Meira

Meira

BAB. 1

Sebuah motor kini berhenti di depan kampus yang lumayan besar di kotanya. Gadis manis yang tadinya duduk manis di boncengan sepeda motor yang dikendarai oleh lelaki sebaya yaitu Ayahnya sendiri, kini perlahan turun dari boncengannya dan disambut sahabatnya bernama Ami yang terlihat sudah menunggunya dari tadi.

"Meira, Om Surya. Selamat pagi," sapa Ami ramah dengan senyumnya, Ami memang sudah akrab dengan semua anggota keluarga Meira sejak mereka masih SMA kelas 1.

"Pagi Mimi, Meira cantikan hari ini?" tanyanya sambil pamer gaya, rambut dikepang dua dengan pita merah, topi caping, baju putih dengan bawahan berwarna hitam serta jas almamater yang kebesaran melekat di tubuh mungilnya.

"Iya cantik," puji Ami, kenyataannya Meira memang cantik di matanya.

"Hihii... Mimi juga cantik kok." gantian, Meira balik memuji sahabatnya itu.

"Ami... Om, titip anak Om ya, kalau ada apa-apa hubungi aja Om," pinta Ayah Meira yang memang sangat khawatir dengan putrinya itu. Ini hari pertama Meira kembali bersosial ke lingkungan luar tanpa pengawasan salah satu anggota keluarga.

"Tenang aja Om, aku akan jagain Meira pokoknya, lagi pula tahun ini katanya ospeknya benar-benar diawasi pihak kampus," Ami berusaha membuat Ayahnya Meira tenang. "Tidak boleh ada kekerasan, pembulian apalagi pelecehan, jadi Om tidak perlu khawatir," ucap Ami, menenangkan kekhawatiran Ayah Meira.

"Iya, Ayah jangan khawatir. Nanti Ayah cape." sahut Meira memandang Ayahnya sayang.

"Ya sudah, kalau begitu Ayah berangkat kerja dulu," sebelum Ayahnya berangkat, Meira mencium tangan Ayahnya seperti kebiasaannya sejak kecil.

Meira sedikit kesulitan membawa semua pernak-pernik ospeknya, hari ini memang Meira lagi mengikuti ospek kampusnya setelah dua tahun fokus pada terapi saraf sekaligus kejar paket C nya.

Usianya kini sudah 20 tahun, lebih tua 1 atau 2 tahun dibandingkan teman-temannya yang rata-rata berusia 18 tahun dan 19 tahun bahkan ada yang masih 17 tahun kecuali Ami.

Sahabatnya itu benar-benar setia menunggunya sembuh dan bisa kembali kuliah bersama bahkan Ami rela mengikuti jurusan yang dianggap keluarga Meira lebih mudah dibandingkan jurusan yang lain, itu menurut mereka, nggak tau menurut kemampuan otak Meira.

Jurusan seni rupa itulah yang mereka pilihkan untuk Meira, mereka taunya seni rupa itu ya menggambar, menulis, pahat-memahat dan kerajinan tangan. Kalau cuma itu Meira memang masih menguasainya tapi kalau sudah berhubungan teori dengan bahasa orang jenius atau berhubungan dengan desain grafis komputer, udah deh Meira menyerah.

Tapi ya udah, itu urusan belakangan. Sekarang yang terpenting Meira bisa kuliah dan banyak bergaul dengan orang-orang sekitarnya karena itu adalah terapi paling mujarab untuknya.

Otak Meira itu seperti anak kecil yang pengetahuannya masih sedikit jadi seiring pengetahuannya bertambah akan sekitarnya maka dia juga mulai beradaptasi dan menyesuaikan dengan situasi yang dihadapinya dan kemungkinan besar dia bisa menjadi lebih dewasa seiring dengan waktu bertambah, hanya saja kemampuan otaknya tidak akan bisa sepintar dulu, kemampuan otaknya menurun akibat benturan keras tersebut.

Sama seperti benda yang retak kalau sudah rusak maka tidak akan kembali sempurna seperti sedia kala, begitu pun otak Meira. Itu cuma perumpamaan yang mereka buat, jadi jangan protes.

Pagi-pagi sekali mereka sudah berbaris bersama, untungnya Meira dan Ami berada dalam satu kelompok. Ini memang permintaan Ami pada pihak kampus, dia sudah menjelaskan bagaimana kondisi Meira yang masih rutin cek up ke rumah sakit.

Panitia ospek kini memberikan mereka pengarahan dan mengawasi atribut apa saja yang mereka pakai serta mencari orang-orang yang melupakan salah satu persyaratan ospek tersebut untuk diberi hukuman.

"Kenalin gue Daren Artama, gue yang akan menjadi pemandu kelompok kalian," ucap Daren memperkenalkan dirinya, sekaligus memberi pengarahan untuk kelompoknya.

"Kelompok duren! kalian buat yel-yel untuk kelompok kalian. Ingat harus ada kata duren," ucap panitia pemandu kelompok mereka.

"Tapi kan Meira nggak suka duren, Meira sukanya anggur, apel, dan mangga juga," protes dari Meira.

Meira tidak suka memiliki nama kelompok nama buah yang paling tidak dia sukai. Itu buah kesukaan Radodo adiknya yang selalu membuatnya kesal.

"Nama loe, siapa?" ketusnya, baru kali ini ada yang berani protes kebijakan yang mereka buat, pikir Daren.

"Kan tadi Meira sudah bilang, nama Meira itu, Meira. Ini tulisannya juga ada, gede lagi. Tadinya Meira mau ngasih warna pink. Tapi karena disuruhnya warna hijau jadi terpaksa warnanya hijau," jelasnya.

"Hahaa..." mereka teman sekelompok Meira, tidak bisa menahan tawa mereka lagi. Dari tadi gadis itu memang paling ngeselin tingkahnya. Semua hal yang tidak dia suka akan di protesnya.

"Meira jangan bicara seperti itu," pinta Ami, mencoba melarang Meira untuk bicara.

"DIAM...!" tatapnya Meira dengan wajah kesal namun tentu saja dia tidak akan melakukan apa-apa pada gadis itu. Peraturan Kampus yang sudah mereka sepakati sendiri yaitu tidak ada kekerasan dalam bentuk apa pun.

Sontak semua diam. Termasuk Meira yang menutup mulutnya rapat-rapat.

"Loe mau ngelawak di sini?" tanyanya ketus.

Meira cuma menggelengkan kepalanya berkali-kali. Sampai-sampai topi capingnya jatuh ke tanah.

"Yah jatuh. Upss..." Meira kembali menutup mulutnya dengan tangan, dia dan teman-temannya kan disuruh diam. Setelah kembali memasang topinya, Meira malah tersenyum bahagia menatap orang di hadapannya yang kini berkacak pinggang memandangnya setengah kesal.

"Haah..." Daren cuma bisa menghela napasnya, menghilangkan rasa kesalnya.

"Kalian buat yel-yel seperti yang gue suruh tadi, dan loe!" tunjuknya pada Meira.

Sedangkan Meira sudah mengangguk antusias. "TERSERAH LOE MAU BUAH APA PUN." tekannya setiap kosakata.

"Kalau jeruk?"

"TERSERAH..." sahutnya sambil berlalu, menjauh sejauh-jauhnya dari gadis yang paling ngeselin yang pernah ada di kampusnya itu.

"Asyik..." senangnya.

"Meira..." tegur Ami, ini yang dia takutkan. Sifat Meira yang seperti ini bisa membuatnya dalam masalah.

****

Jam istirahat, mereka bebas dari kelompok masing-masing. Ami meminta Meira untuk menunggunya di taman yang sudah dia tunjuk, sedangkan dia sendiri ingin membeli roti dan air minum.

"Meira, boleh duduk di sini ya? Meira cape," ucapnya pada seorang gadis berambut pendek namun cantik yang sedang duduk sendiri di sebuah kursi taman tepat di bawah pohon.

"Duduk aja," jawabnya cuek.

"Terima kasih. Meira boleh kenalan? Meira tidak memiliki banyak teman, cuma Mimi yang mau temanan sama Meira," dia memandang gadis di hadapannya dengan senyum cerianya sekaligus menyodorkan telapak tangannya untuk bersalaman.

Gadis itu memandang Meira cukup lama, dan mengabaikan ajakannya untuk bersalaman.

Tingkah aneh dan kekanak-kanakannya menjawab kenapa Meira tidak memiliki banyak teman. Siapa yang bisa tahan dengan sifatnya itu, yah kecuali temannya yang bernama Ami tadi. Dari penglihatannya Ami sangat sabar menghadapi Meira, sejak tadi Meira memang menjadi perhatian kelompok mereka, bukan karena kecantikannya tapi karena tingkah anehnya.

"Meira cape," keluhnya, tangannya masih setia menunggu balasan jabatan tangan dari gadis di sebelahnya itu.

"Gue Sany," ucapnya ketus, tidak tega juga ternyata melihat muka memelas Meira.

Terpaksa dia mengulurkan tangannya dan menerima perkenalan dari gadis di depannya yang bernama Meira.

Sany itu cewek tomboi, dia tidak suka berteman dengan cewek manja yang kerjaannya main salon-salonan, dia lebih suka berteman dengan cowok atau cewek yang cuek dan berani seperti dirinya.

Tapi sekarang sepertinya pengecualian untuk Meira, dia terlihat bahagia dengan senyum lebar kekanak-kanakan menghias bibirnya. Dan sepertinya Meira bukan gadis pesolek, dilihat dari wajah naturalnya yang cuma dihiasi bedak tipis serta lipstik merah muda yang juga tipis dan sederhana, Meira justru terlihat manis seperti anak kecil dan bukannya gadis kuliahan.

"Oh San..." Meira mencoba mengingat nama tersebut. "Sansan," ejanya pelan.

"Sany! Meira," koreksinya. Masa namanya dipenggal-penggal terus diulang lagi, batin Sany.

"Iya," sahut Meira senang. Hari ini dia bisa berkenalan dengan banyak teman baru, meski ada beberapa yang terkesan menjauhinya dan ilfeel pada tingkah kekanak-kanakannya.

Tidak lama kemudian, Ami datang dengan membawa banyak roti dan air mineral botol, dan kini mereka bertiga saling mengobrol bersama, meski Sany kadang memang bersikap ketus dan cuek tapi dia adalah teman yang asyik diajak mengobrol.

*****

"STOP..." teriak seorang gadis dengan suara cemprengnya.

Gadis yang bepakaian hitam putih, rambut di kepang, dan papan nama dari kertas kardus. Nampak jelas dia salah satu mahasiswa baru, anak ospek.

Dengan cepat dia merem motornya mendadak. Hampir saja, dia menabrak gadis itu kalau tangannya tidak reflek.

Gadis itu terlihat menghalangi jalannya dengan merentangkan kedua tangannya tanpa memikirkan resiko apa yang akan terjadi setelahnya.

"Dasar gadis gila," maki Alando.

Dengan perasaan kesal dia turun dari motor maticnya, dia akan memberi pelajaran pada gadis itu. Dan pastinya gadis itu akan dia buat menyesal karena sudah membuatnya hampir menabrak dan mencelakai mereka masing-masing.

"Loe...!"

"Kucing kecil, kamu tidak apa-apa? Kamu nggak sakit kan? Kasian, nanti Meira kasih makan ya. Jangan sakit." ucapnya pada seekor kucing kecil yang terlihat sakit.

Rupanya gadis itu menghalangi motornya karena ada seekor kucing yang lagi tiduran di pinggir jalan dan parahnya Alando tidak melihatnya sama sekali. Mungkin karena masalah yang baru dia hadapi tadi hingga dia tidak fokus pada jalanan.

Di matanya gadis itu nampak aneh, berbicara dengan seekor kucing tanpa melihat orang-orang di sekelilingnya yang juga ikut menoleh ke arahnya dan dan dirinya sendiri.

Hanya beberapa orang yang tau siapa pengendara motor di balik helm yang masih dia kenakan itu, karena yang datang rata-rata adalah mahasiswa baru yang lagi ospek, beda kalau yang melihatnya adalah mahasiswa lama yang sudah mengenalnya dan tentu saja mengenal geng ZACKS.

Tadinya dia ingin marah, tapi setelah dia melihat ternyata gadis itu cuma ingin menyelamatkan kucing kecil yang hampir dia tabrak itu, rasa kesalnya entah menghilang ke mana? Gadis itu mengingatkan pada mamanya yang juga pencinta hewan yang suka mengeong tersebut.

"Kakak nggak boleh jahat sama kucing, untung ada Meira kalau enggak dia bisa mati ketabrak, itu dosa." omel Meira, pada lelaki yang masih menggunakan helm tersebut, lelaki yang hampir melindas makhluk kecil di tangannya.

"Meira cariin makan dulu deh," ucapnya tanpa menghiraukan orang di depannya lagi, yang masih diam menatap tajam Meira di balik helmnya.

Gadis itu kian menjauh, membawa kucing itu entah ke mana? Dengan langkah kecil dan cerobohnya yang membuatnya hampir terjatuh atau menabrak sesuatu tanpa sengaja, dengan senandung ceria mengiringi setiap langkah ringannya.

"Hehh..." Alando tersenyum mengejek, ini pertama kalinya dia melihat kelakuan seorang gadis aneh yang jauh dari kata anggun dan dewasa. Biasanya gadis-gadis yang pernah dia temui, mereka akan menunjukkan sikap dewasa, anggun, sexy, dan elegan untuk menarik perhatian lelaki di sekitarnya, dan gadis itu benar-benar tidak biasa.

"ALANDO..." teriak seseorang di belakangnya.

Dua sahabatnya yang sudah lebih dulu datang darinya, sebenarnya hari ini masih belum masa kuliah, masih ada tiga hari lagi dimana kuliahnya benar-benar aktif. Tapi karena ada beberapa hal yang harus mereka urus dengan pihak kampus, jadilah mereka di sini sambil menonton jalannya ospek, yang pernah mereka jalani dua tahun yang lalu.

Loe, nggak ikut jadi panitia?" tanya Alando pada sahabatnya yang bernama Zaden, ketua dari geng ZACKS.

"Enggak, masa jabatan gue kan sudah berakhir tahun kemarin. Gue juga sudah malas ikut-ikutan organisasi kampus lagi." jawab Zaden.

Sebelumnya di tahun lalu Zaden merupakan ketua BEM atau bisa juga disebut presiden mahasiswa di kampus mereka. Sejak SMA dulu Zaden memang memiliki jiwa seorang pemimpin, karena itu dia sangat suka mengikuti organisasi apa pun di kampusnya, berbeda dengan Alando yang memang anti sosial.

"Tahun ini kayaknya kampus kita banyak menerima mahasiswa baru dibanding tahun lalu, dan kalian tau? Kenny dan Christ sepertinya sedang tebar pesona," beber Steven, salah satu anggota ZACKS yang paling cuek dan irit ngomong juga, sebelas dua belas barengan Alando. Hanya saja Alando lebih emosian.

"Mereka tidak pernah berubah," ucap Zaden, sudah sangat hapal dengan kelakuan dua sahabatnya tersebut.

****

"Ngapain kamu di sini, nggak ikut berdiri bersama mereka?" tanya seorang gadis yang tiba-tiba menghampiri Meira, dan dari papan namanya tertulis Mita.

"Ssttt..." satu jari telunjuk berada di bibirnya yang mengerucut lucu, hingga Mita ingin sekali mentertawakannya tapi takutnya malah menyinggung perasaan gadis itu.

"Meira lagi sembunyi, Meira nggak suka dihukum, cape," ucap Meira, memilih duduk di bawah pohon, yang penting dia sudah mengisi daftar hadir.

"Sama dong, aku juga nggak mau di hukum. Masa aku harus merayu salah satu panitia, memang aku cewek apaan coba?" ujarnya kesal. "Ya udah, saat mereka lengah aku kabur," cerita Mita. Dia paling tidak suka dengan hal seperti itu.

"Emang Mi... Mit, cewek apaan?" tanyanya, sambil menatap papan nama yang ada di dada gadis di depannya tersebut. "Bukan cewek ya?" tanyanya lagi, masih bingung dengan kata-kata Mita.

"Enak aja, aku tuh cewek tulen tau. Maksudnya, aku itu cewek baik-baik bukan tukang rayu orang yang tidak dikenal, enak aja mereka main suruh-suruh." gerutunya.

"Oh..." angguk Meira dengan senyumnya, yang penting ngangguk aja dulu. Urusan mengerti atau tidaknya itu tidak penting buat Meira.

Ada yang mau mengajaknya bicara dan berteman aja sudah membuatnya bahagia.

Selama dua tahun ini kerjaannya cuma bolak-balik terapi ke rumah sakit. Orang yang bisa dia ajak bicara ya cuma orang tuanya dan adiknya serta Ami sahabatnya dari SMA.

Sesekali dia mengobrol dengan beberapa dokter dan perawat di rumah sakit. Dan ketika dia mulai mengikuti kejar paket c nya pun dia cuma berinteraksi dengan beberapa orang.

Tanpa sepengetahuan mereka berdua ternyata ada dua orang lelaki yang mendengar obrolan mereka, dan muncullah ide jahil yang kini terpikir rapi untuk mengerjai dua gadis tersebut.

Dua lelaki itu saling berpandangan dengan senyum liciknya, menyenangkan bisa melihat anak-anak ospek itu mendapat hukuman, seperti mereka dulu.

Walau pun sistem ospek sekarang sudah berbeda dari sistem mereka dulu. Kali ini ospeknya terlihat menyenangkan kalau pun dihukum paling cuma nyanyi-nyanyi dan joget-joget di depan umum. Tapi sepertinya menyenangkan juga melihat dua gadis bandel tersebut dihukum di depan umum.

"HEI AIDEN..." teriak mereka pada Aiden si ketua BEM yang juga kenalan mereka.

Aiden menoleh kepada dua orang tersebut yang ternyata adalah dua teman barunya sekaligus anggota geng ZACKS penguasa kampus saat ini, Kenny dan Christ. Aiden adalah adik kelas Kenny waktu SMP dulu, karena itu mereka cukup akrab.

"Ada apa?" tanya Aiden. Jangan bilang Kenny minta dikenalkan pada salah satu MABA, kalau itu terjadi lebih baik Aiden menghindar.

"Tuh lihat," tunjuk Kenny pada dua gadis yang sedang bersembunyi di balik pohon dengan santainya dan cekikikan berdua. Salah satu mahasiswa ospek, yang mungkin sedang menghindari hukumannya.

"Apa mereka tidak tau, pohon itu rumah si kunti. Itu bukan si kunti kan yang ketawa...?" ucap Aiden sanksi.

"Yah, loe kok buat orang merinding aja sih, horor loe," sahut Christ, dia memang paling kesal kalau ada yang membahas horor di depannya.

"Ya sudah, gue samperin mereka dulu," Aiden melangkah menuju dua gadis itu, mereka cekikikan sambil ngintip di balik pohon.

Dua gadis yang belum dewasa, dan tidak mengerti arti tanggung jawab. Menghindari hukuman dan mencari aman sendiri. Itu penilaian yang bisa dia berikan untuk dua orang gadis bandel tersebut.

"Jadi kalian bersembunyi di sini, menghindari hukuman?" tanya Aiden yang tiba-tiba muncul di belakang mereka berdua.

"Aaah... Meira ketangkap!"

"Kita akan dihukum!"

"Boleh Meira pingsan aja nggak?"

"Nggak ada alasan, kalian berdua akan gue hukum di depan semua mahasiswa." tegas Aiden si ketua BEM.

****

Vote, like dan koment.

Ini novel lama ya? 2018 pernah saya tulis di wattpa*, dulu banget walau cuma sampai 12 bab dan saya lanjutin kembali di sini.

Meira

Terpopuler

Comments

Siarsazkia Siarsazkia

Siarsazkia Siarsazkia

ngulang dulu aku

2024-02-28

0

nhenhe

nhenhe

baca lagi.ga pernah bosen baca novel ini aku dah baca 3 x /Grin/seru kocak

2023-12-27

2

Darmiati Thamrin

Darmiati Thamrin

g tau uda brp kali ngulang baca... aq suka ceritanya... kangen maira

2023-06-26

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 90 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!