NovelToon NovelToon

Cinta Seorang Gadis Miskin

part 1

Gadis kecil berumur 12 tahun sedang menangis histeris, melihat jasad kedua orangtuanya yang pergi meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya.

Kepergian orangtuanya begitu mendadak, baru beberapa jam yang lalu Azizah temu kangen bersama kedua orangtuanya yang selama beberapa Minggu pergi bekerja. Rasa bahagia yang amat teramat senang akhirnya pupuslah sudah, kebahagiaan itu kini berubah menjadi sangat pahit.

“Ibu.. Bapak.. jangan tinggalkan Azizah, jangan tinggalkan Azizah sendirian.” teriak Azizah pada kedua orang tuanya yang terbujur kaku disalah satu Rumah Sakit di Surabaya.

Banyak mata pasang yang melihat kejadian tersebut. Ada yang sedih dan ada pula yang tak perduli.

Azizah sangat terpukul dengan kepergian orang tuanya baru beberapa jam ia bersama kedua orangtuanya kini ia harus ikhlas lahir batin ditinggalkan untuk selamanya akibat kecelakaan.

“Kamu yang sabar ya nak, Allah pasti punya rencana lain untuk Azizah,” ucap Darmi yang tidak lain adik dari ibunya.

“kenapa Allah jahat bi, kenapa Allah mengambil ibu dan bapak,” ucap Azizah dengan suara hampir habis akibat menangis.

“Allah mbonten jahat ndok, Allah sayang Karo awakmu,” ( Allah tidak jahat nak, Allah sayang sama kamu) terang Darmi sambil memeluk keponakan kesayangannya.

“Azizah mau ikut bapak sama ibu bi, Azizah tidak mau sendirian,” ucap Azizah.

“Ya Allah ndok, mbonten pareng ngomong ngono kae. enek bibi sing bakal baturi awakmu ndok,” ( Ya Allah ndok, tidak boleh bicara seperti itu ada bibi yang bakal nemenin dirimu nak),” ucap Darmi sedih.

Azizah hanya menangis meratapi takdir yang telah Allah tetapkan.

“Mari Azizah kita pulang, agar bapak dan ibumu cepat dikuburkan,” ajak Darmi.

“Iya Bi,” jawab Azizah lemas.

Sesampainya di rumah duka.

Setelah memandikan jenazah. mereka disholatkan kemudian dikubur di tempat peristirahatan terakhir.

“Ayo ndok kita pulang,” ajak Darmi.

“Bentar lagi bi, Azizah ingin disini sebentar lagi. bibi pulang saja,” Ucap Azizah tanpa menoleh Darmi.

“Ya sudah bibi pulang dulu kamu jangan pulang sore cuaca mendung hari ini bibi takut turun hujan,” terang Darmi.

“Iya Bi,” jawab Azizah.

Darmi pun pergi meninggalkan Azizah seorang diri. Darmi sebenarnya tidak tega meninggalkan Azizah seorang diri di pemakaman kedua orangtuanya mengingat Azizah masih terlalu muda sendirian. namun ia percaya Azizah pasti bisa melewati ini semua.

“Bapak dan Ibu kalian yang tenang ya disana. Azizah pasti jadi anak baik. Azizah janji akan selalu mengingat perkataan bapak dan ibu. Azizah tidak akan bersedih lagi karena Azizah tahu bapak dan ibu selalu menemani Azizah disini,” ucap Azizah dengan mata sangat sembab akibat menangis.

Setelah berbicara dengan makam kedua orangtuanya, Azizah bergegas pergi menuju rumah Darmi.

“Assalamualaikum,” ucap Azizah dengan raut wajah sedih.

“Waalaikumsalam, jangan bersedih lagi sayang. nanti cantiknya hilang loh.” Hibur Darmi.

“Iya Bi, Azizah tidak bersedih lagi,” balas Azizah.

“Kalau begitu senyumnya mana biar tambah cantik” Goda Darmi pada keponakannya.

“Ini Bi,” balas Azizah sambil memberikan senyum manisnya.

2 Minggu telah berlalu Azizah yang duduk di kelas 1 SMP ( sekolah menengah pertama) melakukan aktivitas seperti biasa.

“Anak-anak keluarkan buku bahasa Indonesia sekarang dan buka buku paket halaman 125. kerjakan dengan berkelompok tiap kelompok terdiri dari 4 orang,” perintah Karsan.

“Baik Pak,” ujar semua Murid.

“Pak Karsan, saya tidak ingin satu kelompok dengan Azizah,” Ucap intan salah satu teman sekelas Azizah.

“Kenapa memangnya intan?” Tanya Karsan.

“Kata mama aku. Azizah tidak punya orang tua Pak,” ucap intan sinis.

Mendengar ucapan intan. anak-anak tertawa bersama mengejek Azizah. Azizah yang mendengar ucapan menyakitkan itu langsung pergi keluar kelas.

“Intan kamu tidak boleh bicara seperti itu, besok panggilkan orang tua kamu,” ucap Karsan dengan suara sedikit meninggi.

Anak-anak yang mendengar gurunya bicara serempak terdiam.

“Apa salah Azizah Ya Allah! kenapa mereka seperti itu!” teriak Azizah sambil berlari keluar sekolah.

Ia tidak perduli lagi dengan pelajaran ataupun kelasnya. yang Azizah inginkan hanya segera pulang kepangkuan bibi Darmi.

“Bibi, Azizah tidak mau sekolah lagi Azizah tidak mau Bi.” Isak tangis Azizah semakin menjadi-jadi yang hanya dikepala bocah kecil itu hanya ingin keluar dari sekolah itu.

“Ada apa nak? kenapa kamu pulang dengan keadaan menangis seperti ini?” tanya Darmi gelisah.

“Mereka Bi...” ucap Azizah lirih.

“Kenapa dengan mereka nak, kenapa?” Tanya Darmi lagi.

“Mereka semua menertawakan Azizah Bi karena Azizah tidak punya bapak dan ibu,” ucap Azizah dengan tangis sesegukan.

Astaghfirullah, Ya Allah kenapa Engkau memberikan cobaan kepada Azizah dengan usianya yang masih kecil ini.

“Azizah jangan dengarkan ucapan mereka, mulai besok kamu tidak perlu sekolah lagi,” terang Darmi.

“Benarkah Bi? terima kasih Bi,” balas Azizah dengan memeluk Darmi.

“Iya sayang.”

Keesokan paginya Azizah dan Darmi pergi ke sekolah untuk meminta pengurusan surat pindah.

“Permisi! Selamat pagi. Saya datang kesini ada sesuatu penting yang ingin saya bicarakan kepada kepala sekolah,” Ucap Darmi.

“Pak Handoyo ada di kantornya, mari saya antarkan,” ucap Siswanto ramah.

“Iya pak, terima kasih,” balas Darmi.

Tok.. tok.. suara pintu.

“Permisi Pak ada yang ingin menemui bapak,” ucap Siswanto.

“Masuk!” balas Handoyo mempersilahkan mereka masuk.

“Ada yang bisa saya bantu Bu!” Sambung Handoyo.

“Begini pak saya ingin keponakan saya pindah dari sekolah ini,” terang Darmi.

“Kalau boleh tahu alasan keponakan ibu ingin pindah apa?” tanya Handoyo.

“Saya ingin pindah rumah dan menetap di kota lain, jadi saya mohon Bapak segera urus pemindahan sekolah keponakan saya Pak,” ucap Darmi pelan.

”Baik saya akan segera mengurusnya,” balas Handoyo.

“Terima kasih Pak.”

“Sama-sama Bu.”

Beberapa saat kemudian...

“Ini Bu suratnya sudah lengkap semua,” ucap Handoyo sambil memberikan beberapa berkas.

“Kalau begitu saya ucapkan terima kasih,” balas Darmi mengulurkan tangannya dan Handoyo membalas.

Saat Azizah dan Darmi keluar dari kantor kepala sekolah mereka berpapasan dengan Karsan.

“Nak Azizah ya! kenapa tidak masuk sekolah nak?” tanya Karsan pada Azizah.

“Azizah ingin pindah Pak,” jawab Azizah tanpa menoleh Karsan.

“Pindah! kenapa kamu ingin pindah nak apa gara-gara kemarin? intan sudah bapak marahin nak,” terang Karsan serius.

“Jadi bapak guru Azizah? bapak tahu Azizah dibully?” tanya Darmi dengan sedikit emosi.

“Saya bisa jelaskan sama ibu! benar kejadian kemarin saya sedang mengajar dan saya menyaksikan sendiri intan bicara seperti itu, tapi saya sudah menyuruh dan memanggil orang tuanya untuk datang ke sekolah. Saya memberitahukan kejadian tersebut kepada mereka intan pun sekarang sedang dihukum,” terang Karsan menjelaskan kronologi kejadian kemarin.

“Terima kasih untuk penjelasannya pak. tapi saya dan Azizah sudah ingin pindah. hari ini saya perginya,” ucap Darmi.

“Sekali lagi saya minta maaf,” ucap Karsan.

“Sudah tidak usah dipikirkan,” sahut Darmi.

“Iya Bu mereka ingin menemui ibu dan Azizah pulang sekolah nanti.” Sambung Karsan lagi.

“Mereka siapa?” tanya Darmi penasaran.

“Intan dan kedua orangtuanya,” terang Karsan.

“Bilang pada mereka bahwa saya tidak ingin bertemu. Saya dan Azizah sudah memaafkan mereka. iya kan sayang!!” seru Darmi sambil menoleh Azizah.

“Iya Pak, Azizah sudah memaafkan Intan,” ucap Azizah.

“Bapak sudah mendengar jawaban dari Azizah kan Pak! kalau begitu kami permisi Assalamualaikum,” ucap Darmi kemudian pergi.

“Waalaikumsalam,” jawab Karsan.

Perjalanan memakai waktu 5 jam lamanya Darmi duduk disamping Azizah selalu melempar senyum kepada keponakannya.

“Bi, kita mau kemana?” tanya Azizah penasaran.

“Kita ke tempat kelahiran ibu dan bibi kamu sayang,” ucap Darmi.

“Tempatnya seperti apa Bi? apakah sebagus Surabaya?” tanya Azizah lagi.

“Dua-duanya bagus sayang hanya saja ditempat kelahiran bibi dan ibumu tempatnya asri sayang masih banyak pepohonan nya kalau di Surabaya kendaraan nya yang banyak sayang,” jelas Darmi.

“Maksud bibi kalau Surabaya itu kota kalau tempat bibi dan mami itu masih desa!” seru Azizah.

“Wah hebat keponakan bibi ini. benar jawaban kamu sayang.”

“Azizah gituloh,” Ucap Azizah sambil melipat kedua tangannya.

“Muacch..” Kecup Darmi pada kening Azizah.

“Bi, Azizah tidur ya ngantuk.”

“Ya sudah kamu tidur kalau sudah sampai bibi bangunkan.”

Tanpa berbasa-basi Azizah langsung tidur menelusuri alam bawah sadarnya.

“Ibu bapak kalian disini saja temani Azizah.” Rengek Azizah pada kedua orangtuanya.

“Azizah sayang kami sudah tenang disini, kami bangga Azizah bisa menjadi anak yang kuat dan tegar,” ucap Maya.

“Iya nak kami sangat bangga, kamu tidak boleh bersedih lagi kami menemani kamu dari sini,” ucap Johan.

“Selamat tinggal nak ingat pesan kita,” ucap Maya dan Johan.

“Ibu bapak jangan pergi!” teriak Azizah

kemudian terbangun dari mimpinya.

“Kamu kenapa nak?” tanya Darmi Terkejut.

“Azizah mimpi bapak ibu bi. mereka bilang Azizah tidak boleh bersedih lagi dan mereka bilang akan menemani Azizah selalu,” Ucap Azizah menjelaskan mimpinya.

“Kalau begitu Azizah harus mengikuti kata-kata dari bapak dan ibu Azizah,” ucap Darmi.

“Iya Bi pasti,” ucap Azizah kemudian mengangguk tanda mengerti.

“Sebentar lagi kita sampai sayang,” ucap Darmi.

“Azizah sudah tidak sabar Bi,” balas Azizah.

“Pasti kamu suka tempatnya sayang,” terang Darmi.

Selang beberapa menit.

“Kita sudah sampai sayang, selamat datang Magetan kita sekarang di terminal Maospati Azizah,” terang Darmi.

“Terminalnya bagus bi ramai pula,” balas Azizah.

“Hampir 10 tahun tidak pulang ternyata banyak sekali perubahan nya sayang,” Ucap Darmi.

“Memangnya dulu seperti apa Bi?” tanya Azizah penasaran.

“Kalau dulu belum setinggi ini sayang lantainya dan tempatnya tidak seluas ini terutama letaknya kini sudah terlihat rapi,” jawab Darmi.

“Dulu dan sekarang jelas beda Bi hehe” ucal Azizah tersenyum lebar.

Part 2

Happy Reading!!!

Perjalanan menuju rumah lama Darmi dan Maya memakan waktu 5 menit.

hampir 10 tahun ia dan Maya yang tak lain ibu Azizah tidak pulang ke kampung halaman.

“Sudah sampai nak, itu rumah bibi dan ibumu yang berwarna hijau muda. dulu kamu suka main dibawa pohon mangga,” tunjuk Darmi.

“Tapi Bi, Azizah sama sekali tidak ingat,” ucap Azizah dengan raut sedih.

“Ya jelas kamu tidak ingat nak waktu itu usiamu masih 2 tahun, jalan saja masih belum lancar,” terang Darmi.

“Hehe.. iya Bi,” ucap Azizah cengengesan.

“Ya sudah ayo bantu bibi angkat tas,” titah Darmi.

“Iya Bi,” balas Azizah.

Saat mereka sibuk mengangkat tas dan barang lainnya. salah satu ibu paruh baya menghampiri mereka.

“Loh Iki Darmi to? Ya Gusti piye ndok kabarmu?” ( loh ini Darmi ya? Ya Allah bagaimana nak kabarmu?) tanya Lasmi.

“Alhamdulillah kabare Kulo apik,” ( Alhamdulillah kabar saya baik)” terang Darmi.

“Bocah cilik ini sopo mi, kok rupane mirip Maya?” ( anak kecil ini siapa mi, kok wajahnya mirip Maya)” tanya Lasmi.

“Niki putrane Maya Bu asmane Azizah mosok Bu Lasmi lali to?” ( ini anaknya Maya bu namanya Azizah masak ibu lupa) terang Darmi.

“Astaghfirullah.. nganti lali aku. Iki bocah sing seneng dolan neng ngisor Pelem kui to” (Astaghfirullah sampai lupa aku. ini bocah yang suka main di bawah mangga itu ya)” ucap Lasmi.

Azizah hanya terdiam dan sekali melempar senyum manis melihat mereka berbicara ibaratnya temu kangen antar tetangga.

kruk.. kruk.. kruk..

“Haduh ini perut malah bunyi,” ucap Azizah lirih.

“Haha..haha..” tawa Darmi dan Lasmi pecah mendengar suara perut gadis kecil itu.

“Azizah malu banget,” ucap Azizah dengan menutup wajah.

“Maem neng omahku dhisik, ngko pak RT ben ngurusi omahmu Sik ya, kan kuncine Karo Pak RT" ( makan di rumahku dulu, nanti pak RT biar ngurusi rumahmu dulu ya, kan kuncinya sama pak RT)” terang Lasmi.

“Suwun Bu ( terima kasih Bu)” ucap Darmi.

“Yowes Ndang di maem, aku tak nelpon pak RT ben Ndang diurusi” ( ya sudah cepat dimakan, saya nelpon pak RT dulu biar segera diurusi) titah Lasmi.

Setengah jam kemudian..

“Darmi Ki kuncine omahmu jare pak RT kuncine diganti ae” ( Darmi ini kunci rumhmy kata pak RT kuncinya diganti saja" ucap Lasmi sambil menyerahkan kunci pintu rumah.

“Nggih Bu, matur suwun Kulo pamit"( iya Bu terima kasih saya pamit,” ucap Darmi.

“Terima kasih Mbah Azizah pamit juga,” ucap Azizah.

“Assalamualaikum,” ucap Darmi dan Azizah bersamaan.

“Waalaikumsalam,” balas Lasmi.

Sesampainya di rumah mereka segera membersihkan rumah yang banyak debu serta usang.

Azizah sesekali melirik ke arah Darmi ia beruntung mempunyai bibi seperti Darmi seolah ia mendapatkan sosok wanita yang sangat mirip dengan ibunya Maya.

Terima kasih Ya Allah SWT Engkau memberikan hamba bibi Darmi yang sangat baik semoga bibi selalu menemani Azizah.

“Azizah kamar kamu disebelah situ ya nak, dulu itu kamar ibumu,” tunjuk Darmi pada salah satu kamar.

“Terima kasih Bi, Azizah beruntung punya bibi Darmi,” ucap Azizah dengan mata berkaca-kaca.

“Bibi lebih beruntung punya kamu nak yang cantik, pintar dan penurut seperti kamu,” balas Darmi.

“Azizah ke kamar dulu Bi,” ucap Azizah.

“Ya sudah sayang kamu langsung tidur ya.”

“Siap Bi, Azizah langsung tidur bibi juga langsung tidur.”

“Asyiap..”

“Hehe.. bibi bisa saja.”

Mas Johan dan Mbak Maya anak kalian sungguh pintar, saya akan merawat Azizah seperti anak saya sendiri. kalau saja Tania tidak meninggal 5 tahun yang lalu karena sakit mungkin sekarang mereka seusia dan mungkin mas Erwin tidak menceraikan saya.

Keesokan harinya..

“Azizah bangun sayang, hari ini kamu masuk sekolah,” ucap Darmi kemudian menggoyang tubuh Azizah.

“Azizah sekolah dimana Bi?” tanya Azizah setengah sadar.

“Kamu sekolah di SMP N 3 Maospati sayang,” jawab Darmi.

“Sekolah nya bagus tidak bi?” tanya Azizah lagi.

“Bagus sayang, ya sudah jangan banyak bicara kamu cepat mandi bibi sudah memasak buat kamu!” perintah Darmi.

“Siap bi, Azizah mandi dulu,” balas Azizah.

15 menit kemudian..

“Wah.. keliatan enak bi, Azizah makan banyak boleh ya Bi,” ucap Azizah gembira.

“Tidak apa-apa kan sayang sarapan nya lauk tempe goreng dan ikan asin?” tanya Darmi sedih.

“Bibi jangan seperti itu Azizah suka Bi, apalgi ditemani bibi,” jelas Azizah.

“Terima kasih sayang, kamu memang keponakan bibi yang baik.” ucap Darmi.

“Azizah Cahyani gitu loh Bi hehe..” ucap Azizah dengan senyum manis.

Azizah dan Darmi makan dengan khusyuk tidak ada suara saat mereka sarapan yang terdengar hanya suara sendok beradu dengan piring.

Seusai sarapan mereka pun pergi menuju sekolah baru Azizah.

Azizah yang awalnya takut untuk bersekolah dengan usaha Darmi menyakinkan Azizah.

akhirnya mau untuk bersekolah.

“Permisi, selamat pagi!” ucap Darmi pada salah satu guru .

“Oh selamat pagi, ada yang bisa saya bantu!!” balas Kardi.

“Begini pak, saya mengantarkan keponakan saya sekolah. kemarin saya sudah menghubungi pak Joko,” terang Darmi.

“Oo.. yang pindahan dari Surabaya itu ya Bu, perkenalkan saya Nurohman guru yang akan menjadi wali murid keponakan ibu,” balas Nurohman.

“Saya Darmi bibi Azizah, kalau begitu apa bisa Azizah langsung masuk sekolah pak?” tanya Darmi.

“Kebetulan sudah waktunya masuk kelas, mari nak bapak antarkan kamu ke kelas hari ini pelajaran bahasa Indonesia,” ucap Nurohman.

“Kalau begitu saya langsung pamit ya pak, Azizah belajar yang benar. bibi pulang dulu nanti bibi jemput,” ucap Darmi.

“Iya Bu,” balas Nurohman.

“Iya Bi, Azizah akan belajar bersungguh-sungguh,” balas Azizah.

Sesampainya di kelas.

“Perhatian semuanya hari ini kita kedatangan murid baru dari Surabaya bapak harap kalian dan murid baru bisa beradaptasi dengan baik,” ucap Nurohman.

“Baik pak!”ucap mereka serentak.

“Pak namanya siapa?” tanya putra.

“Rumahnya dimana pak?” tanya meli.

“Ssuuuttt.. diam semuanya. biarkan teman baru kalian memperkenalkan diri,” terang Nurohman.

“Perkenalkan nama saya Azizah Cahyani biasa dipanggil Azizah alamat saya Jl. Pandan Maospati,” ucap Azizah lantang.

“Kalian sudah mendengar nama murid baru ini siapa. jadi bapak harap kalian memanggilnya Azizah,” tegas Nurohman.

“Baik pak!” ucap murid serentak.

“Azizah kamu duduk di sebelah Yana bangku kosong itu,” tunjuk Nurohman.

“Baik pak,” balas Azizah kemudian berjalan menuju bangku kosong itu.

“Hai.. perkenalkan namaku Yana,” ucap Yana kemudian mengulurkan tangannya.

“Azizah Cahyani panggil saja Azizah,” balas Azizah kemudian menyambut tangan Yana.

“Akhirnya aku punya teman sebangku, kamu tahu tidak aku tiap hari kesepian tidak ada teman,” ucap yana akrab.

“Sekarang aku jadi teman kamu Yana.”

“Horee.. hore..”

“Ayo yana keluarkan buku bahasa Indonesia dan taruh ditengah meja sementara ini kamu berbagi buku sementara" tegas Nurohman.

"iya pak Nur,” balas Yana.

Bel istirahat..

“Yuk Azizah kita ke kantin!” ajak Yana.

“Aku seperti lupa bawa uang jajan Yana, kamu saja ke kantin,” balas Azizah tak enak hati.

“Kamu ini Azizah, aku yang traktir ya,” ucap Yana.

“Tidak, terima kasih Yana,” tolak Azizah.

“Pokoknya aku yang traktir,” tegas Yana kemudian menarik lengan Azizah.

“Tapi....”

“Tidak ada tapi-tapian Azizah,” potong Yana.

“Baiklah terima kasih Yana,” ucap Azizah.

Sepanjang jalan menuju kantin banyak mata yang melihat mereka. Yana tidak perduli dengan mata yang melihat mereka namun berbeda dengan Azizah, Azizah terlihat begitu canggung.

“Dengaren Yana akur Karo konco kelas biasane ora” ( tumben Yana akur sama Teman kelas biasanya tidak) ucap salah satu murid.

“Kui loh cah anyar pindahan tekan Surabaya” ( itu loh anak baru pindahan dari Surabaya) balas salah satu murid.

“Oallah, tapi kok maleh akur ngono ya padahal lagek cetuk”( oallah, tapi kok malah akur begitu ya padahal baru ketemu).

“Yoben lah timbang bingung” (biarlah timbang pusing).

“Ho-oh, wes otw kelas ae” ( Ho-oh, ya sudah otw kelas aja).

~~

“Bu soto 2 sama es teh 2 ya,” ucap Yana.

“Siap cah ayu,” balas Marni.

“Terima kasih Yana,” ucap Azizah lirih.

“Sudah jangan dibahas lagi,” balas Yana.

“Niki cah ayu sotone, lah bocah wedok Ki sopo cah ayu?” ( ini nak cantik sotonya, lah anak perempuan ini siapa nak cantik?) tanya Marni manis.

“Konco anyar” ( teman baru) jawab Yana.

“Jenengmu sopo ndok?” ( namamu siapa nak?) tanya Marni pada Azizah.

“Azizah Bu,” jawab Azizah.

“Yowes Yana Karo Azizah ndang di maem ya sotone”( ya sudah Yana dan Azizah segera dimakan sotonya) titah Marni.

“Nggih Bu”( iya Bu) jawab bersamaan.

Kring.. kring..

“Yuk Azizah bel masuk sudah bunyi, kita balik ke kelas!” ajak Yana.

Mereka pun bergegas menuju kelas.

“Anak-anak keluarkan kertas lembar hari ini kita ulangan matematika,” ucap Wahid.

“Ulangan pak?” tanya murid.

“Iya hari ini ulangan cepat keluarkan sekarang!” titah Wahid.

“Baik pak,” ucap murid lemas.

“Kamu anak baru ya?” tanya Wahid.

“Iya pak saya Azizah.”

“Sini kamu maju bagikan kertas lembar soal!” titah Wahid.

“Baik pak!” seru Azizah.

Selesai membagikan kertas lembar soal ulangan matematika.

Azizah langsung mengerjakan soal ulangan tersebut.

tidak ada kesulitan bagi Azizah untuk mengerjakan soal tersebut karena pelajaran tersebut sudah ia pelajari di kelas sekolah dasar waktu ia bersekolah di Surabaya.

“Azizah nomor 7 kamu sudah belum? yang lain aku sudah tinggal nomor 7 yang belum,” ucap Yana lirih.

“Nomor 7 aku sudah, tapi nomor 9 aku belum,” jawab Azizah.

“Kalau begitu kita tukaran jawaban oke, aku nomor 7 kamu nomor 9,” terang Yana.

“Oke,” balas Azizah.

Mereka saling tukar jawaban, entah kenapa hanya waktu setengah hari mereka seperti saudara yang saling melengkapi.

Azizah bahagia mengenal Yana. Yana pun sangat bahagia mengenal Azizah.

“Waktunya habis, segera dikumpulkan,” ucap Wahid.

“Belum selesai pak,” ucap Dimas.

“Kurang 1 lagi pak sebentar,” ucap putra.

“Selesai tidak selesai dikumpulkan sekarang saya hitung sampai 3. 1..2..3..” tegas Wahid.

Anak-anak yang belum selesai pun langsung memberikan kertas jawaban ada yang mengisi asal-asalan ada pula yang tidak diisi.

“Haduh, nilaiku elek Ki” ( haduh, nilaiku jelek ini) ucap Dimas.

“Podo ae nilaiku elek Yoan” (sama saja nilaiku jelek juga) balas putra.

“Mesti sing apik Yana, soale Yana sing paling pinter neng kelas” (pasti yang bagus Yana, soalnya Yana yang paling pintar di kelas) ucap Dewi.

“Ora mesti” (tidak pasti) ketus Yana.

Murid kelas VII B tahu kalau Yana memiliki sifat cuek terhadap teman bukan karena ia sombong melainkan ia hanya berbicara yang penting saja, namun sejak kedatangan Azizah ia merasa sedikit membuka diri karena ia yakin Azizah teman yang tepat untuk berbagi cerita.

sedikit cerita Yana adalah anak broken home orang tua Yana bercerai saat Yana berumur 7 tahun atau lebih tepatnya kelas 1 SD.

sejak saat itu ia menutup diri.

“Anak-anak silahkan alat tulis kalian di bereskan waktunya pulang,” ucap Wahid.

“Baik pak,” balas anak murid serempak.

“Besok bapak akan membagikan nilai ulangan kalian, bapak harap kelas kalian nilainya bagus semua,” tegas Wahid.

“Iya pak,” balas murid.

“Semuanya sudah siap, ayo putra pimpin doa!” titah Wahid pada Putra.

“Semuanya siap, mari kita berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing berdoa mulai,” ucap putra.

“Berdoa selesai,” sambung putra lagi.

Selesai bersalaman dengan Pak Wahid mereka langsung bergegas pulang, Azizah dijemput oleh Darmi sementara Yana dijemput oleh seorang lelaki paruh baya yang tak lain supir pribadi Yana.

“Azizah dan Tange Yana pulang duluan ya,” ucap Yana.

“Iya Yana hati-hati,” balas Azizah.

“Temanmu nak? Siapa nama teman kamu itu nak?” tanya Darmi.

“Iya Bi namanya Yana tadi Azizah ditraktir soto dan es teh Bi,” balas Azizah polos.

“Ya Allah bibi lupa kasih kamu uang jajan,” ucap Darmi menyesal.

“Tidak apa Bi,” balas Azizah dengan senyum manisnya.

“Ya sudah ayo kita pulang nak!” ajak Darmi.

“Iya Bi,” balas Azizah.

jangan lupa klik like, favorit, komen dan kritik karena itu bagian dari semangat author..

love you all..

Part 3

Sepanjang perjalanan pulang Azizah fokus mengedarkan pandangannya kesana-kemari, tanpa sadar sepeda yang ia dan bibi Darmi naiki berhenti dengan tempat jual beli berbagai kebutuhan yaitu Pasar.

“Bi ini kita mau ke pasar?” tanya Azizah.

“Iya sayang, kita ke pasar sebentar ya nak ada yang mau bibi cari,” jawab Darmi.

“Apa ada yang mau bibi beli?”

“Iya sayang, bibi mau beli cat tembok. warna tembok kita sudah jelek nak jadi kita beli supaya rumah kita baru lagi.”

“Oh gitu ya Bi, oke Bi.”

“Ya sudah ayo kita masuk ke dalam.”

Sampailah mereka di pasar.

“Bu ada cat tembok yang biasa? harganya berapa?” tanya Darmi pada pemilik toko cat.

“Yang ini mbak, harganya Rp. 45.000,” jawab pemilik toko.

“Tidak kurang lagi Bu? Rp. 35.000 ya Bu uang saya tidak cukup,” ucap Darmi memelas.

“Saya kasih Rp. 40.000 bagaimana?” tanya pemilik toko.

“Ya sudah Bu ini saja saya ambil, terima kasih!” ucap Darmi memberikan uang Rp. 20.000 2 lembar kemudian pergi.

“Habis ini kita kemana lagi bi?” tanya Azizah.

“Kita beli lauk dulu, habis itu kita pulang ya nak,” jawab Darmi.

“Baik Bi.”

“Azizah mau lauk apa sayang?” tanya Darmi pada keponakannya.

“Azizah ikut bibi saja, apapun yang bibi masak Azizah suka.”

“Kalau begitu kangkung bagaimana nak?”

“Azizah mau Bi.”

“Oke kita beli kangkung ya sayang.”

Selesai membeli kangkung mereka pulang.

“Azizah ganti baju ya nak, setelah itu makan siang!” perintah

“Baik Bi.”

Drrtt.. drrtt. ponsel Darmi bergetar.

“Assalamualaikum, bisa bicara dengan Bu Darmi?” tanya Triyani.

“Iya dengan saya sendiri,” jawab Darmi.

“Sebelumnya perkenalkan Saya Triyani, apakah Bu Darmi benar ingin mencari pekerjaan?”

“Iya benar saya butuh sekali pekerjaan.”

“Kalau begitu mulai besok Bu Darmi ke rumah saya di perumahan LANUD ISWAHJUDI ya Bu Darmi. rumah saya dekat masjid,” terang Triyani.

“Alhamdulillah, baik Bu besok pagi saya akan kesana,” balas Darmi bahagia.

“Kalau begitu saya tutup telponnya, Assalamualaikum,” ucap Triyani.

“Waalaikumsalam,” balas Darmi.

“Alhamdulillah Ya Allah, hamba akhirnya dapat pekerjaan semoga pekerjaan hamba selalu Engkau Ridhoi Ya Allah,” ucap syukur Darmi.

“Ada apa Bi, wajah bibi terlihat bahagia sekali?” tanya Azizah penasaran.

“Besok bibi mulai bekerja nak, jadi bibi bisa bayar biaya sekolah kamu dan kebutuhan kita,” balas Darmi.

“Maaf Bi, Azizah menyusahkan bibi terus,” ucap Azizah sedih.

“Kamu ini ngomong apa Azizah, justru bibi senang karena kamu bibi ada teman dan bibi tambah senang lagi kalau kamu semangat, ceria pokoknya keponakan bibi tidak sedih. cuma itu yang bibi mau nak,” terang Darmi kemudian memeluk Azizah.

“Azizah beruntung dan sayang sama bibi, terima kasih ya Bi sudah memperlakukan Azizah seperti anak sendiri,” ucap Azizah menangis terharu.

“Kok malah nangis, kalau begitu boleh bibi minta 1 permintaan?” tanya Darmi.

“Permintaan apa Bi!” seru Azizah.

“Mulai sekarang panggil Bi Darmi Ibu apa Azizah mau mengabulkan permintaan bibi?” tanya Darmi dengan hati-hati.

“Azizah mau Bu,” balas Azizah yang langsung mengganti panggilannya kepada Darmi dengan sebutan Ibu.

Darmi yang mendengar panggilan tersebut langsung menangis haru tidak henti-hentinya ia memeluk Azizah dan mengecup dahi Azizah. Azizah merasa sangat bahagia kini ia mendapatkan ibunya kembali.

“Terima kasih nak, terima kasih,” ucap Darmi.

“Iya Bu, Azizah juga berterima kasih sama ibu,” sahut Azizah polos.

“Sekarang kita makan ya nak!” Ajak Darmi.

“Iya Bu kebetulan Azizah lapar lagi hehe,” balas Azizah dengan menunjukkan senyum manisnya.

20 menit mereka habiskan untuk makan bersama. setelah makan Azizah membantu mengangkat piring kotor dan gelas kotor. sementara Darmi mencuci piring dan gelas kotor bekas mereka makan.

“Sepi ya nak, nanti gaji pertama ibu, ibu belikan televisi biar rumah ini terlihat ramai,” ucap Darmi.

“Azizah ikut ibu saja,” balas Azizah.

“Oya, bagaimana sekolah kamu tadi nak, apakah sulit untuk beradaptasi?” tanya Darmi penasaran.

“Hmmm...”

“Kok hmmm, ayo ceritakan! ibu penasaran!” pinta Darmi antusias.

“Alhamdulillah baik Bu, ibu tahu kan Yana! Yana Sekarang menjadi teman sebangku Azizah. Yana orangnya baik bu,” terang Azizah polos.

“Syukurlah kalau begitu,” ucap Darmi lega.

“Iya Bu, terus tadi ada ulangan matematika Azizah kesulitan di nomor 9 dan Yana kesulitan di nomor 7 jadi kami saling tukar jawab Bu,” terang Azizah.

“Kenapa kalian tidak belajar bersama saja sayang, jadi kan bisa tambah pintar. lagian ibu percaya kamu bakal jadi anak yang sukses,” ucap Darmi.

“Iya Bu, besok Azizah bicara sama Yana,” balas Azizah.

“Ibu mau sholat dulu Azizah mau ikut?” tanya Darmi.

“Iya Bu, Azizah ikut sholat!” seru Azizah.

“Ya sudah ayo kita berwudhu!” Ajak Darmi.

Selesai berwudhu mereka langsung bergegas menuju kamar yang sudah dikhususkan untuk Sholat.

Do'a Darmi.

Ya Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, berikan hamba ini Rezeki Mu Ya Allah. berikan hamba kemudahan menjalankan semua ini Ya Allah. Ya Allah berikanlah anak hamba yaitu Azizah kesehatan dan kesabaran Ya Allah, Semoga kelak ia menjadi seorang gadis yang berhasil Ya Allah. lindungi dia dari orang-orang yang berniat jahat kepada kami Ya Allah dan semoga Almarhum anak hamba, kakak hamba dan kakak ipar hamba diterima disisi- Mu Ya Allah Amin.

Do'a Azizah.

Ya Allah Azizah mohon semoga ibu Darmi selalu sayang sama Azizah, semoga ibu Darmi diberikan rezeki dan semoga ibu Darmi selalu sehat.

Bapak, ibu Azizah sekarang punya ibu Darmi kalian jangan khawatir sama Azizah lagi, Azizah janji bakal jadi anak yang baik dan penurut Amin Ya Allah.

Selesai sholat Azizah dan Darmi bergegas ke kamar untuk tidur siang.

Disisi lain.

“Pak, papi udah pulang belum?” tanya Yana pada sopir pribadinya.

“Tuan Danu belum pulang nona, kata Tuan Danu pulang ke rumah sekitar jam 10 malam,” balas Paijo.

“Pulang malam terus, begitu terus anaknya sendiri dilupain,” omel Yana. “Kalau begitu antar Yana ke tempat mami sekarang.” Sambung Yana lagi.

“Tapi non...”

“Tidak ada tapi-tapi an pokoknya antar Yana ke Ponorogo sekarang juga titik,” ucap Yana sedikit meninggi.

“Baik non Yana,” balas Paijo.

2 jam perjalanan menuju rumah Rika, sepanjang perjalanan Yana selalu menangis ia tidak habis pikir dengan kedua orangtuanya yang selalu acuh tak acuh terhadap dirinya.

“Sudah Non, jangan nangis terus nanti Nyonya Rika sedih.”

“Sedih apanya pak, mami apa pernah sedih tidak pernah pak, tidak pernah,” omel Yana.

“Ya sudah mbak itu air matanya cepat dihapus nanti nyonya marah sama saya dikira saya marahin nona,” terang Paijo.

“Iya Pak,” balas Yana kemudian menghapus air mata.

“Sudah sampai non, saya langsung pulang apa menunggu disini?” tanya Paijo.

"Pak Paijo tunggu disini saja dulu" ketus Yana kemudian membuka pintu mobil.

“Yana kok kesini tidak ngabarin mami, seharusnya kamu ngabarin mami dulu dirumah masih ada tamu,” ucap Rika.

“Tidak ada waktu,” ketus Yana.

“Kamu diam disini dulu jangan masuk tunggu mami panggil!” perintah Rika.

“Iya,” jawab Yana dengan tangan mengepal erat.

Yana sudah tahu yang didalam itu pasti Om Jay selingkuhan Rika. hanya saja ia pura-pura tidak tahu karena ia lelah dengan keegoisan orang tuanya yang hanya mementingkan karir dan percintaan.

“Yana ayo masuk, ini ada Om Jay,” ucap Rika bersemangat.

“Mami Yana pulang saja, lagipula Yana tahu siapa nama Om itu,” ketus Yana kemudian pergi meninggalkan mereka tanpa perduli Rika memanggil namanya.

“Yana berhenti!” panggil Rika, namun Yana mempercepat langkahnya seolah tak menghiraukan panggilan Rika.

“Jalan pak kita pulang sekarang!” perintah Yana pada Paijo.

“Baik non,” balas Paijo.

Sesampainya di kediaman Danu Aryanto Yana tanpa berbasa-basi langsung menuju kamar ia meluapkan kesedihan yang ia rasakan pada boneka panda kesayangan.

“Mochi Papi sama mami jahat, aku benci sama mereka seharusnya mereka nemenin aku mochi,” ucap Yana dengan tangisan yang begitu berat.

Isak tangis Yana pecah terdengar sampai luar kamar, mbok Parti yang tak lain pembantu rumah tersebut hanya diam ia tahu benar mengapa Yana menangis. karena ia sudah bekerja dengan keluarga Danu Aryanto sejak Danu dan Rika baru jadi pengantin baru.

Kasihan sekali non Yana.

Keesokan harinya.

“Bu Azizah berangkat dulu ya!”

“Sama ibu aja nak, ini ibu mau berangkat bekerja juga, lagian kalau jalan kaki capek nak belum sampai sekolah sudah pegal-pegal itu kaki kamu,” jelas Darmi.

“Oke Bu Azizah ikut kata ibu saja.”

“Nah itu baru anak penurut.”

“Iya bu, Azizah hari ini bawa bekal ya Bu jadi sampai sekolah tinggal beli lauk.”

“Iya sayang ini uang buat beli lauk,” ucap Darmi sambil memberikan pecah uang kertas sebesar Rp. 2.000.

“Terima kasih Bu, Azizah ke kamar bentar Bu ada yang tertinggal,” ucap Azizah.

Azizah kemudian menuju ke kamar ia mengeluarkan uang Rp.2.000 tersebut kemudian menyimpannya didalam lemari pakaian Azizah.

Azizah berpikir kalau uang tersebut sebaiknya ia tabung.

“Azizah ayo nak telat nanti,” teriak Darmi.

“Iya Bu,” balas Azizah kemudian pergi keluar kamar.

Sesampainya di sekolah.

“Azizah masuk dulu ya Bu.”

“Belajar yang pintar ya nak, nanti ibu jemput kamu pulang sekolah.”

“Iya Bu nanti Azizah tunggu disini, kalau begitu Azizah masuk dulu ya Bu Assalamualaikum,” ucap Azizah kemudian mencium tangan kanan Darmi.

“Waalaikumsalam.”

Darmi kemudian bergegas menuju tempat perkerjaan barunya tersebut.

“Azizah tunggu!” Teriak Yana.

mendengar ada yang memanggil namanya Azizah pun langsung menoleh.

“Yana,” ucap Azizah lirih.

“Wah.. Azizah dari tadi aku manggil kamu, kamu tidak nengok,” ucap Yana ngos-ngosan.

“Maaf hehe..” balas Azizah polos.

“Ya sudah ayo kita masuk hari ini nilai ulangan harian matematika kita keluar semoga nilai kita bagus!” Ajak Yana semangat.

Tanpa disadari Yana, Azizah melihat mata Yana yang terlihat bengkak namun Azizah tidak berani untuk bertanya.

Kring.. kring.. suara bel masuk berbunyi.

“Baik, anak-anak bapak ingin memberitahukan nilai ulangan harian matematika kalian, jujur bapak sangat terkejut nilai kalian banyak yang hancur bapak sangat mengharapkan kepada kalian untuk belajar lebih giat lagi dan dikelas ini ada 2 murid yang nilainya sempurna bapak salut dengan kedua murid bapak ini mereka adalah..”

Murid kelas VII B sangat antusias kepada salah satu murid dengan nilai bagus tersebut. karena yang mereka tahu hanya Yana saja yang terbaik di kelas mereka.

“Selamat kepada Yana Aryanto dan Azizah Cahyani kalian silahkan maju ke depan,” ucap Wahid.

Mendengar nama Azizah Cahyani para murid menatap sinis ke arah Azizah mereka yakin bahwa Azizah menyontek jawaban dari Yana.

“Huuu...huu.” Sorak anak-anak.

“Diam semuanya!” Teriak Wahid.

Sontak para murid terdiam mereka tahu jika Wahid saat sedang marah seperti singa tidak ada yang bisa mengeluarkan suara sedikitpun kalau tidak hukumannya seminggu piket kelas.

“Ini untuk kalian berdua bapak bangga dengan kalian!” ucap Wahid kemudian memberikan hadiah yang sudah terbungkus rapi.

Azizah merasa senang dengan hadiah yang ia dapat, ia yakin Darmi akan sangat senang mendengar bahwa Azizah mendapatkan nilai terbaik diawal ia bersekolah.

“Yana, Azizah silahkan kembali ke kursi masing-masing!” Perintah Wahid.

“Terima kasih pak,” ucap mereka bersamaan kemudian pergi ke kursi mereka.

“Ibu pasti senang dengan hadiah ini,” ucap Azizah gembira.

“Iya...” balas Yana dengan senyum terpaksa.

Mereka kemudian belajar bersama, tidak terasa waktu belajar sudah habis anak-anak bergegas membereskan alat tulis mereka.

Azizah menunggu kedatangan Darmi didepan gerbang sementara Yana sudah pulang lebih dulu.

“Lama nak nunggu ibu?” tanya Darmi.

“Tidak Bu,” ucap Azizah gembira.

“Ini kenapa anak ibu kelihatannya bahagia sekali,” tanya Darmi menyelidik.

“Hari ini Azizah dapat hadiah dari pak Wahid Bu, karena nilai Azizah dan Yana bagus,” jelas Azizah gembira sambil menunjukkan hadiah tersebut.

“Alhamdulillah, anak ibu memang terbaik,” ucap Darmi kemudian memeluk Azizah.

Mereka kemudian bergegas pulang, sepanjang perjalanan Azizah selalu bersenandung, Darmi yang mendengar hanya tersenyum.

TBC.

Vote ya!!!

Like ❤️ komen 👇

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!