembus bahu Axel dengan cepat. Dari sosok yang dikenalinya.

Membangunkannya.

Suasana mencekam.

.............

.......

......BERSAMBUNG ..........

Terpopuler

Comments

Dinda Natalisa

Dinda Natalisa

Hai author aku mampir nih kasih like jangan lupa mampir di novel ku "menyimpan perasaan" mari saling mendukung.

2021-03-08

1

lihat semua
Episodes
1 PROLOG | TLMS
2 1 | New Dawn
3 2 | Ga(e)mbli(u)ng
4 3 | Location Unknown
5 4 | The Meeting
6 5 | Victim
7 6 | Hell on Earth
8 7 | Something in Between
9 8 | City of Light
10 9 | Home
11 10 | Leftlovers
12 11 | Leave Out All The Rest
13 12 | Reasons
14 13 | Protection? Custody!
15 14 | Night Changes
16 15 | Fix You
17 16 | Come Over
18 17 | Look Closely
19 18 | Mr. Sun
20 19 | Promises
21 20 | Alone
22 21 | Battle Day
23 22 | Thank You Notes
24 23 | Deep Talk
25 24 | Underwater
26 25 | Broken Vow
27 26 | Sides
28 27 | Precious
29 28 | Joy of Life
30 29 | Remember When
31 30 | Jar of Hearts
32 31 | Long Distance
33 32 | For The Last Time
34 33 | Hall of Fame
35 34 | CEO Daily Life
36 35 | Lost Stars
37 36 | Beautiful Side of Pain
38 37 | Good Girl Syndrom
39 38 | Fresh Start
40 39 | Acceptance
41 40 | Chaos Walking
42 41 | Missing
43 42 | Brothers
44 43 | Unlock The Key
45 44 | Cage
46 45 | Worst Night
47 46 | In The Meantime
48 47 | Liar
49 48 | Truth or Dare
50 49 | Dawn Together
51 50 | Visitors
52 51 | Mindless Mind
53 52 | Realizing
54 53 | Unrealistic Plan
55 54 | Day Of Honesty
56 55 : New Sight
57 56 : Unpredictable First Night
58 57 : In The Rain
59 58 : Fair Play
60 59 : Not Fair
61 60 : At My Worst
62 61 : Philophobia
63 62 : Wishlist
64 63 : Stupid Confession
65 64 : Unbreakable Decision
66 65 | Hopes
67 66 | Havana
68 67 | Boundaries
69 68 | Sorrow
70 69 | Be Open
71 70 | Not The Right Time
72 71 | The Court
73 72 | After Hours
74 73 | Family Meeting
75 74 | Lovely Conversation
76 75 | Plan
77 76 | Evindent Evindence
78 77 | The Truth
79 78 | Far
80 79 | Your Perfect
81 80 | Making New Memories (?)
82 81 | Tight
83 82 | Saviour
84 83 | Be Here
85 84 | Home Without You
86 85 | Memories
87 EPILOG | TLMS
88 EXTRA. 1 | Griefing
89 EXTRA. 2 | From Bajo With Love
90 EXTRA. 3 | Graduation Caps
Episodes

Updated 90 Episodes

1
PROLOG | TLMS
2
1 | New Dawn
3
2 | Ga(e)mbli(u)ng
4
3 | Location Unknown
5
4 | The Meeting
6
5 | Victim
7
6 | Hell on Earth
8
7 | Something in Between
9
8 | City of Light
10
9 | Home
11
10 | Leftlovers
12
11 | Leave Out All The Rest
13
12 | Reasons
14
13 | Protection? Custody!
15
14 | Night Changes
16
15 | Fix You
17
16 | Come Over
18
17 | Look Closely
19
18 | Mr. Sun
20
19 | Promises
21
20 | Alone
22
21 | Battle Day
23
22 | Thank You Notes
24
23 | Deep Talk
25
24 | Underwater
26
25 | Broken Vow
27
26 | Sides
28
27 | Precious
29
28 | Joy of Life
30
29 | Remember When
31
30 | Jar of Hearts
32
31 | Long Distance
33
32 | For The Last Time
34
33 | Hall of Fame
35
34 | CEO Daily Life
36
35 | Lost Stars
37
36 | Beautiful Side of Pain
38
37 | Good Girl Syndrom
39
38 | Fresh Start
40
39 | Acceptance
41
40 | Chaos Walking
42
41 | Missing
43
42 | Brothers
44
43 | Unlock The Key
45
44 | Cage
46
45 | Worst Night
47
46 | In The Meantime
48
47 | Liar
49
48 | Truth or Dare
50
49 | Dawn Together
51
50 | Visitors
52
51 | Mindless Mind
53
52 | Realizing
54
53 | Unrealistic Plan
55
54 | Day Of Honesty
56
55 : New Sight
57
56 : Unpredictable First Night
58
57 : In The Rain
59
58 : Fair Play
60
59 : Not Fair
61
60 : At My Worst
62
61 : Philophobia
63
62 : Wishlist
64
63 : Stupid Confession
65
64 : Unbreakable Decision
66
65 | Hopes
67
66 | Havana
68
67 | Boundaries
69
68 | Sorrow
70
69 | Be Open
71
70 | Not The Right Time
72
71 | The Court
73
72 | After Hours
74
73 | Family Meeting
75
74 | Lovely Conversation
76
75 | Plan
77
76 | Evindent Evindence
78
77 | The Truth
79
78 | Far
80
79 | Your Perfect
81
80 | Making New Memories (?)
82
81 | Tight
83
82 | Saviour
84
83 | Be Here
85
84 | Home Without You
86
85 | Memories
87
EPILOG | TLMS
88
EXTRA. 1 | Griefing
89
EXTRA. 2 | From Bajo With Love
90
EXTRA. 3 | Graduation Caps

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!