Cinta Seorang Gadis Miskin
Gadis kecil berumur 12 tahun sedang menangis histeris, melihat jasad kedua orangtuanya yang pergi meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya.
Kepergian orangtuanya begitu mendadak, baru beberapa jam yang lalu Azizah temu kangen bersama kedua orangtuanya yang selama beberapa Minggu pergi bekerja. Rasa bahagia yang amat teramat senang akhirnya pupuslah sudah, kebahagiaan itu kini berubah menjadi sangat pahit.
“Ibu.. Bapak.. jangan tinggalkan Azizah, jangan tinggalkan Azizah sendirian.” teriak Azizah pada kedua orang tuanya yang terbujur kaku disalah satu Rumah Sakit di Surabaya.
Banyak mata pasang yang melihat kejadian tersebut. Ada yang sedih dan ada pula yang tak perduli.
Azizah sangat terpukul dengan kepergian orang tuanya baru beberapa jam ia bersama kedua orangtuanya kini ia harus ikhlas lahir batin ditinggalkan untuk selamanya akibat kecelakaan.
“Kamu yang sabar ya nak, Allah pasti punya rencana lain untuk Azizah,” ucap Darmi yang tidak lain adik dari ibunya.
“kenapa Allah jahat bi, kenapa Allah mengambil ibu dan bapak,” ucap Azizah dengan suara hampir habis akibat menangis.
“Allah mbonten jahat ndok, Allah sayang Karo awakmu,” ( Allah tidak jahat nak, Allah sayang sama kamu) terang Darmi sambil memeluk keponakan kesayangannya.
“Azizah mau ikut bapak sama ibu bi, Azizah tidak mau sendirian,” ucap Azizah.
“Ya Allah ndok, mbonten pareng ngomong ngono kae. enek bibi sing bakal baturi awakmu ndok,” ( Ya Allah ndok, tidak boleh bicara seperti itu ada bibi yang bakal nemenin dirimu nak),” ucap Darmi sedih.
Azizah hanya menangis meratapi takdir yang telah Allah tetapkan.
“Mari Azizah kita pulang, agar bapak dan ibumu cepat dikuburkan,” ajak Darmi.
“Iya Bi,” jawab Azizah lemas.
Sesampainya di rumah duka.
Setelah memandikan jenazah. mereka disholatkan kemudian dikubur di tempat peristirahatan terakhir.
“Ayo ndok kita pulang,” ajak Darmi.
“Bentar lagi bi, Azizah ingin disini sebentar lagi. bibi pulang saja,” Ucap Azizah tanpa menoleh Darmi.
“Ya sudah bibi pulang dulu kamu jangan pulang sore cuaca mendung hari ini bibi takut turun hujan,” terang Darmi.
“Iya Bi,” jawab Azizah.
Darmi pun pergi meninggalkan Azizah seorang diri. Darmi sebenarnya tidak tega meninggalkan Azizah seorang diri di pemakaman kedua orangtuanya mengingat Azizah masih terlalu muda sendirian. namun ia percaya Azizah pasti bisa melewati ini semua.
“Bapak dan Ibu kalian yang tenang ya disana. Azizah pasti jadi anak baik. Azizah janji akan selalu mengingat perkataan bapak dan ibu. Azizah tidak akan bersedih lagi karena Azizah tahu bapak dan ibu selalu menemani Azizah disini,” ucap Azizah dengan mata sangat sembab akibat menangis.
Setelah berbicara dengan makam kedua orangtuanya, Azizah bergegas pergi menuju rumah Darmi.
“Assalamualaikum,” ucap Azizah dengan raut wajah sedih.
“Waalaikumsalam, jangan bersedih lagi sayang. nanti cantiknya hilang loh.” Hibur Darmi.
“Iya Bi, Azizah tidak bersedih lagi,” balas Azizah.
“Kalau begitu senyumnya mana biar tambah cantik” Goda Darmi pada keponakannya.
“Ini Bi,” balas Azizah sambil memberikan senyum manisnya.
2 Minggu telah berlalu Azizah yang duduk di kelas 1 SMP ( sekolah menengah pertama) melakukan aktivitas seperti biasa.
“Anak-anak keluarkan buku bahasa Indonesia sekarang dan buka buku paket halaman 125. kerjakan dengan berkelompok tiap kelompok terdiri dari 4 orang,” perintah Karsan.
“Baik Pak,” ujar semua Murid.
“Pak Karsan, saya tidak ingin satu kelompok dengan Azizah,” Ucap intan salah satu teman sekelas Azizah.
“Kenapa memangnya intan?” Tanya Karsan.
“Kata mama aku. Azizah tidak punya orang tua Pak,” ucap intan sinis.
Mendengar ucapan intan. anak-anak tertawa bersama mengejek Azizah. Azizah yang mendengar ucapan menyakitkan itu langsung pergi keluar kelas.
“Intan kamu tidak boleh bicara seperti itu, besok panggilkan orang tua kamu,” ucap Karsan dengan suara sedikit meninggi.
Anak-anak yang mendengar gurunya bicara serempak terdiam.
“Apa salah Azizah Ya Allah! kenapa mereka seperti itu!” teriak Azizah sambil berlari keluar sekolah.
Ia tidak perduli lagi dengan pelajaran ataupun kelasnya. yang Azizah inginkan hanya segera pulang kepangkuan bibi Darmi.
“Bibi, Azizah tidak mau sekolah lagi Azizah tidak mau Bi.” Isak tangis Azizah semakin menjadi-jadi yang hanya dikepala bocah kecil itu hanya ingin keluar dari sekolah itu.
“Ada apa nak? kenapa kamu pulang dengan keadaan menangis seperti ini?” tanya Darmi gelisah.
“Mereka Bi...” ucap Azizah lirih.
“Kenapa dengan mereka nak, kenapa?” Tanya Darmi lagi.
“Mereka semua menertawakan Azizah Bi karena Azizah tidak punya bapak dan ibu,” ucap Azizah dengan tangis sesegukan.
Astaghfirullah, Ya Allah kenapa Engkau memberikan cobaan kepada Azizah dengan usianya yang masih kecil ini.
“Azizah jangan dengarkan ucapan mereka, mulai besok kamu tidak perlu sekolah lagi,” terang Darmi.
“Benarkah Bi? terima kasih Bi,” balas Azizah dengan memeluk Darmi.
“Iya sayang.”
Keesokan paginya Azizah dan Darmi pergi ke sekolah untuk meminta pengurusan surat pindah.
“Permisi! Selamat pagi. Saya datang kesini ada sesuatu penting yang ingin saya bicarakan kepada kepala sekolah,” Ucap Darmi.
“Pak Handoyo ada di kantornya, mari saya antarkan,” ucap Siswanto ramah.
“Iya pak, terima kasih,” balas Darmi.
Tok.. tok.. suara pintu.
“Permisi Pak ada yang ingin menemui bapak,” ucap Siswanto.
“Masuk!” balas Handoyo mempersilahkan mereka masuk.
“Ada yang bisa saya bantu Bu!” Sambung Handoyo.
“Begini pak saya ingin keponakan saya pindah dari sekolah ini,” terang Darmi.
“Kalau boleh tahu alasan keponakan ibu ingin pindah apa?” tanya Handoyo.
“Saya ingin pindah rumah dan menetap di kota lain, jadi saya mohon Bapak segera urus pemindahan sekolah keponakan saya Pak,” ucap Darmi pelan.
”Baik saya akan segera mengurusnya,” balas Handoyo.
“Terima kasih Pak.”
“Sama-sama Bu.”
Beberapa saat kemudian...
“Ini Bu suratnya sudah lengkap semua,” ucap Handoyo sambil memberikan beberapa berkas.
“Kalau begitu saya ucapkan terima kasih,” balas Darmi mengulurkan tangannya dan Handoyo membalas.
Saat Azizah dan Darmi keluar dari kantor kepala sekolah mereka berpapasan dengan Karsan.
“Nak Azizah ya! kenapa tidak masuk sekolah nak?” tanya Karsan pada Azizah.
“Azizah ingin pindah Pak,” jawab Azizah tanpa menoleh Karsan.
“Pindah! kenapa kamu ingin pindah nak apa gara-gara kemarin? intan sudah bapak marahin nak,” terang Karsan serius.
“Jadi bapak guru Azizah? bapak tahu Azizah dibully?” tanya Darmi dengan sedikit emosi.
“Saya bisa jelaskan sama ibu! benar kejadian kemarin saya sedang mengajar dan saya menyaksikan sendiri intan bicara seperti itu, tapi saya sudah menyuruh dan memanggil orang tuanya untuk datang ke sekolah. Saya memberitahukan kejadian tersebut kepada mereka intan pun sekarang sedang dihukum,” terang Karsan menjelaskan kronologi kejadian kemarin.
“Terima kasih untuk penjelasannya pak. tapi saya dan Azizah sudah ingin pindah. hari ini saya perginya,” ucap Darmi.
“Sekali lagi saya minta maaf,” ucap Karsan.
“Sudah tidak usah dipikirkan,” sahut Darmi.
“Iya Bu mereka ingin menemui ibu dan Azizah pulang sekolah nanti.” Sambung Karsan lagi.
“Mereka siapa?” tanya Darmi penasaran.
“Intan dan kedua orangtuanya,” terang Karsan.
“Bilang pada mereka bahwa saya tidak ingin bertemu. Saya dan Azizah sudah memaafkan mereka. iya kan sayang!!” seru Darmi sambil menoleh Azizah.
“Iya Pak, Azizah sudah memaafkan Intan,” ucap Azizah.
“Bapak sudah mendengar jawaban dari Azizah kan Pak! kalau begitu kami permisi Assalamualaikum,” ucap Darmi kemudian pergi.
“Waalaikumsalam,” jawab Karsan.
Perjalanan memakai waktu 5 jam lamanya Darmi duduk disamping Azizah selalu melempar senyum kepada keponakannya.
“Bi, kita mau kemana?” tanya Azizah penasaran.
“Kita ke tempat kelahiran ibu dan bibi kamu sayang,” ucap Darmi.
“Tempatnya seperti apa Bi? apakah sebagus Surabaya?” tanya Azizah lagi.
“Dua-duanya bagus sayang hanya saja ditempat kelahiran bibi dan ibumu tempatnya asri sayang masih banyak pepohonan nya kalau di Surabaya kendaraan nya yang banyak sayang,” jelas Darmi.
“Maksud bibi kalau Surabaya itu kota kalau tempat bibi dan mami itu masih desa!” seru Azizah.
“Wah hebat keponakan bibi ini. benar jawaban kamu sayang.”
“Azizah gituloh,” Ucap Azizah sambil melipat kedua tangannya.
“Muacch..” Kecup Darmi pada kening Azizah.
“Bi, Azizah tidur ya ngantuk.”
“Ya sudah kamu tidur kalau sudah sampai bibi bangunkan.”
Tanpa berbasa-basi Azizah langsung tidur menelusuri alam bawah sadarnya.
“Ibu bapak kalian disini saja temani Azizah.” Rengek Azizah pada kedua orangtuanya.
“Azizah sayang kami sudah tenang disini, kami bangga Azizah bisa menjadi anak yang kuat dan tegar,” ucap Maya.
“Iya nak kami sangat bangga, kamu tidak boleh bersedih lagi kami menemani kamu dari sini,” ucap Johan.
“Selamat tinggal nak ingat pesan kita,” ucap Maya dan Johan.
“Ibu bapak jangan pergi!” teriak Azizah
kemudian terbangun dari mimpinya.
“Kamu kenapa nak?” tanya Darmi Terkejut.
“Azizah mimpi bapak ibu bi. mereka bilang Azizah tidak boleh bersedih lagi dan mereka bilang akan menemani Azizah selalu,” Ucap Azizah menjelaskan mimpinya.
“Kalau begitu Azizah harus mengikuti kata-kata dari bapak dan ibu Azizah,” ucap Darmi.
“Iya Bi pasti,” ucap Azizah kemudian mengangguk tanda mengerti.
“Sebentar lagi kita sampai sayang,” ucap Darmi.
“Azizah sudah tidak sabar Bi,” balas Azizah.
“Pasti kamu suka tempatnya sayang,” terang Darmi.
Selang beberapa menit.
“Kita sudah sampai sayang, selamat datang Magetan kita sekarang di terminal Maospati Azizah,” terang Darmi.
“Terminalnya bagus bi ramai pula,” balas Azizah.
“Hampir 10 tahun tidak pulang ternyata banyak sekali perubahan nya sayang,” Ucap Darmi.
“Memangnya dulu seperti apa Bi?” tanya Azizah penasaran.
“Kalau dulu belum setinggi ini sayang lantainya dan tempatnya tidak seluas ini terutama letaknya kini sudah terlihat rapi,” jawab Darmi.
“Dulu dan sekarang jelas beda Bi hehe” ucal Azizah tersenyum lebar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 215 Episodes
Comments
Maulana ya_Rohman
mampir thor
2023-09-12
0
Siti Sopiah
q dr Madiun Thor,3 bln lalu q jln2 keliling Magetan sampai ke telaga sarangan
2023-06-09
2
Yunita aristya
penasaran sama kakak penulis nya orang mana ,kok Azizah sampai k Magetan😊
2023-01-23
1