Cowok Koreaku Nyasar Di Jakarta
Seoul, Januari 2020
Tanah pemakaman yang terguyur hujan deras sesaat setelah upacara pemakaman selesai. Lee Seo Jun masih berdiri tegap membiarkan seluruh tubuhnya kuyup. Di sampingnya berdiri seorang gadis yang prihatin dan
memayunginya.
“Oppa, jangan menyiksa diri! keun-abeoji (paman) dan *k*eun-eomeoni (tante) pasti sedih melihatmu terpuruk.” Lee Moon, sepupu yang paling akrab dengan Seo Jun terisak tangis. Bukan hanya karena kehilangan paman dan tante, hatinya lebih hancur melihat keterpurukan Seo Jun yang belum bisa menerima kenyataan.
“Keun-abeoji meninggalkan wasiat padamu. Oppa harus semangat meneruskan bisnis keluarga.” Lee Moon terus berbicara meskipun tidak digubris.
Seo Jun mulai melangkah pergi, ia tak peduli payung itu tak melindunginya lagi. Toh ia terlanjur basah jadi lebih baik berpayungkan langit mendung yang ikut berkabung atas kepergian kedua orangtuanya.
“Nggak usah buntuti aku terus!” Bentak Seo Jun tanpa memandang wajah Lee Moon.
“Aku khawatir oppa! Kamu mau begini sampai kapan? Jika kamu merasa kematian mereka tak wajar, cepat bangkit dan beri keadilan buat mereka!” Seru Lee Moon, ia perlu membalas bentakan itu untuk menyadarkan sepupunya.
“Moon, aku mau pergi dari sini!” ujar Seo Jun tegas.
“Kemana? Berapa lama?”
“Aku perlu menenangkan diri. Siapkan tiketku ke Jakarta besok!” Seo Jun memberi perintah, namun setelah itu ia bersedia pergi sepayung dengan Lee Moon yang sudah menyanggupi permintaannya.
Jangankan ke Jakarta, ke luar angkasapun kuijinkan asal kau kembali dengan semangat melanjutkan hidup lagi, Oppa…
***
Di waktu yang bersamaan, seorang gadis muda baru saja diusir keluar dari kediaman mewahnya. Rumah peninggalan orangtuanya yang bangkrut pun disita bank, tidak hanya itu satu-satunya keluarga – ayahnya –
harus mendekam di bui gara-gara hutang piutang. Kini police line berwarna kuning menyegel pagar rumahnya.
“Eh tunggu! Setidaknya ijinkan aku membawa bajuku!”
pekik Amanda saat dua petugas mengamankannya keluar rumah.
Tanpa mendengar jawaban, tiga buah koper terlempar keluar menimpanya disusul dengan tertutupnya pintu gerbang. Sayup-sayup angin berembus, mendramatisir adegan mellow mengharu biru yang baru saja dialami
gadis malang itu.
Ia tidak tahu kemana kaki berpijak, kemana harus berteduh dari panasnya hujan dan teriknya matahari. Setelah ini bagaimana ia menyambung hidup yang belum jelas arah tujuan. Hais… Amanda menyiapkan tissue untuk pembaca yang siapa tahu ada yang terbawa perasaan merasakan beban yang dipikulnya.
Gadis malang itu mengamati dirinya mulai dari ujung leher ke ujung kaki, setelan kaos putih dan jeans belel yang tiga hari belum ia ganti masih menempel di tubuhnya. Ia meraba perutnya yang keroncongan minta diisi dan barulah ia tersadar tidak semua asset ayahnya disita. Dirabanya kantong belakang jeans dan menemukan sesuatu yang membuat semangatnya kembali.
“Ayah setidaknya nggak kejam banget. Baiklah, Amanda untuk sementara kamu tinggal di mobil aja.” Amanda menguatkan diri sendiri sembari memelototi kunci mobilnya. Satu-satunya harta berharga yang tersisa, di samping uang pegangan yang tidak sampai 1 juta rupiah.
Tiga kopernya ditaruh di belakang mobil Pajero Sportnya. Meskipun masih mampu mengemudikan mobil mahal, namun ia hanya tampak baik di luar saja, beberapa hari kemudian jika ia belum menemukan jalan keluar maka uangnya hanya akan habis untuk makan dan bensin.
“Ah, dipikir nanti aja urusan besok. Yang penting sekarang cari tempat aman buat parkir dan tidur! Semangat Amanda!” Pekik Amanda seorang diri di dalam mobil, jika bukan ia yang menyemangati dirinya lalu siapa lagi?
***
Tiga hari kemudian di bandara Internasional Soekarno Hatta…
Seo Jun menarik ranselnya sembari menelpon, sekeliling memang terasa asing baginya namun rasa itulah yang justru sangat menghibur. Tidak ada sorotan dari orang yang mengenalnya, tidak ada media yang mengejar
dan mendramatisir berita dukanya menjadi konsumsi publik, dan yang pasti ia bisa memalingkan sejenak perasaannya dari kenyataan sampai hatinya siap membuka lembaran baru.
“Moon, tolong atur urusan kantor, selesaikan meeting kerjasama dengan perusahaan Sun. Jangan ceroboh lagi! Kau bahkan teledor membeli tiket sampai aku harus mengundur waktu ke Jakarta.” Seo Jun memberikan banyak pesan, ia sebenarnya tahu sepupunya Lee Moon kurang cekatan dan tidak bisa sepenuhnya diandalkan. Tetapi hanya tersisa dia yang bisa dipercaya dan ia yakini tidak akan pernah mengkhianatinya.
“Oke siap bos! Sudahlah, kau nikmati liburanmu. Jangan terus menghubungiku setiap saat, gimana bisa liburan kalau udah jauh aja masih kontrol aku. Ingat, cari guide bernama Devi. Fotonya udah aku kirim di messenger, dan harusnya dia udah nungguin.” Ujar Lee Moon panjang lebar.
“Huft… oke. Nanti pulang aku bawain ole-ole atau kau bisa request sesukamu. Aku titip perusahaan padamu.” Ujar Seo Jun sebelum mengakhiri pembicaraan.
Hanya untuk ngobrol di telpon saja ia nyaris menghabiskan waktu satu jam dihitung sejak ia turun dari pesawat. Lee Moon sengaja mengulur keberangkatannya demi mencarikan tour guide yang professional dan ia percayai untuk menemani Seo Jun selama berada di Jakarta. Seo Jun mengamati foto wanita bernama Devi yang dikirim Moon. Gadis manis berkulit kuning langsat dan potongan rambut lurus sebahu, Seo Jun mengamati sekeliling mencari sosok wanita dalam foto.
Banyak penjemput yang memegang nama tamu yang dijemput, namun tidak ada satupun nama Seo Jun terpampang di sana. Ia mulai heran dan berencana menghubungi Moon kembali untuk menanyakan nomor ponsel Devi. Saat ini ia hanya mengandalkan Wifi bandara untuk berkomunikasi, ia belum bisa mengganti nomor lokal sebelum bertemu guidenya.
Sementara itu di tempat yang tak jauh dari Seo Jun berdiri, sepasang kekasih terlihat panic dan cekcok. Mereka terburu-buru lantaran was was ditinggal pesawat.
“Udah gue bilang, ini tuh terminal kedatangan. Lu pake sok yes aja yakin bener di sini.” Cecar Reagan yang lelah dan gerah karena mendorong troli yang dominan barang kekasihnya.
“O… jadi lu nyalain gue? Kalo lu emang yakin kenapa gak bilang gue salah trus ke tempat yang bener.” Sofie tahu ia salah, tapi gengsi terlalu tinggi untuk minta maaf. Satu-satunya cara adalah mencari kambing hitam dan membalikkan kesalahan pada Reagan.
Sofie kesal sampai enggan melihat wajah Reagan. Ia buang muka begitu saja sembari berjalan cepat mengikuti langkah cowok itu hingga sebuah ciptaan Tuhan yang mendekati sempurna menarik perhatiannya. Ia bahkan menghentikan langkah demi melihat lebih lama tanpa berkedip. Otak liciknya mulai menyumbang akal bulus, ia tidak boleh membiarkan cowok yang menyilaukan mata itu berlalu begitu saja atau ia akan terus menyesal di
kemudian hari.
“Aduh…” Sofie berteriak sembari menutupi bokong dengan sweaternya. Ia gelagapan seperti orang menahan air kecil.
Reagan yang sedari tadi belum berhenti kesal pun menoleh, seketika ia kaget dengan mimik wajah Sofie yang aneh. “Lu kenapa?”
“Anu… tamu gue datang. Gue harus ke toilet. Lu check in dulu ntar gue nyusul!” Sofie memegang perutnya seakan nyeri akibat datang bulan. Tanpa mendengar persetujuan Reagan, ia ngibrit menuju arah toilet.
Reagan meskipun cemas namun ia setuju dengan Sofie, ia harus segera check in jika tidak mau tiket mereka ke Bali hangus. Tanpa Sofie, ia leluasa berlari dan sekuat tenaga mendorong troli. Setelah urusan beres baru
ia akan mencari kekasihnya.
Sofie mengintip Reagan yang semakin menjauh, dari tingkahnya yang terburu-buru bisa dipastikan ia tidak akan berbalik menunggu Sofie. Kini saatnya menjalankan misi pertama untuk menarik perhatian cowok tampan yang masih berdiri kebingungan.
“Moon, wanita bernama Devi itu belum muncul. Kau yakin dia datang menjemputku?”
“Bentar, aku sambil hubungi dia tapi belum ada jawaban. Aduh Oppa… Oppa?”
What the… ponsel Seo Jun jatuh dan pecah berkeping-keping di saat pembicaraan dengan Lee Moon belum selesai. Pria itu ternganga seakan tak percaya, satu satunya alat komunikasi yang ia bawa kini tergeletak remuk di lantai dan ia belum bertemu guidenya. Ia berjongkok memungut bangkai ponselnya, barangkali masih ada harapan untuk menghidupkannya.
Sebuah tangan ikut mengambil casing ponsel yang tercecar, Seo Jun mengamati dari tangan hingga si pemiliknya. Ia berharap Devilah yang muncul, namun ketika melihat bukan wajah yang ia harap, rasa gelisahnya makin menjadi.
“Sorry, gue nggak sengaja. Lu gak papa? Ng… hape lu… sorry.” Sofie sengaja menabrakkan dirinya pada Seo Jun hingga ponsel pria itu melompat dari genggaman.
“Sorry? Kamu ngomong apa?” Seo Jun bicara dalam bahasa Korea, ia mulai gusar di saat guidenya belum datang justru ia bermasalah dengan gadis lokal yang mengajaknya komunikasi dengan bahasa yang tidak ia mengerti.
OMG… Oppa… ternyata dia cowok Korea. Sofie berteriak girang dalam hati, cowok Korea yang ia idamkan selama ini ternyata bisa ia temui di sini. Ia tak peduli reaksi pria itu, yang jelas ia sudah memulai dan tidak akan melepaskannya begitu saja.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Oh Dewi
Mampir ah...
Sekalian rekomen buat yang kesusahan nyari novel yang seru dan bagus, mending coba baca yang judulnya Caraku Menemukanmu
2023-07-06
0
Melisa Nainggolan
.
2022-03-05
0
Keiyza
bagussssss banget
2022-02-22
0