Happy Reading!!!
Perjalanan menuju rumah lama Darmi dan Maya memakan waktu 5 menit.
hampir 10 tahun ia dan Maya yang tak lain ibu Azizah tidak pulang ke kampung halaman.
“Sudah sampai nak, itu rumah bibi dan ibumu yang berwarna hijau muda. dulu kamu suka main dibawa pohon mangga,” tunjuk Darmi.
“Tapi Bi, Azizah sama sekali tidak ingat,” ucap Azizah dengan raut sedih.
“Ya jelas kamu tidak ingat nak waktu itu usiamu masih 2 tahun, jalan saja masih belum lancar,” terang Darmi.
“Hehe.. iya Bi,” ucap Azizah cengengesan.
“Ya sudah ayo bantu bibi angkat tas,” titah Darmi.
“Iya Bi,” balas Azizah.
Saat mereka sibuk mengangkat tas dan barang lainnya. salah satu ibu paruh baya menghampiri mereka.
“Loh Iki Darmi to? Ya Gusti piye ndok kabarmu?” ( loh ini Darmi ya? Ya Allah bagaimana nak kabarmu?) tanya Lasmi.
“Alhamdulillah kabare Kulo apik,” ( Alhamdulillah kabar saya baik)” terang Darmi.
“Bocah cilik ini sopo mi, kok rupane mirip Maya?” ( anak kecil ini siapa mi, kok wajahnya mirip Maya)” tanya Lasmi.
“Niki putrane Maya Bu asmane Azizah mosok Bu Lasmi lali to?” ( ini anaknya Maya bu namanya Azizah masak ibu lupa) terang Darmi.
“Astaghfirullah.. nganti lali aku. Iki bocah sing seneng dolan neng ngisor Pelem kui to” (Astaghfirullah sampai lupa aku. ini bocah yang suka main di bawah mangga itu ya)” ucap Lasmi.
Azizah hanya terdiam dan sekali melempar senyum manis melihat mereka berbicara ibaratnya temu kangen antar tetangga.
kruk.. kruk.. kruk..
“Haduh ini perut malah bunyi,” ucap Azizah lirih.
“Haha..haha..” tawa Darmi dan Lasmi pecah mendengar suara perut gadis kecil itu.
“Azizah malu banget,” ucap Azizah dengan menutup wajah.
“Maem neng omahku dhisik, ngko pak RT ben ngurusi omahmu Sik ya, kan kuncine Karo Pak RT" ( makan di rumahku dulu, nanti pak RT biar ngurusi rumahmu dulu ya, kan kuncinya sama pak RT)” terang Lasmi.
“Suwun Bu ( terima kasih Bu)” ucap Darmi.
“Yowes Ndang di maem, aku tak nelpon pak RT ben Ndang diurusi” ( ya sudah cepat dimakan, saya nelpon pak RT dulu biar segera diurusi) titah Lasmi.
Setengah jam kemudian..
“Darmi Ki kuncine omahmu jare pak RT kuncine diganti ae” ( Darmi ini kunci rumhmy kata pak RT kuncinya diganti saja" ucap Lasmi sambil menyerahkan kunci pintu rumah.
“Nggih Bu, matur suwun Kulo pamit"( iya Bu terima kasih saya pamit,” ucap Darmi.
“Terima kasih Mbah Azizah pamit juga,” ucap Azizah.
“Assalamualaikum,” ucap Darmi dan Azizah bersamaan.
“Waalaikumsalam,” balas Lasmi.
Sesampainya di rumah mereka segera membersihkan rumah yang banyak debu serta usang.
Azizah sesekali melirik ke arah Darmi ia beruntung mempunyai bibi seperti Darmi seolah ia mendapatkan sosok wanita yang sangat mirip dengan ibunya Maya.
Terima kasih Ya Allah SWT Engkau memberikan hamba bibi Darmi yang sangat baik semoga bibi selalu menemani Azizah.
“Azizah kamar kamu disebelah situ ya nak, dulu itu kamar ibumu,” tunjuk Darmi pada salah satu kamar.
“Terima kasih Bi, Azizah beruntung punya bibi Darmi,” ucap Azizah dengan mata berkaca-kaca.
“Bibi lebih beruntung punya kamu nak yang cantik, pintar dan penurut seperti kamu,” balas Darmi.
“Azizah ke kamar dulu Bi,” ucap Azizah.
“Ya sudah sayang kamu langsung tidur ya.”
“Siap Bi, Azizah langsung tidur bibi juga langsung tidur.”
“Asyiap..”
“Hehe.. bibi bisa saja.”
Mas Johan dan Mbak Maya anak kalian sungguh pintar, saya akan merawat Azizah seperti anak saya sendiri. kalau saja Tania tidak meninggal 5 tahun yang lalu karena sakit mungkin sekarang mereka seusia dan mungkin mas Erwin tidak menceraikan saya.
Keesokan harinya..
“Azizah bangun sayang, hari ini kamu masuk sekolah,” ucap Darmi kemudian menggoyang tubuh Azizah.
“Azizah sekolah dimana Bi?” tanya Azizah setengah sadar.
“Kamu sekolah di SMP N 3 Maospati sayang,” jawab Darmi.
“Sekolah nya bagus tidak bi?” tanya Azizah lagi.
“Bagus sayang, ya sudah jangan banyak bicara kamu cepat mandi bibi sudah memasak buat kamu!” perintah Darmi.
“Siap bi, Azizah mandi dulu,” balas Azizah.
15 menit kemudian..
“Wah.. keliatan enak bi, Azizah makan banyak boleh ya Bi,” ucap Azizah gembira.
“Tidak apa-apa kan sayang sarapan nya lauk tempe goreng dan ikan asin?” tanya Darmi sedih.
“Bibi jangan seperti itu Azizah suka Bi, apalgi ditemani bibi,” jelas Azizah.
“Terima kasih sayang, kamu memang keponakan bibi yang baik.” ucap Darmi.
“Azizah Cahyani gitu loh Bi hehe..” ucap Azizah dengan senyum manis.
Azizah dan Darmi makan dengan khusyuk tidak ada suara saat mereka sarapan yang terdengar hanya suara sendok beradu dengan piring.
Seusai sarapan mereka pun pergi menuju sekolah baru Azizah.
Azizah yang awalnya takut untuk bersekolah dengan usaha Darmi menyakinkan Azizah.
akhirnya mau untuk bersekolah.
“Permisi, selamat pagi!” ucap Darmi pada salah satu guru .
“Oh selamat pagi, ada yang bisa saya bantu!!” balas Kardi.
“Begini pak, saya mengantarkan keponakan saya sekolah. kemarin saya sudah menghubungi pak Joko,” terang Darmi.
“Oo.. yang pindahan dari Surabaya itu ya Bu, perkenalkan saya Nurohman guru yang akan menjadi wali murid keponakan ibu,” balas Nurohman.
“Saya Darmi bibi Azizah, kalau begitu apa bisa Azizah langsung masuk sekolah pak?” tanya Darmi.
“Kebetulan sudah waktunya masuk kelas, mari nak bapak antarkan kamu ke kelas hari ini pelajaran bahasa Indonesia,” ucap Nurohman.
“Kalau begitu saya langsung pamit ya pak, Azizah belajar yang benar. bibi pulang dulu nanti bibi jemput,” ucap Darmi.
“Iya Bu,” balas Nurohman.
“Iya Bi, Azizah akan belajar bersungguh-sungguh,” balas Azizah.
Sesampainya di kelas.
“Perhatian semuanya hari ini kita kedatangan murid baru dari Surabaya bapak harap kalian dan murid baru bisa beradaptasi dengan baik,” ucap Nurohman.
“Baik pak!”ucap mereka serentak.
“Pak namanya siapa?” tanya putra.
“Rumahnya dimana pak?” tanya meli.
“Ssuuuttt.. diam semuanya. biarkan teman baru kalian memperkenalkan diri,” terang Nurohman.
“Perkenalkan nama saya Azizah Cahyani biasa dipanggil Azizah alamat saya Jl. Pandan Maospati,” ucap Azizah lantang.
“Kalian sudah mendengar nama murid baru ini siapa. jadi bapak harap kalian memanggilnya Azizah,” tegas Nurohman.
“Baik pak!” ucap murid serentak.
“Azizah kamu duduk di sebelah Yana bangku kosong itu,” tunjuk Nurohman.
“Baik pak,” balas Azizah kemudian berjalan menuju bangku kosong itu.
“Hai.. perkenalkan namaku Yana,” ucap Yana kemudian mengulurkan tangannya.
“Azizah Cahyani panggil saja Azizah,” balas Azizah kemudian menyambut tangan Yana.
“Akhirnya aku punya teman sebangku, kamu tahu tidak aku tiap hari kesepian tidak ada teman,” ucap yana akrab.
“Sekarang aku jadi teman kamu Yana.”
“Horee.. hore..”
“Ayo yana keluarkan buku bahasa Indonesia dan taruh ditengah meja sementara ini kamu berbagi buku sementara" tegas Nurohman.
"iya pak Nur,” balas Yana.
Bel istirahat..
“Yuk Azizah kita ke kantin!” ajak Yana.
“Aku seperti lupa bawa uang jajan Yana, kamu saja ke kantin,” balas Azizah tak enak hati.
“Kamu ini Azizah, aku yang traktir ya,” ucap Yana.
“Tidak, terima kasih Yana,” tolak Azizah.
“Pokoknya aku yang traktir,” tegas Yana kemudian menarik lengan Azizah.
“Tapi....”
“Tidak ada tapi-tapian Azizah,” potong Yana.
“Baiklah terima kasih Yana,” ucap Azizah.
Sepanjang jalan menuju kantin banyak mata yang melihat mereka. Yana tidak perduli dengan mata yang melihat mereka namun berbeda dengan Azizah, Azizah terlihat begitu canggung.
“Dengaren Yana akur Karo konco kelas biasane ora” ( tumben Yana akur sama Teman kelas biasanya tidak) ucap salah satu murid.
“Kui loh cah anyar pindahan tekan Surabaya” ( itu loh anak baru pindahan dari Surabaya) balas salah satu murid.
“Oallah, tapi kok maleh akur ngono ya padahal lagek cetuk”( oallah, tapi kok malah akur begitu ya padahal baru ketemu).
“Yoben lah timbang bingung” (biarlah timbang pusing).
“Ho-oh, wes otw kelas ae” ( Ho-oh, ya sudah otw kelas aja).
~~
“Bu soto 2 sama es teh 2 ya,” ucap Yana.
“Siap cah ayu,” balas Marni.
“Terima kasih Yana,” ucap Azizah lirih.
“Sudah jangan dibahas lagi,” balas Yana.
“Niki cah ayu sotone, lah bocah wedok Ki sopo cah ayu?” ( ini nak cantik sotonya, lah anak perempuan ini siapa nak cantik?) tanya Marni manis.
“Konco anyar” ( teman baru) jawab Yana.
“Jenengmu sopo ndok?” ( namamu siapa nak?) tanya Marni pada Azizah.
“Azizah Bu,” jawab Azizah.
“Yowes Yana Karo Azizah ndang di maem ya sotone”( ya sudah Yana dan Azizah segera dimakan sotonya) titah Marni.
“Nggih Bu”( iya Bu) jawab bersamaan.
Kring.. kring..
“Yuk Azizah bel masuk sudah bunyi, kita balik ke kelas!” ajak Yana.
Mereka pun bergegas menuju kelas.
“Anak-anak keluarkan kertas lembar hari ini kita ulangan matematika,” ucap Wahid.
“Ulangan pak?” tanya murid.
“Iya hari ini ulangan cepat keluarkan sekarang!” titah Wahid.
“Baik pak,” ucap murid lemas.
“Kamu anak baru ya?” tanya Wahid.
“Iya pak saya Azizah.”
“Sini kamu maju bagikan kertas lembar soal!” titah Wahid.
“Baik pak!” seru Azizah.
Selesai membagikan kertas lembar soal ulangan matematika.
Azizah langsung mengerjakan soal ulangan tersebut.
tidak ada kesulitan bagi Azizah untuk mengerjakan soal tersebut karena pelajaran tersebut sudah ia pelajari di kelas sekolah dasar waktu ia bersekolah di Surabaya.
“Azizah nomor 7 kamu sudah belum? yang lain aku sudah tinggal nomor 7 yang belum,” ucap Yana lirih.
“Nomor 7 aku sudah, tapi nomor 9 aku belum,” jawab Azizah.
“Kalau begitu kita tukaran jawaban oke, aku nomor 7 kamu nomor 9,” terang Yana.
“Oke,” balas Azizah.
Mereka saling tukar jawaban, entah kenapa hanya waktu setengah hari mereka seperti saudara yang saling melengkapi.
Azizah bahagia mengenal Yana. Yana pun sangat bahagia mengenal Azizah.
“Waktunya habis, segera dikumpulkan,” ucap Wahid.
“Belum selesai pak,” ucap Dimas.
“Kurang 1 lagi pak sebentar,” ucap putra.
“Selesai tidak selesai dikumpulkan sekarang saya hitung sampai 3. 1..2..3..” tegas Wahid.
Anak-anak yang belum selesai pun langsung memberikan kertas jawaban ada yang mengisi asal-asalan ada pula yang tidak diisi.
“Haduh, nilaiku elek Ki” ( haduh, nilaiku jelek ini) ucap Dimas.
“Podo ae nilaiku elek Yoan” (sama saja nilaiku jelek juga) balas putra.
“Mesti sing apik Yana, soale Yana sing paling pinter neng kelas” (pasti yang bagus Yana, soalnya Yana yang paling pintar di kelas) ucap Dewi.
“Ora mesti” (tidak pasti) ketus Yana.
Murid kelas VII B tahu kalau Yana memiliki sifat cuek terhadap teman bukan karena ia sombong melainkan ia hanya berbicara yang penting saja, namun sejak kedatangan Azizah ia merasa sedikit membuka diri karena ia yakin Azizah teman yang tepat untuk berbagi cerita.
sedikit cerita Yana adalah anak broken home orang tua Yana bercerai saat Yana berumur 7 tahun atau lebih tepatnya kelas 1 SD.
sejak saat itu ia menutup diri.
“Anak-anak silahkan alat tulis kalian di bereskan waktunya pulang,” ucap Wahid.
“Baik pak,” balas anak murid serempak.
“Besok bapak akan membagikan nilai ulangan kalian, bapak harap kelas kalian nilainya bagus semua,” tegas Wahid.
“Iya pak,” balas murid.
“Semuanya sudah siap, ayo putra pimpin doa!” titah Wahid pada Putra.
“Semuanya siap, mari kita berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing berdoa mulai,” ucap putra.
“Berdoa selesai,” sambung putra lagi.
Selesai bersalaman dengan Pak Wahid mereka langsung bergegas pulang, Azizah dijemput oleh Darmi sementara Yana dijemput oleh seorang lelaki paruh baya yang tak lain supir pribadi Yana.
“Azizah dan Tange Yana pulang duluan ya,” ucap Yana.
“Iya Yana hati-hati,” balas Azizah.
“Temanmu nak? Siapa nama teman kamu itu nak?” tanya Darmi.
“Iya Bi namanya Yana tadi Azizah ditraktir soto dan es teh Bi,” balas Azizah polos.
“Ya Allah bibi lupa kasih kamu uang jajan,” ucap Darmi menyesal.
“Tidak apa Bi,” balas Azizah dengan senyum manisnya.
“Ya sudah ayo kita pulang nak!” ajak Darmi.
“Iya Bi,” balas Azizah.
jangan lupa klik like, favorit, komen dan kritik karena itu bagian dari semangat author..
love you all..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 215 Episodes
Comments
Maulana ya_Rohman
yana mencari teman/shbat yang tulus....
2022-09-08
0
Maulana ya_Rohman
kayaknya pernah baca thor.....🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔🤔
dah lupa.... 🙈🙈🙈🙈🙈
dah lama banget..... 😁😁😁
2022-09-08
0
Nur rahmayana
jadi inget masa masa itu....punya temen tapi semuanya gesrek ..... semoga persahaban Azizah sama yana langngeng ngak ada permusuhan😘😘😘😘😘
2022-08-08
0