Motor matik berwarna hitam berhenti tepat di depan rumah sederhana, terlihat seorang ibu-ibu berusia sekitar 45 tahunan sedang sibuk melayani pembeli pisang gorengnya.
Melihat motor berhenti di depan rumahnya membuat ibu itu menolehkan pandangannya pada si pengendara motor tersebut dan yang membuatnya kaget ternyata putri kesayangannya ada di boncengan motor itu. Bukan hal yang menakjubkan memang, namun selama ini putrinya itu tidak pernah sekalipun diantar teman lelaki. Dua lelaki yang dekat dan pernah membonceng Meira hanya ayahnya dan adiknya. Kalau pun ayah dan adiknya tidak bisa mengantar maka Meira memilih naik angkot, dan kadang teman-teman Meira yang perempuan berbaik hati mengantar jemput Meira dari rumah ke kampus.
"Apa loe akan terus duduk di sini?" ketus Alando hingga membuat Meira kaget. Karena dari tadi Meira cuma senyum-senyum sendiri memandang punggung lebar Alando dan membayangkan lagi shooting drama romantis di taman yang indah.
"Apa?" tanya Meira yang tidak sadar kalau dia masih berada di atas motor.
"Bodoh..." Alando tampak kesal menghadapi Meira, dia memang sangat tidak sabaran terhadap siapa pun, "Turun, kau lihat sekelilingmu." perintahnya.
Meira melihat sekelilingnya. "Oh iya, ini kan rumah Meira. Ada ibu juga." senangnya. Tadi Meira memang memberi arahan kalau rumahnya ada di sini tapi setelahnya Meira malah hanyut terbawa khayalannya sendiri.
Meira segera turun dari motor dengan pelan dan tampak meringis karena lututnya masih sakit dan terlihat ibunya pun sedang menghampiri mereka.
"Loh, Meira... kamu kenapa sayang?" tanya Ibunya yang terlihat cemas melihat lutut Meira yang terluka.
"Meira tadi kesandung terus jatuh, lutut Meira sakit." adu Meira. "Untungnya kak Al Al gendong Meira dan antar sampai sini." tunjuk Meira ke Alando sambil senyum-senyum.
"Siang tante." sahut Alando saat turun dari motornya dan menghampiri ibunya Meira dengan sopan. Meskipun Alando kasar dengan banyak orang tapi kalau menghadapi orang yang lebih tua apalagi itu seorang ibu, maka Alando akan bersikap ramah, karena itu mengingatkannya pada ibunya sendiri.
"Siang. Terima kasih ya nak, kamu sudah mau repot-repot antarin Meira." tulusnya, "Meira pasti merepotkanmu ya? Maaf ya nak." ucap ibunya. Dia tahu bagaimana sifat putri kesayangannya ini, Meira juga sering membuat kesal mereka sekeluarga dengan sifat kekanak-kanakannya. Tapi itu tidak masalah buat mereka. Meira masih diberi kesempatan hidup saja adalah anugerah yang tidak akan pernah mereka sia-siakan.
"Meira tidak merepotkan kak Al Al kok?" Potong Meira cepat sambil mengerucutkan bibirnya.
"Ibu nggak ngomong sama kamu." kesal ibunya.
"Aku cuma nganterin kok tante." jawab Alando.
"Ya sudah, kamu singgah dulu sebentar yaa..." minta ibunya Meira. Dia sangat senang Meira punya teman laki-laki. Meskipun bilangnya cuma nganterin, ibunya berharap mereka bisa dekat. Selama ini ibunya sangat takut kalau tidak ada laki-laki yang mau sama putrinya ini. Meskipun Meira sangat manis tapi dia tau kekurangan Meira akibat kecelakaan 3 tahun yang lalu.
"Tidak usah tante, aku langsung aja." tolak Alando secara halus.
"Kamu cicipin dulu pisang goreng tante, kamu pasti suka." ibu Meira langsung menarik Alando ke dalam halaman rumah yang sudah ada beberapa kursi khusus pembeli pisang gorengnya yang sekedar ingin duduk-duduk santai ditemani kopi panas atau teh. "Kamu duduk dulu di sini, ibu ambilin pisang gorengnya." ibu Meira berlalu mengambil pisang goreng, sedangkan Alando merasa tidak punya cara menolak kebaikan ibu Meira dan pasrah duduk menunggu disajikan pisang goreng hangat ditemani gadis aneh yang tidak berhenti senyum-senyum dari tadi.
Jikalau Alando tidak mengenal Meira, sekarang dia pasti mengira Meira adalah gadis gila.
"Ngapain kamu senyum-senyum." tanya Alando ketus dengan wajah masamnya.
"Meira kan suka lihat kak Al Al ada di sini." ucap Meira dengan pandangan memuja.
Sedangkan Alando sedang malas menanggapi Meira jadi dia lebih memilih untuk diam.
"Dimakan ya nak, mumpung masih hangat." ibu Meira meletakkan beberapa pisang goreng beserta teh hangatnya dan beranjak melayani pembeli yang terus berdatangan.
Dan Meira entahlah, dia bernyanyi-nyanyi tidak jelas. Alando rasa itu lagu Armada yang dia plesetin, dan dia tidak peduli.
"*Aku bahagia melihat kak Al Al di sini."
"Aku bahagia melihat kak Al Al cemberut."
"Aku bahagia melihat kak Al Al bahagia*."
Terserahlah Meira, lakukan apa yang ingin kau lakukan, batin Alando. Setelah selesai menghabiskan pisang goreng buatan ibu Meira yang ternyata rasanya memang sangat enak, Alando pun berpamitan pulang. Diiringi lambaian tangan dan senyum tidak jelasnya gadis aneh yang baru dua hari ini dia kenal.
Sampai di kamar Alando merebahkan dirinya, ternyata menghadapi Meira lebih melelahkan dari pada menghajar satu orang yang banyak bacot. Setiap pulang ke rumah, Alando merasa sangat kesepian dan selalu ingat mamanya. Karena itu dia lebih suka menginap di rumah Zaden atau pun teman-temannya yang lain. Dulu dia cuma berdua dengan mamanya, meski mamanya harus kerja sampai sore Alando tidak pernah kekurangan kasih sayang. Mamanya adalah mama terbaik buat Alando.
Flashback:
Saat itu Alando baru pulang dari bermain basket bersama teman-temannya. Namun baru mau membuka pintu terdengar pertengkaran kedua orang tuanya, Alando pun memutuskan untuk menunggu di depan pintu.
"Aku akan menikah dengan Diana." ucap Aji, papa dari Alando tanpa ragu.
"Tidak Mas, aku tidak akan mengijinkanmu menikahinya."
"Tanpa izinmu aku akan tetap menikahinya, aku sudah muak dengan pernikahan ini." teriaknya.
"Mas kau tega meninggalkan aku dan anakmu demi perempuan jalan* itu."
"Plak... dia bukan perempuan jalan*, dia wanita yang aku cintai saat ini." tamparan papanya pada mamanya membuat Alando marah dan masuk untuk melindungi mamanya.
"PERGILAH... kami bisa hidup berdua tanpa anda." Alando sangat benci papanya yang tega menampar mamanya demi perempuan lain.
"Dasar anak tidak tahu sopan santun." marah papanya dan pergi ke luar rumah.
Sejak saat itu Alando tidak pernah melihat papanya lagi, tapi sejak mamanya meninggal orang itu datang lagi dan mengajak tinggal di rumahnya. Namun jangankan tinggal bersama bicara pun Alando malas, dia selalu mengacuhkannya.
Si brengsek itu, Alando berharap dia tidak mengganggu hidupnya lagi.
* * *
Di ruang tamu ibu dan ayah Meira sedang berbincang-bincang ringan sambil nonton TV ditemani pisang goreng sisa jualan dan dua gelas teh hangat. Sudah jadi kebiasaan mereka mengobrol seperti ini sebelum tidur.
"Ayah... tadi Meira diantar pulang sama laki-laki loe." cerita ibu senang.
"Laki-laki, siapa? Teman kuliahnya?"
"Kata Meira sih seniornya di kampus, tadi ibu sempat nanya sama Meira." jelas ibunya, "Dia juga anaknya sopan, ibu sih pengennya dia bisa lebih dekat sama Meira terus jadi calon mantu." ibu tersenyum malu berharap itu akan jadi kenyataan.
"Memangnya ibu sudah kenal dia? Dia itu seperti apa?" tanya ayah, "Ibukan baru bertemu satu kali." terlihat ayah Meira memikirkan Sesuatu, "Hahh... Ayah sih tidak keberatan Meira dekat dengan laki-laki manapun, asalkan dia baik dan mau menerima kekurangan Meira dan bisa menjaganya."
"Iya ayah, ini kan cuma harapan ibu aja." ibunya selalu memikirkan nasib putrinya itu, "Mudah mudahan saja ada yang tulus sama Meira dan menerima kekurangannya." itulah yang selalu mereka doa kan untuk putrinya itu.
***
Vote, like dan koment ya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments
nhenhe
memang jodoh nya si.meira bu ..yah.kan othor yg udah atur di novel nya /Grin//Grin/
2023-12-27
0
♏pi Mυɳҽҽყ☪️☀️
👍👍👍👍👍
2021-04-13
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
hrs ada yg tulus sama Meira thor
2021-01-20
1