100 Days
"Apa yang kau lakukan ?!" Teriakan Isabel tertahan.
"Menghilangkan jejak orang lain di bibirmu." Jawab Aiden menahan luapan api cemburunya.
Isabel terperangah mendengarnya. Apa-apaan dia ? Aiden boleh memakinya, bahkan memukulnya. Tapi kenapa justru itu yang dilakukan Aiden ?
Dan apa katanya tadi ? Menghilangkan jejak orang lain ? Tuhan, sadarkanlah Aiden ! Hubungan keduanya sudah berakhir. Harusnya dengan siapapun Isabel berciuman, Aiden tidak mempunyai hak untuk marah.
"Kita sudah berakhir, Aiden. Hentikan omong kosongmu ! Kau sudah menikah dan.....dan sebentar lagi kau akan menjadi seorang ayah." Isabel meremas rambutnya frustasi.
"Aku mencintaimu, Isabel. Aku tahu betul siapa dirimu. Aku tahu kau melakukannya hanya untuk membuatku menjauhimu. Dan itu tidak akan berhasil. Karena aku tidak akan berhenti mencintaimu." Aiden mendorong tubuh Isabel hingga merapat pada dinding. Kedua matanya menunjukkan kilat amarah yang berapi-api.
"Tidak, Aiden ! Kau salah. Aku melakukannya karena aku menginginkannya." Sanggah Isabel. "Aku menyukai Eric." Akunya kemudian.
Aiden tersenyum miring. Dia mengusap wajahnya dengan kasar. "Kau tidak pandai berbohong, Bells. Aku masih bisa melihat cinta di matamu untukku. Aku tidak sebodoh itu untuk mempercayai ucapanmu."
"Ya, memang perasaanku terhadapmu belum sepenuhnya hilang. Tapi kau harus menerima kenyataan kalau aku mulai membuka hatiku untuk orang lain. Kau harus menerima kenyataan kalau ternyata cintaku untukmu tidak sekuat yang sering kita bicarakan. Aku sudah mulai bisa melupakanmu, Aiden. Aku menyukai Eric. Tidakkah kau berpikir, waktu yang kami habiskan bersama selama ini sudah cukup untukku mengikis perasaanku terhadapmu. Kebersamaanku dengannya yang membuatku mulai menyukainya. Terimalah kenyataan, Aiden. Kau juga harus mulai membuka hati untuk istrimu. Dialah yang seharusnya kau cintai. Di dalam rahimnya ada anakmu. Darah dagingmu. Dia tidak pantas kau perlakukan seperti ini. Dia pantas mendapatkan cintamu."
Entah mendapatkan kekuatan dari mana, kalimat panjang lebar itu meluncur begitu saja dari mulut Isabel sampai dia terengah-engah.
Aiden semakin mengeratkan giginya. Urat di pelipisnya yang berkedut dan rahang yang keras menandakan kalau dia sedang sangat marah saat ini. Ucapan Isabel terasa seperti ribuan belati yang ditancapkan dalam jantungnya.
Mulut Aiden bungkam. Dia tidak bisa membalas ucapan Isabel karena ucapan itu benar. Dia tidak bisa menyangkal apapun yang dikatakan Isabel.
"Aargghh....!" Teriakan Aiden tertahan. Semarah apapun dia, dia masih sadar dimana posisinya saat ini. Dia tidak ingin orang lain mendengarkan pertengkaran mereka.
Aiden mencengkeram rambutnya frustasi lalu dia meninju dinding dengan sangat keras.
Isabel memekik saat Aiden menghantamkan kepalan tangannya ke dinding dengan tenaga penuh. Ini adalah pertengkaran besar pertamanya dengan Aiden. Dan ini akan jadi pertengkaran terakhir mereka karena setelah ini Isabel sudah membulatkan tekad untuk benar-benar melupakan Aiden.
Dengan nafas terengah-engah Aiden membuka pintu ruang loundry dengan kasar. Dia keluar dengan membanting pintu itu cukup keras. Isabel berjengit karena suara debuman pintu yang menyentak jantungnya.
Bukan. Bukan suara pintu itu yang menyentak jantungnya. Tapi kemarahan Aiden. Isabel tidak pernah melihat Aiden semarah ini.
Tubuh Isabel merosot ke lantai. Dia menyugar rambut dengan kasar lalu mencengkeramnya. Rasa sesak dalam dada membuat air matanya tidak terbendung lagi.
"Aku mencintaimu Aiden. Tapi aku harus melakukannya." Gumam Isabel dalam Isak tangisnya.
Sesakit apapun itu, Isabel siap menanggungnya. Dia sudah sangat yakin dengan pilihannya karena ini adalah pilihan yang paling tepat menurutnya.
Seseorang yang sedari tadi berdiri di sudut dapur tersenyum masam. Dia mendengar semuanya. Dia mengetahui apapun yang kedua orang itu bicarakan di ruang loundry. Dia mencengkeram gelas ditangannya hingga pecah. Darah segar pun merembes melalui goresan kaca ditangannya.
*
*
*
*
*
*
*
Hallo genkz.....!
Sesuai janji aku kemarin ya. Aku mau kasih visual tokoh 100 Days.
Semoga feel ketika baca novel aku bisa tambah dapet setelah lihat visual tokohnya.
*Dakota Fanning as Isabel Bennings
Dari awal memunculkan tokoh Isabel Bennings di HNIH, yang ada di bayanganku tu ya gadis cantik ini.
Disini Isabel adalah gadis yang keras kepala tapi sedikit manja. Dia juga bisa bersikap dewasa dan cukup asyik diajak mengobrol. Karena look nya yang babyface banget membuat banyak orang mengira kalau dia masih umur belasan tahun.
*Jake Abel as Aiden
Gimana ? cocok gag mereka ?
Cocok gag cocok ya di cocokin aja ye....hehehe.
Aiden ini adalah laki-laki yang setia dan mempunyai prinsip. Meskipun tidak begitu romantis, tapi dia cukup tau cara membuat gadisnya melihat betapa besar cinta yang dia miliki.
Selamat membaca dears...! Jangan lupa tekan ikon ♡ agar bisa terus update episode-episode baru 100 Days.
Like dan vomment nya selalu ditunggu.
Enjoy the story
See you next part, Love.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 156 Episodes
Comments
Leska Puspita
mf thor namanya aiden...tapi kok aku bacanya andin....hehehe
2020-12-01
0
Ety Purn@w@ty
👍👍👍👍👍
2020-07-23
2
Evi Novianti
visualnya kurang thor,apalagi aiden kurang greget..kliatan bocah banget.😅
2020-07-20
0