Sekarang Mita dan Meira berdiri di depan barisan mahasiswa ospek dengan di kelilingi panitia ospek dan juga ada beberapa mahasiswa lainnya yang juga lagi kena hukuman.
"Daren melihat dua orang gadis yang memang masuk dalam kelompok yang dia pandu. Yang satu suka membangkang dan satunya lagi suka seenaknya sendiri, dengan aturannya sendiri tentu saja.
"Loe nyanyi lagu kebangsaan Indonesia, yang keras biar semua orang bisa dengar!" Perintah Daren pada Mita yang saat ini sedang mengutuk keras pada seniornya tersebut, tapi sayang cuma bisa di dalam hati.
"Dan Loe.!" tunjuknya pada Meira, gadis yang dari tadi cuma cemberut menatap Daren si senior tukang suruh, menurut mata Meira.
Meira kesal karena kini dia juga harus ikut panas-panasan di lapangan, meski di sekelilingnya banyak terdapat pepohonan yang bikin adem.
"Ngapain loe cemberut gitu sama gue?" tanya Daren sedikit kesal pada Meira yang selalu membantah apa yang dia suruh. Selalu bertanya banyak hal yang bingung untuk dia jawab.
"Meira nggak suka berjemur, Meira kan bukan baju yang baru dicuci. Panas tau, kak Dardar aja deh yang berjemur sendirian." suruhnya dengan wajah kesal.
"Heh...! Dengar ya Meira?" bahkan Daren sudah sangat hapal dengan nama gadis cerewet tersebut. "Nama gue Daren. D.A.R.E.N." ejanya, seperti mengajari anak TK.
"Dibacanya Dar..."
"Dardar." sahut Meira.
"Hahaaa..." tawa keras memenuhi tempat tersebut, termasuk beberapa senior yang menjadi panitia di sana, bahkan Aiden si ketua BEM.
Untung dia bukan panitia pemandu kelompok tersebut, kalau tidak! Bisa setres dia seperti Daren yang kini frustasi mengacak-acak rambutnya yang baru dia beri pomade rambut.
"Loe!" Daren menarik napas beberapa kali untuk meredakan emosinya. "Ya sudah, loe menari aja deh." suruhnya dengan malas-malasan.
"Menari apa?" tanya Meira bingung. Minta pendapat dari senior galaknya tersebut.
"Terserah loe." jawabnya asal, menghukum satu orang yang bernama Meira aja bikin dia kewalahan apa lagi kalau sampai ada 10 Meira, hah... tidak bisa dibayangkan, batin Daren.
Untungnya dia bukan orang jahat, kalau iya! Sudah dipastikan Meira akan dia lakban mulutnya dan dia kunci dalam gudang saat ini juga.
"Tari jaipong?" tanyanya lagi, Meira sangat suka berbicara sekarang karena beberapa bulan sebelumnya suaranya sempat hilang.
"Terserah." jawabnya singkat.
"Tapi Meira nggak bisa, Meira cuma pernah melihatnya sekali." sahut Meira jujur, itu pun cuma di layar TV atau layar handphonenya.
"Terserah." jawabnya sambil menguap, menunggu gadis absurd tersebut melaksanakan hukumannya benar-benar melelahkan dan menguras emosi.
"Meira suka menari oppa gangnam style, tapi enggak ah... Meira malu." Meira tersenyum malu melihat sekitarnya, apalagi banyak cowok-cowok yang melihat ke arahnya dan kini perhatian itu seolah tertuju pada dirinya seorang.
Bukan melihatnya karena kagum atau terpesona tetapi lebih kepada geli melihat tingkah absurd cewek tersebut, mungkin cuma ada 1:100 orang di negara mereka.
"Memang loe punya malu?" tanya Daren sarkas.
"Punya kok." angguk Meira dengan polosnya, tidak peduli atau tidak mengerti dengan sindiran Daren. "Tapi Meira juga suka tari Bali sih."
"Ya udah." jawabnya lesu sambil menunggu Meira melakukan hukumannya dan berhenti mengoceh.
"Tapi Meira bukan orang Bali, jadi nggak bisa." sahutnya kemudian, tanpa mempedulikan muka Daren yang semakin memerah karena amarah yang masih bisa dia tahan.
"Terserah." bisa nggak sih nih cewek oo* berhenti ngomong? Batin Daren, namun sayangnya hanya bisa dia pendam dan menahan emosinya sekuat yang dia bisa.
"Memang ada tari yang namanya terserah? Meira baru tau." tanya Meira pada seniornya tersebut dengan pandangan minta di jawab secepatnya.
"Sekarang ada, gue yang buat! Udah loe sana, masuk ke kelompok kalian." perintah Daren, tanpa mempedulikan hukuman itu lagi, percuma. Yang ada justru Daren yang merasa di hukum oleh Tuhan, karena dirinya kini harus mengenal dan berhadapan dengan gadis bawel plus oo* tersebut.
"Tapi kan Meira belum menari?"
"Bodo amat..!"
***
Di waktu senggang mereka, para anggota senat kampus kini berkumpul di markas yang memang disediakan untuk organisasi mereka. Di saat seperti ini memang lagi sibuk-sibuknya untuk semua anggota BEM, menjadi panitia yang mengatasi semua kegiatan kampus itu tidak mudah, mereka mengorbankan banyak waktu, tenaga serta pikiran.
Tiba-tiba salah satu anggota dari mereka, yaitu Daren masuk ruangan dan mencak-mencak tidak jelas. "Ahh... setres gue menghadapi satu cewek aneh itu, kerjaannya ngoceh atau kalau nggak ya nanya mulu." Daren membeberkan uneg-unegnya saat ini.
"Maksud loe, Meira?" jawab Aiden, si ketua senat.
Dia sudah berhadapan dengan gadis itu beberapa waktu lalu, dan memang benar apa yang dijabarkan temannya itu, hanya saja dia tidak sesial Daren yang harus terus-terusan berurusan dengan Meira si gadis oo* itu.
"Eh... ternyata ada boss Zaden? Maaf boss gue nggak lihat." tutur Daren yang sedikit kurang enak hati, dia baru menyadari keberadaan mantan ketua BEM sekaligus pemimpin ZACKS di markas mereka. Meski mereka sudah cukup dekat selama berada di organisasi kampus tetap saja ada sedikit rasa segan menghadapi seorang Zaden, aura seorang pemimpin ZACKS sudah tertanam di otak mereka.
Zaden cuma mengedikkan bahunya tanda tidak mempermasalahkannya, lagi pula markas BEM ini sudah bukan tempatnya lagi.
"Gue cuma ada urusan sedikit di sini." jawab Zaden santai. "Tapi gue sedikit penasaran sih, kenapa loe bisa-bisanya kewalahan gara-gara menghadapi satu mahasiswi baru itu."
"Yah boss, loe belum ketemu aja tuh ma cewek aneh, sumpah ngeselin banget." gerutunya.
"Sepertinya gue nggak punya waktu berurusan dengan gadis seperti itu," jawab Zaden percaya diri, kemudian bangkit dari duduk nyamannya. "Ya sudah gue balik dulu, sampai nanti." pamit Zaden pada teman-temannya di organisasi.
"Oke..." sahut mereka.
****
"Kita balik sekarang?" tanya Kenny yang masih betah berada di kampus, melihat kegiatan ospek mahasiswa baru yang sangat menarik untuk ditonton.
"Loe mau tinggal di sini?" tanya Steven, pasalnya Kenny dan Christ saat ini ikut mobilnya. Dan dia tidak mau repot-repot menunggu dua orang itu memuaskan diri mereka tebar pesona pada mahasiswi baru tersebut.
"Enggaklah, entar gue pulangnya naik apa?" sahut Kenny dan diiyakan oleh Christ.
"Loe kira ini zaman apa?" ketus Steven. Sekarang sudah jaman modern yang serba canggih, asal punya handphone! Transportasi akan datang sendiri, tidak harus mencari ke mana-mana lagi cukup duduk santai.
"Hehee... gue ikut loe aja deh, lagi pula gue sudah cukup puas menonton mereka." ucapnya, mereka yang dimaksud tentu saja mahasiswi baru. Rasanya Kenny sudah tidak sabar menunggu kuliah aktif kembali, dia akan tebar pesona kepada adik tingkatnya nanti dan tau sendirilah anak-anak yang baru lulus SMA itu pastinya masih polos-polos, mudah digombal-gombalin.
"Eeh... tuh cewek yang sudah bikin Daren kesal kan?" tunjuk Christ pada seorang cewek, salah satu peserta ospek yang di beri hukuman di lapangan kampus dan di depan seluruh mahasiswa. Namun sayangnya justru Daren yang sepertinya mendapat hukuman langsung dari Tuhan.
Semua mata kini tertuju pada gadis tersebut, gadis yang kini sedang tertawa ceria bersama teman-teman barunya. Gadis yang sudah menjadi topik panas untuk ospek hari ini serta pusat perhatian seluruh mahasiswa karena tingkah aneh plus ngeselinnya.
Begitu pun Alando, mau tidak mau dia sedikit memutar memorinya pada kejadian beberapa jam yang lalu, di mana dia sedikit berinteraksi dengan gadis yang tidak biasa tersebut.
"Oh... Jadi dia yang dimaksud Daren!" sahut Zaden, namun itu bukan urusannya dan dia tidak terlalu peduli. "Ya sudah lah, ayo...!" kemudian mereka pun meninggalkan kampus tersebut dengan banyak cerita.
****
Tidak terasa mahasiswa-mahasiswa baru itu kini telah memasuki kampus dan menikmati kuliahnya hampir dua bulanan ini.
Dan di sinilah dia, berjalan secepat yang dia bisa.
Gadis itu datang tergesa-gesa karena hari ini dia bangun kesiangan gara-gara tidak bisa berhenti menonton drama Korea artis kesukaannya.
"Duk... Duk..." suara benda berjatuhan selain itu dia juga menabrak beberapa orang. Bahkan Meira pun sempat oleng dan jatuh kebelakang.
"Aduuh..." Meira mengaduh kesakitan dan menggosok pantat semoknya yang baru saja mencium lantai.
"AAHH punya mata nggak sih lo. Lo nggak lihat buku-buku gue berjatuhan?" ucap salah satu cewek cantik yang kalau dilihat saja perawatannya pasti mahal belum lagi baju yang dipakainya.
"Iya, dan lo juga sudah bikin kuku gue patah nih!" ucap cewek satunya yang nggak kalah cantik sambil meniup-niup kukunya. "Gaji satu bulan orang tua loe aja belum tentu nih bisa gantiin perawatan kuku gue ini."
tambahnya sambil melihat penampilan Meira dari atas sampai ke bawah, rambut kusam dengan hanya diikat ekor kuda pake gelang karet, baju yang entah sudah dipakai dari tahun berapa, dan sepatu kusam.
"Iyuuh... Gak banget." ucap mereka berdua sok-sokan ala Cinta Laura.
"Maaf Kak, tadi itu Meira buru-buru. Soalnya sekarang Meira ada mata kuliah Pak San San. Kakak-kakak cantik pasti tahu kan betapa mengerikannya Pak San San itu kalau sudah marah, gimana kalau Meira disuruh lari keliling lapangan terus pingsan. Tadi malam Meira kan nonton drama korea oppa Min Min terus nggak bisa berhenti nontonnya. Eh taunya kesiangan terus... bla... bla... bla..." celoteh Meira tanpa berhenti kayak kereta api yang nggak ada remnya.
Sedangkan dua cewek cantik super modis yang juga kakak tingkatnya tadi saling berpandangan cengo seolah mengatakan "Ada ya manusia langka kayak gini...?" mereka terus berlalu begitu saja tanpa mempedulikan celotehan nggak jelasnya gadis aneh itu.
"Eh... eh... Meira kan belum selesai cerita... ya ampun Pak San San, Meira nggak mau keliling lapangan." Meira terus berlari.
"Kreek..." Perlahan Meira membuka pintu kelas dan benar Pak San San sudah berada di kelasnya dan mulai memberikan kuliah. Meira takut-takut untuk terus berjalan, apalagi saat Pak San San melotot ke arahnya.
"Boleh Meira masuk ya pak?" ucap Meira pelan ketakutan.
"Kenapa terlambat? Saya sudah tekankan siapapun yang terlambat di mata kuliah saya tidak boleh masuk?" Timpal pak Sandoro galak.
"Maaf Pak, Meira nggak bisa berhenti nonton oppa Min Min habis ganteng sih terus Meira kesiangan deh." Meira senyum-senyum sambil membayangkan oppa Min Min nya.
Sontak semua teman sekelas Meira pada ngakak mendengar penjelasan polos Meira. Dua bulan sekelas selama menjadi mahasiswa baru membuat mereka kenal seperti apa Meira. Polos cenderung oon apalagi kalau sudah ngomong nggak berhenti henti membuat mereka memilih untuk kabur.
"DIAM...!" perintah Pak Sandoro kepada para mahasiswanya yang tertawa, sontak kelas berubah jadi kuburan aka sunyi.
"Kenapa kamu nonton opa-opa? Ckckk... anak zaman sekarang masa sukanya sama opa-opa seharusnya kamu itu suka sama yang seumuran sama kamu." nasihat pak Sandoro, membuat Meira diam cengo dan seisi kelas pun hampir menyemburkan tawanya hanya saja takut ditegur lagi.
"Ya sudah, keluar sana. Kamu saya hukum membuat resuman tentang materi hari ini. Besok kamu kumpulkan ke ruangan saya." perintah Pak Sandoro tegas.
"Iya Pak San." Meira patuh.
Meira terus berjalan tanpa arah, bosan menunggu berakhirnya mata kuliah Pak San San jadi Meira memutuskan untuk berkeliling kampus. Hingga tak terasa Meira sudah berada di belakang paling ujung kampus.
Meira baru tau kalau ada tempat seperti ini taman cantik dan banyak pohon, dia menyusuri taman tersebut hingga terdengar seperti ada orang berkelahi di belakang pohon itu, namun bukannya takut dan menjauh Meira justru mengintip di belakang pohon dan melihat dua orang mahasiswa sedang dipukuli beberapa orang di depannya karena kaget Meira akhirnya berteriak-teriak minta tolong.
"Tolong... tolong... ada penjahaat... ada penjahat, tolong..." saking kencengnya teriakan Meira beberapa mahasiswa bahkan dosen yang terkenal galak dan tidak pandang buluh selain Pak Sandoro yaitu Pak Abiyan yang sedang berada tidak jauh dari sana langsung mendatangi suara teriakan tersebut. Mereka akhirnya berkerumun di taman tersebut.
"Ada apa ini, kenapa kamu teriak-teriak?" Tanya Pak Abi bingung?
"Itu Pak, ada penjahat." tunjuk Meira pada sekelompok pemuda yang sedang menatapnya tajam seakan ingin membunuhnya.
Pak Abi memandang mereka dengan pandangan meneliti "Haah...." desah Pak Abi.
"Kalian-kalian lagi yang bikin masalah, setelah ini kalian ke ruangan saya."
Siapa yang tidak kenal dengan mereka, sekelompok mahasiswa jurusan Teknik Informatika semester lima yang selalu bertindak preman dan seenaknya. Para mahasiswa mengenal mereka dengan sebutan ZACKS yang diambil dari inisial nama mereka masing-masing.
Zaden Pramudya si ketua geng, Alando Garindra si pemarah, Christian Affandy si tuan ramah, Kenny August si playboy, dan Steven Jayadi si cuek.
Bukannya pihak kampus tidak mau bersikap tegas menindak kenakalan mereka hanya saja beberapa dari mereka adalah penyumbang terbesar di kampus ini sehingga kesalahan mereka diabaikan begitu saja. Hukuman yang diberikan paling-paling skorsing satu minggu dan itu justru membuat mereka bahagia.
"Oh ya, kalian bawa mereka ke ruang kesehatan," suruh Pak Abi kepada beberapa mahasiswa yang berkerumunan itu, untuk membawa dua orang yang babak belur karena dipukul.
"Kalian ikut saya." Pak Abi memandang kelima mahasiswanya tersebut sambil berlalu. Sebelum mereka mengikuti Pak Abi salah satu dari mereka berlima yaitu Alando menghampiri cewek yang sudah melaporkan mereka tadi dengan tatapan murkanya Alando membisikan "Mati kau!" di telinga Meira yang membuatnya merinding. Meira jadi bingung kenapa dia harus mati, pikirnya.
Entah siapa yang menyebarkan video kejadian tersebut yang jelas hampir semua anak kampus mengetahui kejadiannya. Mereka kasihan dengan nasib yang akan dialami cewek tersebut sekaligus mentertawakan kebodohannya. Siapa pun yang ingin masa kuliahnya tentram, damai, aman, dan sentosa berusahalah untuk tidak bersinggungan dengan ZACKS. Sayangnya Meira tidak tahu siapa itu ZACKS.
*****
Vote, like dan koment yaa...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
nhenhe
ah kak.al al jan galak2 nt jg bucin sama meira /Grin//Grin//Grin/
2023-12-27
0
Yani Cuhayanih
Kk aku mampir ya langsung ta favorit
2022-09-06
1
Ard@n
cerita meira itu ringan.. menarik..gk tegang bacanya tapi ngakak😂😂
2021-07-01
0