Hari demi hari Minggu demi Minggu telat terlewatkan. seperti biasa sebelum berangkat kerja Darmi mengantarkan Azizah ke sekolah.
“Ayo sayang kita berangkat!” Ajak Darmi.
“Iya Bu, Azizah ke kamar dulu,” ucap Azizah.
Seperti biasa Azizah selalu menyimpan uang sakunya di dalam lemari pakaian ia bahkan rela hanya memakan nasi tanpa lauk.
itu semua ia lakukan untuk menabung jaga-jaga kalau suatu saat ia membutuhkan uang itu.
“Darmi, Azizah ndi? durung mangkat sekolah to, Azizah bareng ae Karo rangga” ( Darmi, Azizah mana? belum berangkat sekolah ya, Azizah bareng saja sama Rangga)” ucap Sulastri.
“Azizah Sik neng kamar, Azizah kambi aku ae mbak “( Azizah masih dikamar, Azizah sama saya aja mbak)” terang Darmi.
“Oallah, maksudku Ben awakmu langsung kerjo. kan Rangga Karo Azizah sak sekolah “( oallah, maksudku biar dirimu langsung kerja. kan Rangga sama Azizah satu sekolah)” terang Sulastri.
“Sesok ae mbak, Saiki Ben aku ae sing nganter “( besok saja mbak, sekarang biar saya saja yang antar)” jelas Darmi.
Sulastri pun pergi mengendarai motor matic nya.
“Ada apa Bu kok ramai banget tadi?” tanya Azizah.
“Tadi ada Rangga sama ibunya nak, mau ngajak kamu sekolah bareng,” jawab Darmi.
“Terus ibu jawab apa?” tanya Azizah penasaran.
“Ya Ibu jawab besok saja kamu bareng Rangga, kamu mau kan nak, lagian biar menghemat waktu kamu juga,” ucap Darmi.
“Iya Bu Azizah nurut saja,” balas Azizah dengan senyum manisnya.
“Kalau begitu ayo nak kita berangkat!” ajak Darmi.
“Baik Bu.”
Sesampainya di Sekolah.
“Ya udah sayang, ibu berangkat dulu Assalamualaikum,” ucap Darmi setelah bersalaman.
“Waalaikumsalam.”
Azizah kemudian menuju ke kelas VII B, setelah kejadian beberapa Minggu yang lalu akibat ulangan harian matematika anak-anak kelas tersebut selalu menatap sinis Azizah, mereka merasa bahwa Azizah suka menyontek Yana.
“Azizah pokoknya hari ini kita makan bareng di kantin ya, dari kemarin-kemarin kamu selalu menolak setiap diajak,” ucap Yana.
“Hmmm. bukan begitu Yana, tapi aku sudah bawa bekal dari rumah,” balas Azizah.
“Coba lihat kotak makan kamu Azizah aku penasaran,” ucap Yana kemudian menggeledah tas milik Azizah.
Azizah ingin sekali menolak namun tidak enak, saat Yana membuka isi kotak tersebut ia kaget dan sedih.
“Jadi selama ini kamu makan pakai ini saja Azizah? kenapa tidak bilang sama aku kalau kamu makan tidak pakai lauk,” ucap Yana sedih.
Tidak terasa air mata Yana keluar karena kasihan dengan Azizah.
Namun anak-anak yang lain berpikir bahwa Yana menangis akibat ulah Azizah.
“Eh anak baru kamu jangan seperti itu sama Yana kamu tidak tahu apa? kalau Yana keponakan dari kepala sekolah!” teriak Niken.
“Bukan seperti itu,” bela Azizah.
“Sudahlah kamu memang jahat,” ucap murid yang lain.
“Cukup, kalian semua salah paham. Azizah tidak membuat aku menangis kalian seharusnya jangan seperti ini. ayo Azizah kita pergi saja!” ucap Yana dengan nada sedikit meninggi kemudian mengajak Azizah ke kantin.
“Sekarang kita makan bersama, kamu jangan dengarkan kata mereka ya Azizah,” ucap Yana.
“Terima kasih Yana,” balas Azizah terharu.
selesai mereka makan, mereka langsung bergegas menuju kelas.
“Selamat siang semuanya,” ucap Wahid.
“Siang juga pak,” ucap anak murid serempak.
“Hari ini bapak ada pengumuman penting untuk kalian. bapak mengadakan lomba cerdas cermat khusus matematika tiap kelas akan bapak pilih 2 orang apakah disini ada yang ingin menjadi kandidat peserta lomba cerdas cermat?” tanya Wahid.
Anak-anak terdiam tidak ada yang bicara ataupun maju, Wahid yang tahu sikap mereka pun langsung to the point.
“Baiklah kalau kalian tidak ada yang ingin menjadi peserta biar bapak saja yang memilih, silahkan Yana Aryanto dan Azizah Cahyani maju ke depan kalian yang akan mewakili kelas kalian,” jelas Wahid.
“Baik pak,” ucap Azizah dan Yana.
“Khusus kalian berdua ikut bapak ke ruang latihan soal dan jawaban, 2 Minggu lagi kalian akan mengikuti lomba yang diadakan di Surabaya. dan kalian yang didalam kelas kerjakan halaman nomor 120 kerjakan dan kumpulkan hari ini juga sebelum pulang sekolah mengerti!” perintah Wahid.
“Mengerti pak!” balas mereka bersamaan.
Tidak ada yang sulit bagi Azizah dan Yana untuk mengerjakan soal tersebut karena setelah kejadian ulangan harian matematika tersebut mereka selalu belajar bersama sekitar 10 menit sepulang sekolah dikelas.
“Azizah, ayo main ke rumahku aku sendirian dirumah!” ajak Yana.
“Aku langsung pulang saja Yana, lain kali aku main ke rumah kamu ya,” tolak Azizah dengan halus.
“Oke lain kali ya aku pasti menagih janji kamu ya!!”
“Oke siap, kalau begitu aku duluan ya ibuku sudah menyusul,” ucap Azizah kemudian berlalu meninggalkan Yana.
Yana terus saja melihat Azizah dan Darmi pergi, meski hanya memakai sepeda sebagai kendaraan mereka untuk pulang namun semuanya terlihat luar biasa, sangat bahagia.
tidak seperti Yana yang tiap hari selalu diantar jemput oleh Paijo. ia tidak pernah merasakan diantar jemput oleh Danu maupun Rika.
“Non Yana, ayo pulang!” ajak Paijo.
“Iya Pak.”
“Papi dirumah tidak pak?” tanya Yana.
“Tuan sedang keluar non.”
“Keluar kemana lagi Pak?”
“Kata tuan Danu hari ini dan besok tuan pergi ke Gresik,” jawab Paijo dengan hati-hati.
“Sibuk terus, yang inilah yang itulah,” omel Yana kesal.
“Non Yana mau langsung pulang apa mampir dulu?” tanya Paijo.
“Kita ke toko swalayan dekat lampu merah itu pak, belikan saya es krim dan beberapa coklat,” ucap Yana sambil menunjuk arah toko tersebut.
“Siap non.”
🌸🌸🌸
“Bu hari ini Azizah senang banget,” ucap Azizah semangat.
“Senang kenapa sayang?” tanya Darmi antusias.
“Tahu tidak Bu, hari ini Azizah dan Yana terpilih jadi peserta cerdas cermat. 2 Minggu lagi kami pergi ke Surabaya untuk lomba,” terang Azizah gembira.
“Yang benar nak, Ya Allah anak ibu ini pintar banget ibu ikut senang sayang. Oya nanti malam kita pergi cari makanan hari ini ibu gajian nak dan Alhamdulillah gaji ibu naik.”
“Bukannya ibu baru sebulan setengah kerja disana,” ucap Azizah polos.
“Iya nak, tiap 2 Minggu sekali ibu gajian, ini 3 kalinya ibu dapat gaji Alhamdulillah kata bos ibu kerja ibu bagus jadinya uang ibu ditambah,” jelas Darmi.
“Alhamdulillah, ibu Darmi memang hebat,” puji Azizah.
“Azizah anak ibu juga hebat,” puji Darmi.
Malam Hari.
“Sudah siap nak?” tanya Darmi.
“Sudah Bu.”
“Ya sudah ayo kita berangkat hari ini kita pakai motor ya nak. ibu tadi pinjam sama Bu Sulastri ibunya Rangga.”
“Iya Bu, memang jauh ya Bu kita cari makannya?” tanya Azizah penasaran.
“Kita pergi ke Madiun nak,” jawab Darmi.
“Madiun, Azizah baru dengar Bu,” ucap Azizah polos.
“Azizah Madiun itu kota perbatasan langsung sama Maospati dan jaraknya hanya 30 menit dari sini sekalian ibu ajak kamu mengenal daerah sekitar sini Azizah mau kan?” tanya Darmi.
“Azizah mau Bu,” ucap Azizah dengan mengangguk kepalanya.
“Ya sudah ayo let's go!” ajak Darmi.
Dasepanjang perjalanan menuju kota Madiun Azizah tidak henti-hentinya merasa takjub akan dunia malam menuju Madiun, bagaimana tidak. satu Setengah bulan ia tidak pernah keluar rumah selain berangkat dan pulang sekolah itu sebabnya mengapa ia begitu takjub dengan Suasana malam tersebut.
“Cantik,” ucap Azizah lirih.
30 menit kemudian..
“Kita sudah sampai selamat datang di Madiun,” ucap Darmi semangat.
“Azizah tidak mendengar ucapan Darmi ia fokus melihat lampu-lampu yang menghiasi alun-alun kota Madiun.
“Azizah.. Azizah!” panggil Darmi.
“I..ya Bu, ada apa,” jawabAzizah.
“Kamu dari tadi ibu panggil tidak dijawab,” balas Darmi.
“Maaf Bu Azizah tadi fokus melihat lampu-lampu itu, ibu kan tahu Azizah di Surabaya tidak pernah keluar. bapak dan ibu hanya sibuk bekerja apalagi disini ini baru pertama kalinya Azizah kesini,” ucap Azizah sedih.
Darmi tahu sejak kecil Azizah selalu diam dirumah Johan dan Maya sibuk bekerja di pabrik teh, mereka bertemu 2 Minggu sekali itupun hanya sebentar sejak kecil Darmi lah yang menemani dan merawat Azizah.
“Kan sekarang ada ibu, jangan sedih dong nanti cantiknya hilang,” goda Darmi.
“Iya Bu.”
“Kalau begitu senyum manisnya mana!!” ucap Darmi.
“Ini Bu,” ucap Azizah kemudian senyum semanis mungkin.
Sekitar 1 jam mereka berkeliling dan menghabiskan waktu untuk bersenda gurau seperti layaknya ibu dan anak kandung.
“Kruyuk..kruyuk....”
“Azizah lapar nak? haduh ibu sampai lupa niat kesini kan mau mencari makan. ayo kita ke lesehan sebelah situ sayang kita cari makan kasihan cacing di perut kamu minta makan,” goda Darmi.
Azizah hanya tersenyum menahan malu, perutnya selalu saja bunyi disetiap ia lapar.
“Pak pesan bakso 2 mangkok jangan pakai mi ya pak,” ucap Darmi.
“Baik mbak,” balas tukang bakso.
“Kita makan bakso dulu ya nak, habis itu kita beli televisi.”
“Tapi kan mahal Bu harga televisi.”
“Kita cari yang second sayang kalau second bisa setengah harga,” jelas Darmi.
“Terima kasih Bu, maaf Azizah ngerepotin ibu,” ucap Azizah sedih.
“Kok ngomong gitu lagi sayang, ibu tidak suka kamu ngomong seperti itu apapun itu kalau demi Azizah ibu bahagia lagian kalau tidak ada televisi rumah terlihat sepi sayang,” jelas Darmi sambil mengelus rambut hitam Azizah.
“Iya Bu,” jawab Azizah.
“Ini mbak baksonya,” uucap tukang bakso.
“Terima kasih pak.”
Mereka kemudian memakan bakso tersebut sampai habis.
“Berapa pak semuanya bakso 2 dan kerupuk 2?” tanya Darmi.
“Semuanya Rp. Rp.18.000 mbak.”
“Ini pak uangnya terima kasih.”
Selesai membayar mereka langsung bergegas ke toko elektronik yang khusus menjual barang second.
“Pak ada televisi yang harganya dibawah Rp.500.000?” tanya Darmi.
“Ini mbak barangnya tinggal 1 harganya Rp.450.000 ,” jelas pemilik toko elektronik tersebut sambil menunjuk kearah televisi.
“Dikurangi lagi ya pak,” ucap Darmi sedikit memelas.
“Dirumah kami tidak ada televisi pak,” sambung Azizah polos.
Pemilik toko elektronik tersebut merasa iba terhadap Azizah mengingatkan ia akan cucu kesayangannya.
“Nak cantik namanya siapa? memang dirumah tidak ada televisi?” tanya Bahri yang tak lain pemilik toko.
“Saya Azizah pak, dirumah sepi pak tidak ada tontonan,” ucap Azizah jujur.
“Kalau begitu televisi ini buat Azizah saja ya,” ucap Bahri ikhlas.
“Fahmi televisi ini dibungkus ya antarkan televisi ini ketempat gadis kecil ini,” ucap Bahri Pada salah satu karyawannya.
Darmi yang mendengar ucapan Bahri langsung terkejut dan terharu ia merasa tidak enak dengan pemilik toko elektronik tersebut.
“Pak jangan begitu saya merasa tidak enak,” ucap Darmi tak enak hati.
“Mbak jangan sungkan begini, saya seperti ini karena Azizah mengingatkan pada cucu kesayangannya saya. cucu saya meninggal 2 bulan yang lalu.”
“Sekali lagi saya ucapkan banyak terima kasih.”
“Sering-seringlah ajak Azizah main kesini ya mbak, saya merasa tenang melihat Azizah,” ujar Bahri jujur.
“Iya pak lain kali saya aja, kalau ada waktu senggang,” balas Darmi.
“Terima kasih pak,” ucap Azizah polos.
“Panggil saja kakek ya Azizah, saya merasa senang dipanggil kakek.”
“Baik kakek.”
Azizah dan Darmi kemudian pulang, televisi dibawa oleh Fahmi menuju rumah mereka.
“Terima kasih ya mas sudah mengantarkan televisi ini,” ucap Darmi tulus.
“Sama-sama Bu, sudah menjadi tugas saya,” yerang Fahmi.
Fahmi kemudian pergi meninggalkan mereka.
kini mereka menikmati acara televisi tersebut.
Azizah maupun Darmi merasa bahagia akhirnya rumah tidak terasa sepi setidaknya ada yang mengisi kehampaan rumah tersebut.
author punya pertanyaan apakah salah satu dari kalian pembaca setiaku ada yang tinggal di Maospati Magetan atau Madiun silahkan komen ya..
klik like, favorit, komen dan kritik ..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 215 Episodes
Comments
muji 89
baru mampir.... coba2 sek... Q asli kota pendekar.. soko deso kare
2024-01-14
1
Rina Rina
klau saya jauh Thor. saya tinggal di medan
2023-03-07
0
Sumi Sumi
saya mah orang bandung thor
2022-10-14
0