Saat ini mereka sedang berada di rooftop tempat biasa mereka berkumpul. Sedangkan tiga temannya memang baru bergabung.
Alando terbiasa mengatasi semuanya sendiri, makanya setelah dia mencari tau tentang gadis yang sudah melaporkan mereka, dia langsung bergerak. Dia bahkan mencari tahu jadwal kelasnya. Mudah saja buatnya, dia cuma perlu mengancam beberapa mahasiswa untuk mencari tau.
Dia yakin gadis itu pasti berusaha menghindari mereka. Dan benar saja, gadis itu berangkat lebih awal agar tidak bertemu salah Satu dari ZACKS. Tapi saat Alando hendak berangkat ke kampus, sahabatnya Zaden ternyata sudah menunggu di depan rumahnya, jadilah mereka berangkat bersama.
"Bagaimana. Kau sudah mengurus gadis itu?" tanya Alando saat melihat Zaden datang ke arah mereka.
"Sudah." jawabnya singkat dengan senyum tidak lepas dari bibirnya.
"Tidak biasanya loe menyerahkan tugas pada Zaden?" tanya Steven yang duduk di atas kursi. Yang dia dan teman-temannya tahu selama ini Alando lah yang selalu mengurus orang-orang bermasalah itu.
"Iya, kenapa loe tidak mengajak gue?" sambung Christ. Dia juga ingin membalas gadis itu, gara-gara dia orang tuanya akan menceramahinya tujuh hari tujuh malam.
Dibandingkan keempat temannya, dialah yang paling beruntung. Meski papanya juga seorang pengusaha sukses dan ibunya adalah ibu sosialita tetapi mereka lebih mementingkan anak-anaknya di atas segalanya.
"Gue malas, dia berisik." sahut Alando.
"Hahaa... tapi dia gadis yang menggemaskan. Bukan begitu Alan?" tanya Zaden seakan menggoda Alando, "Jangan ada yang mengganggunya, mulai sekarang dia adik angkat gue." tekannya.
Zaden tahu apa yang akan dilakukan teman-temannya kalau dia tidak bicara seperti ini. Meira memang mengingatkan kepada adik perempuannya yang telah lama meninggal, namanya Keyra. Saat itu Zaden baru SMP dan adiknya baru berusia 5 tahun tapi karena demam tinggi akhirnya dia tidak tertolong sedangkan kedua orang tuanya tetap sibuk dengan pekerjaannya.
Sejak itu Zaden tidak peduli lagi dengan apapun yang akan dilakukan kedua orang tuanya bahkan sekedar ingin mendapat perhatian mereka pun tidak.
"Apa...?" tanya mereka secara bersamaan. Bingung dengan sikapnya ketua geng mereka yang tidak seperti biasanya.
"Tidak ada bantahan." tegas Zaden. Setelah itu mereka pun pasrah. Cuma Alando yang mengerti kenapa Zaden menganggap gadis berisik tersebut sebagai adiknya. Gadis itu mengingatkan Zaden dengan Keyra adiknya. Zaden suka bercerita tentang adiknya saat dia sangat merindukannya.
****
Habis mata kuliah selesai Meira langsung keluar dari kelasnya bahkan tidak berpamitan sama sekali pada teman-temannya itu seperti biasa, hingga membuat mereka pada heran.
Meira terus berjalan menyusuri kampus mencari keberadaan kak Al Al. Kata kak Zad Zad tadi kan Meira harus ikutin kak Al Al.
Meira sampai di lapangan basket, biasanya kan cowok-cowok sering kesini. Dan benar mereka sekarang berada di pinggir lapangan sedang mengobrol, dan biasanya di mana ada ZACKS maka tidak ada yang berani dekat-dekat mereka.
"Itu kak Al Al ada kak Zad Zad juga." senangnya. Meira terus berlari ke arah mereka dan berteriak memanggil. "Kak Al Al." suaranya terdengar keras dan membuat ZACKS pada bingung.
"Dia memanggil siapa?" Kenny memandang teman-temannya bertanya.
"Di sini tidak ada orang lain selain kita." sambung Steven.
"Dia memanggil Alando." jawab zaden singkat.
"Apa...?" serentak ketiga temannya menatap Zaden, sedangkan Alando memandang zaden tidak mengerti.
Tepat di hadapan ZACKS yang sedang duduk santai di bangku taman, Meira menghentikan lari kecilnya dan berdiri dengan senyum-senyum ceria tidak jelasnya.
"Annyeong kakak-kakak." Meira melambai-lambaikan tangannya dengan senyum manis yang dia punya.
Sedangkan para ZACKS minus Zaden tampak melongo dibuatnya. Dan cuma Zaden yang mau membalas lambaian Meira.
"Wah... kurang ajar nih bocah berani-beraninya memangil kita monyong." provokasi Christ.
"Loe tidak tau siapa kami hah?" Kali ini Kenny yang bicara, sedangkan Steven dia memang tidak mau berurusan dengan perempuan.
"Meira nggak ada bilang monyong kok." geleng Meira dengan pandangan bingungnya.
"Lah tadi apa? Monyong kakak-kakak, loe kira gue budek." judes Christ.
"Iih... kakak nggak gaul banget sih, Meira kan bilangnya annyeong bukan monyong." jawabnya dengan gerakan bibir yang dimonyongkan.
"Yah berani banget nih cewek sama kita!" kesal Christ.
"Nih cewek mau kita apain hah...?" Kenny menatap teman-temanya minta pendapat.
"Awas kalau kalian berani menyakiti adik gue." Zaden memperingati teman-temannya.
"Cewek ini...?" tanya Christ sambil mengingat-ingat wajah gadis yang sudah melaporkan mereka.
"Oh iya gue ingat!" Ucap mereka berdua dan mengangguk-angguk, "Hahh... baiklah, kali ini kami maafkan." terpaksa, mereka tidak mau bermasalah dengan Zaden.
"Meira kamu cari siapa?" tanya Zaden, padahal dia tahu siapa yang dicari Meira saat ini, kan mereka sudah komplotan.
"Meira kan mau bertemu kak Al Al." Meira memandang Alando dengan senyum khas anak kecilnya.
"Al Al siapa?" Tanya Kenny.
"Iih... kakak bule kok nggak tau kak Al Al sih?" sontak mereka semua tertawa kecuali Alando dan Kenny yang setengah kesal bin gemas pengen tepungin nih cewek kalau saja tidak ada peringatan dari Zaden sebelumnya.
Sungguh Kenny tidak suka dipanggil bule.
"Maksud Meira Alando." jelas Zaden tidak ingin membuat teman-temannya lebih kesal lagi.
Hingga membuat teman-temannya itu cuma bisa geleng-geleng kepala heran, nih cewek spesies baru kali ya...? Nggak ada takut-takutnya lagi sama mereka.
"Mau apa?" tanya Alando ketus.
"Mau ikutin kak Al Al kemanapun." jawab Meira senang. Sedangkan Alando makin kesal dibuatnya.
'Apaan sih nih cewek? aneh banget.' pikirnya. 'Kenal juga enggak.'
"Gue cabut." Pamit Alando kepada sahabat-sahabatnya yang juga ikut bingung melihatnya.
Begitu pun Meira yang juga ikutan cabut mengiringi langkah Alando dari belakang.
"Ngapain tuh adik angkat loe ikutin Alando?" tanya Christ pada Zaden.
"Cinta." jawab Zaden asal, membuat teman-temannya pada kaget. Padahal dia cuma mau iseng.
Alando terus berjalan dengan langkah panjangnya tanpa menoleh seseorang yang ada di belakangnya yang dari tadi terus saja mengikutinya. Dia kesal selama ini tidak ada siapa pun yang berani mendekatinya apalagi cewek.
Tapi kenapa cewek ini berani-beraninya mendekat. Bukannya Alando tidak bisa menyakiti seorang cewek, dia bisa malah terbilang sering. Tapi tentu bukan secara fisik mungkin hanya dengan kata-kata jahat yang membunuh. Hanya saja dia ingat peringatan Zaden tadi dan membuat Zaden marah adalah hal yang paling tidak ingin dia lakukan.
Sudah banyak bantuan yang dilakukan Zaden setelah ibunya meninggal, baginya Zaden bukan sahabat lagi melainkan seorang kakak buatnya. Usia mereka terpaut 6 bulan Zaden lebih tua darinya.
Dengan langkah kecilnya Meira terus mengikuti kak Al Al nya bahkan dia harus berlari kecil agar tidak ketinggalan. "Kak Al Al tungguin Meira dong." teriaknya dengan napas ngos-ngosan.
"Duk... Aww." Meira kesandung batu yang di lewatinya dan mengaduh kesakitan, "Kak Al Al sakit." seolah Meira minta perhatian dari sosok Alando.
"Hahh..." Alando menarik napas kesal, dia menoleh ke belakang dan melihat Meira yang duduk di tanah dengan mata berair, "Dasar cengeng." tuduh Alando dan melihat lututnya yang berdarah. Meira memang memakai rok di bawah lutut. Akibat kesandung tadi lututnya mencium pasir dan terluka.
"Berdiri." perintahnya. Meira yang takut pun mencoba untuk berdiri. Namun sulit, lututnya sakit.
"Bantuin Meira." mintanya dengan memberikan tangannya kepada Kak Al Al nya. Meski kesal Alando tetap membantu Meira berdiri, "Meira nggak bisa jalan." tatapnya kepada Kak Al Al.
"Jangan manja." tegas Alando, sedangkan Meira cemberut dibilang manja.
"Tapi sakit." cicitnya.
"Merepotkan." gumam Alando.
Mau tidak mau Alando terpaksa harus menggendong Meira ke parkiran, untungnya dia bawa motornya hari ini, "Naik." perintahnya. Alando membungkukkan badannya sedikit.
"Kak Al Al mau gendong Meira?" Meira kaget sekaligus senang, "Tapi kan Meira malu di lihat orang."
"Ya sudah jalan sendiri." belum sempat Alando berdiri tegak Meira sudah menerjangnya dan memeluk lehernya kencang membuat Alando kesusahan bernapas.
"Meira mau digendong kok." ucapnya cepat dengan tersenyum bahagia.
"Loe mencekik leher gue." ketusnya, sambil berusaha melepaskan tangan Meira.
"Hehee... Maaf." Meira melonggarkan pegangannya di leher Alando.
"Haah..." Alando berusaha menghilangkan amarahnya dan membawa Meira ke tempat parkir apalagi kini banyak pandangan yang mengarah pada mereka. Namun Alando atau pun Meira seakan tidak peduli.
"Meira berasa di drama korea." ujar Meira dan membayangkan drama korea yang sudah dia tonton, "Mulai Sekarang kak Al Al adalah oppa Min-Min nya Meira." klaimnya sepihak. Oppa Min-Min yang dimaksud adalah lee Min Ho aktor favoritnya.
"Diamlah kau berisik." ketus Alando.
"Meira nggak berisik, Meira cuma suka ngomong." polosnya, "Baiklah Meira diam." lanjutnya.
Percuma menyuruh Meira diam karena ujung-ujungnya dia ngomong lagi dari A sampai Z tanpa melihat sekitarnya. Meira seperti anak kecil yang berada di dunianya sendiri. Bahkan saat mereka sudah berada di parkiran dia tetap tidak menyadarinya.
"Turun." Perintah Alando.
Meira menuruti perintahnya. "Loh, kok Meira ada di parkiran sih, Meira kan nggak punya motor." bingungnya sambil memandang kesekitarnya.
"Pakai." Alando memberikan helm yang selalu dibawanya di dalam bagasi motor. Biasanya kalau Zaden atau teman-temannya yang lain malas bawa mobil, mereka akan ikut motornya Alando.
"Jadi kak Al Al akan mengantar Meira ya?" Meira merasa sangat senang karena akan naik motor bersama kak Al Al nya.
****
Vote, like dan koment ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
nhenhe
sabar ya kak al al ini msh awal lo /Grin//Grin/
2023-12-27
0
Anita noer
si dingin vs si cerewet.....kira2 jadian ga y mereka....
2023-07-05
0
장미
monyong ouh monyong
2021-07-27
1