Sepanjang perjalanan pulang Azizah fokus mengedarkan pandangannya kesana-kemari, tanpa sadar sepeda yang ia dan bibi Darmi naiki berhenti dengan tempat jual beli berbagai kebutuhan yaitu Pasar.
“Bi ini kita mau ke pasar?” tanya Azizah.
“Iya sayang, kita ke pasar sebentar ya nak ada yang mau bibi cari,” jawab Darmi.
“Apa ada yang mau bibi beli?”
“Iya sayang, bibi mau beli cat tembok. warna tembok kita sudah jelek nak jadi kita beli supaya rumah kita baru lagi.”
“Oh gitu ya Bi, oke Bi.”
“Ya sudah ayo kita masuk ke dalam.”
Sampailah mereka di pasar.
“Bu ada cat tembok yang biasa? harganya berapa?” tanya Darmi pada pemilik toko cat.
“Yang ini mbak, harganya Rp. 45.000,” jawab pemilik toko.
“Tidak kurang lagi Bu? Rp. 35.000 ya Bu uang saya tidak cukup,” ucap Darmi memelas.
“Saya kasih Rp. 40.000 bagaimana?” tanya pemilik toko.
“Ya sudah Bu ini saja saya ambil, terima kasih!” ucap Darmi memberikan uang Rp. 20.000 2 lembar kemudian pergi.
“Habis ini kita kemana lagi bi?” tanya Azizah.
“Kita beli lauk dulu, habis itu kita pulang ya nak,” jawab Darmi.
“Baik Bi.”
“Azizah mau lauk apa sayang?” tanya Darmi pada keponakannya.
“Azizah ikut bibi saja, apapun yang bibi masak Azizah suka.”
“Kalau begitu kangkung bagaimana nak?”
“Azizah mau Bi.”
“Oke kita beli kangkung ya sayang.”
Selesai membeli kangkung mereka pulang.
“Azizah ganti baju ya nak, setelah itu makan siang!” perintah
“Baik Bi.”
Drrtt.. drrtt. ponsel Darmi bergetar.
“Assalamualaikum, bisa bicara dengan Bu Darmi?” tanya Triyani.
“Iya dengan saya sendiri,” jawab Darmi.
“Sebelumnya perkenalkan Saya Triyani, apakah Bu Darmi benar ingin mencari pekerjaan?”
“Iya benar saya butuh sekali pekerjaan.”
“Kalau begitu mulai besok Bu Darmi ke rumah saya di perumahan LANUD ISWAHJUDI ya Bu Darmi. rumah saya dekat masjid,” terang Triyani.
“Alhamdulillah, baik Bu besok pagi saya akan kesana,” balas Darmi bahagia.
“Kalau begitu saya tutup telponnya, Assalamualaikum,” ucap Triyani.
“Waalaikumsalam,” balas Darmi.
“Alhamdulillah Ya Allah, hamba akhirnya dapat pekerjaan semoga pekerjaan hamba selalu Engkau Ridhoi Ya Allah,” ucap syukur Darmi.
“Ada apa Bi, wajah bibi terlihat bahagia sekali?” tanya Azizah penasaran.
“Besok bibi mulai bekerja nak, jadi bibi bisa bayar biaya sekolah kamu dan kebutuhan kita,” balas Darmi.
“Maaf Bi, Azizah menyusahkan bibi terus,” ucap Azizah sedih.
“Kamu ini ngomong apa Azizah, justru bibi senang karena kamu bibi ada teman dan bibi tambah senang lagi kalau kamu semangat, ceria pokoknya keponakan bibi tidak sedih. cuma itu yang bibi mau nak,” terang Darmi kemudian memeluk Azizah.
“Azizah beruntung dan sayang sama bibi, terima kasih ya Bi sudah memperlakukan Azizah seperti anak sendiri,” ucap Azizah menangis terharu.
“Kok malah nangis, kalau begitu boleh bibi minta 1 permintaan?” tanya Darmi.
“Permintaan apa Bi!” seru Azizah.
“Mulai sekarang panggil Bi Darmi Ibu apa Azizah mau mengabulkan permintaan bibi?” tanya Darmi dengan hati-hati.
“Azizah mau Bu,” balas Azizah yang langsung mengganti panggilannya kepada Darmi dengan sebutan Ibu.
Darmi yang mendengar panggilan tersebut langsung menangis haru tidak henti-hentinya ia memeluk Azizah dan mengecup dahi Azizah. Azizah merasa sangat bahagia kini ia mendapatkan ibunya kembali.
“Terima kasih nak, terima kasih,” ucap Darmi.
“Iya Bu, Azizah juga berterima kasih sama ibu,” sahut Azizah polos.
“Sekarang kita makan ya nak!” Ajak Darmi.
“Iya Bu kebetulan Azizah lapar lagi hehe,” balas Azizah dengan menunjukkan senyum manisnya.
20 menit mereka habiskan untuk makan bersama. setelah makan Azizah membantu mengangkat piring kotor dan gelas kotor. sementara Darmi mencuci piring dan gelas kotor bekas mereka makan.
“Sepi ya nak, nanti gaji pertama ibu, ibu belikan televisi biar rumah ini terlihat ramai,” ucap Darmi.
“Azizah ikut ibu saja,” balas Azizah.
“Oya, bagaimana sekolah kamu tadi nak, apakah sulit untuk beradaptasi?” tanya Darmi penasaran.
“Hmmm...”
“Kok hmmm, ayo ceritakan! ibu penasaran!” pinta Darmi antusias.
“Alhamdulillah baik Bu, ibu tahu kan Yana! Yana Sekarang menjadi teman sebangku Azizah. Yana orangnya baik bu,” terang Azizah polos.
“Syukurlah kalau begitu,” ucap Darmi lega.
“Iya Bu, terus tadi ada ulangan matematika Azizah kesulitan di nomor 9 dan Yana kesulitan di nomor 7 jadi kami saling tukar jawab Bu,” terang Azizah.
“Kenapa kalian tidak belajar bersama saja sayang, jadi kan bisa tambah pintar. lagian ibu percaya kamu bakal jadi anak yang sukses,” ucap Darmi.
“Iya Bu, besok Azizah bicara sama Yana,” balas Azizah.
“Ibu mau sholat dulu Azizah mau ikut?” tanya Darmi.
“Iya Bu, Azizah ikut sholat!” seru Azizah.
“Ya sudah ayo kita berwudhu!” Ajak Darmi.
Selesai berwudhu mereka langsung bergegas menuju kamar yang sudah dikhususkan untuk Sholat.
Do'a Darmi.
Ya Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, berikan hamba ini Rezeki Mu Ya Allah. berikan hamba kemudahan menjalankan semua ini Ya Allah. Ya Allah berikanlah anak hamba yaitu Azizah kesehatan dan kesabaran Ya Allah, Semoga kelak ia menjadi seorang gadis yang berhasil Ya Allah. lindungi dia dari orang-orang yang berniat jahat kepada kami Ya Allah dan semoga Almarhum anak hamba, kakak hamba dan kakak ipar hamba diterima disisi- Mu Ya Allah Amin.
Do'a Azizah.
Ya Allah Azizah mohon semoga ibu Darmi selalu sayang sama Azizah, semoga ibu Darmi diberikan rezeki dan semoga ibu Darmi selalu sehat.
Bapak, ibu Azizah sekarang punya ibu Darmi kalian jangan khawatir sama Azizah lagi, Azizah janji bakal jadi anak yang baik dan penurut Amin Ya Allah.
Selesai sholat Azizah dan Darmi bergegas ke kamar untuk tidur siang.
Disisi lain.
“Pak, papi udah pulang belum?” tanya Yana pada sopir pribadinya.
“Tuan Danu belum pulang nona, kata Tuan Danu pulang ke rumah sekitar jam 10 malam,” balas Paijo.
“Pulang malam terus, begitu terus anaknya sendiri dilupain,” omel Yana. “Kalau begitu antar Yana ke tempat mami sekarang.” Sambung Yana lagi.
“Tapi non...”
“Tidak ada tapi-tapi an pokoknya antar Yana ke Ponorogo sekarang juga titik,” ucap Yana sedikit meninggi.
“Baik non Yana,” balas Paijo.
2 jam perjalanan menuju rumah Rika, sepanjang perjalanan Yana selalu menangis ia tidak habis pikir dengan kedua orangtuanya yang selalu acuh tak acuh terhadap dirinya.
“Sudah Non, jangan nangis terus nanti Nyonya Rika sedih.”
“Sedih apanya pak, mami apa pernah sedih tidak pernah pak, tidak pernah,” omel Yana.
“Ya sudah mbak itu air matanya cepat dihapus nanti nyonya marah sama saya dikira saya marahin nona,” terang Paijo.
“Iya Pak,” balas Yana kemudian menghapus air mata.
“Sudah sampai non, saya langsung pulang apa menunggu disini?” tanya Paijo.
"Pak Paijo tunggu disini saja dulu" ketus Yana kemudian membuka pintu mobil.
“Yana kok kesini tidak ngabarin mami, seharusnya kamu ngabarin mami dulu dirumah masih ada tamu,” ucap Rika.
“Tidak ada waktu,” ketus Yana.
“Kamu diam disini dulu jangan masuk tunggu mami panggil!” perintah Rika.
“Iya,” jawab Yana dengan tangan mengepal erat.
Yana sudah tahu yang didalam itu pasti Om Jay selingkuhan Rika. hanya saja ia pura-pura tidak tahu karena ia lelah dengan keegoisan orang tuanya yang hanya mementingkan karir dan percintaan.
“Yana ayo masuk, ini ada Om Jay,” ucap Rika bersemangat.
“Mami Yana pulang saja, lagipula Yana tahu siapa nama Om itu,” ketus Yana kemudian pergi meninggalkan mereka tanpa perduli Rika memanggil namanya.
“Yana berhenti!” panggil Rika, namun Yana mempercepat langkahnya seolah tak menghiraukan panggilan Rika.
“Jalan pak kita pulang sekarang!” perintah Yana pada Paijo.
“Baik non,” balas Paijo.
Sesampainya di kediaman Danu Aryanto Yana tanpa berbasa-basi langsung menuju kamar ia meluapkan kesedihan yang ia rasakan pada boneka panda kesayangan.
“Mochi Papi sama mami jahat, aku benci sama mereka seharusnya mereka nemenin aku mochi,” ucap Yana dengan tangisan yang begitu berat.
Isak tangis Yana pecah terdengar sampai luar kamar, mbok Parti yang tak lain pembantu rumah tersebut hanya diam ia tahu benar mengapa Yana menangis. karena ia sudah bekerja dengan keluarga Danu Aryanto sejak Danu dan Rika baru jadi pengantin baru.
Kasihan sekali non Yana.
Keesokan harinya.
“Bu Azizah berangkat dulu ya!”
“Sama ibu aja nak, ini ibu mau berangkat bekerja juga, lagian kalau jalan kaki capek nak belum sampai sekolah sudah pegal-pegal itu kaki kamu,” jelas Darmi.
“Oke Bu Azizah ikut kata ibu saja.”
“Nah itu baru anak penurut.”
“Iya bu, Azizah hari ini bawa bekal ya Bu jadi sampai sekolah tinggal beli lauk.”
“Iya sayang ini uang buat beli lauk,” ucap Darmi sambil memberikan pecah uang kertas sebesar Rp. 2.000.
“Terima kasih Bu, Azizah ke kamar bentar Bu ada yang tertinggal,” ucap Azizah.
Azizah kemudian menuju ke kamar ia mengeluarkan uang Rp.2.000 tersebut kemudian menyimpannya didalam lemari pakaian Azizah.
Azizah berpikir kalau uang tersebut sebaiknya ia tabung.
“Azizah ayo nak telat nanti,” teriak Darmi.
“Iya Bu,” balas Azizah kemudian pergi keluar kamar.
Sesampainya di sekolah.
“Azizah masuk dulu ya Bu.”
“Belajar yang pintar ya nak, nanti ibu jemput kamu pulang sekolah.”
“Iya Bu nanti Azizah tunggu disini, kalau begitu Azizah masuk dulu ya Bu Assalamualaikum,” ucap Azizah kemudian mencium tangan kanan Darmi.
“Waalaikumsalam.”
Darmi kemudian bergegas menuju tempat perkerjaan barunya tersebut.
“Azizah tunggu!” Teriak Yana.
mendengar ada yang memanggil namanya Azizah pun langsung menoleh.
“Yana,” ucap Azizah lirih.
“Wah.. Azizah dari tadi aku manggil kamu, kamu tidak nengok,” ucap Yana ngos-ngosan.
“Maaf hehe..” balas Azizah polos.
“Ya sudah ayo kita masuk hari ini nilai ulangan harian matematika kita keluar semoga nilai kita bagus!” Ajak Yana semangat.
Tanpa disadari Yana, Azizah melihat mata Yana yang terlihat bengkak namun Azizah tidak berani untuk bertanya.
Kring.. kring.. suara bel masuk berbunyi.
“Baik, anak-anak bapak ingin memberitahukan nilai ulangan harian matematika kalian, jujur bapak sangat terkejut nilai kalian banyak yang hancur bapak sangat mengharapkan kepada kalian untuk belajar lebih giat lagi dan dikelas ini ada 2 murid yang nilainya sempurna bapak salut dengan kedua murid bapak ini mereka adalah..”
Murid kelas VII B sangat antusias kepada salah satu murid dengan nilai bagus tersebut. karena yang mereka tahu hanya Yana saja yang terbaik di kelas mereka.
“Selamat kepada Yana Aryanto dan Azizah Cahyani kalian silahkan maju ke depan,” ucap Wahid.
Mendengar nama Azizah Cahyani para murid menatap sinis ke arah Azizah mereka yakin bahwa Azizah menyontek jawaban dari Yana.
“Huuu...huu.” Sorak anak-anak.
“Diam semuanya!” Teriak Wahid.
Sontak para murid terdiam mereka tahu jika Wahid saat sedang marah seperti singa tidak ada yang bisa mengeluarkan suara sedikitpun kalau tidak hukumannya seminggu piket kelas.
“Ini untuk kalian berdua bapak bangga dengan kalian!” ucap Wahid kemudian memberikan hadiah yang sudah terbungkus rapi.
Azizah merasa senang dengan hadiah yang ia dapat, ia yakin Darmi akan sangat senang mendengar bahwa Azizah mendapatkan nilai terbaik diawal ia bersekolah.
“Yana, Azizah silahkan kembali ke kursi masing-masing!” Perintah Wahid.
“Terima kasih pak,” ucap mereka bersamaan kemudian pergi ke kursi mereka.
“Ibu pasti senang dengan hadiah ini,” ucap Azizah gembira.
“Iya...” balas Yana dengan senyum terpaksa.
Mereka kemudian belajar bersama, tidak terasa waktu belajar sudah habis anak-anak bergegas membereskan alat tulis mereka.
Azizah menunggu kedatangan Darmi didepan gerbang sementara Yana sudah pulang lebih dulu.
“Lama nak nunggu ibu?” tanya Darmi.
“Tidak Bu,” ucap Azizah gembira.
“Ini kenapa anak ibu kelihatannya bahagia sekali,” tanya Darmi menyelidik.
“Hari ini Azizah dapat hadiah dari pak Wahid Bu, karena nilai Azizah dan Yana bagus,” jelas Azizah gembira sambil menunjukkan hadiah tersebut.
“Alhamdulillah, anak ibu memang terbaik,” ucap Darmi kemudian memeluk Azizah.
Mereka kemudian bergegas pulang, sepanjang perjalanan Azizah selalu bersenandung, Darmi yang mendengar hanya tersenyum.
TBC.
Vote ya!!!
Like ❤️ komen 👇
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 215 Episodes
Comments
Maulana ya_Rohman
baca ulang thor...
2023-09-12
0
Sumi Sumi
lanjut
2022-10-14
0
Nur Sanah
janganlah iri , masa dibilangi nyontekkkk
2022-06-29
0