Sofie keukeh menyakinkan Seo Jun agar membatalkan niat makan bakso di emparan kaki lima, gengsinya akan turun harga jika harus nongkrong di tempat itu. Ekspektasinya adalah makan di restoran elit dengan pria ganteng itu, namun yang terjadi malah Seo Jun nekad berjalan menuju gerobak bakso tanpa mau tahu Sofie ikut atau tidak. Ia sudah memiliki pegangan uang rupiah, dengan uang tentu segalanya jadi lebih mudah.
“Kalau kamu sampe sakit perut gara-gara makan di sini, jangan salahkan aku nggak peringatkan kamu.” Ancam Sofie yang kalah telak dan mengekori Seo Jun menghadap penjual bakso.
“Bang, dua porsi makan di sini. Buru ya!” perintah Sofie ketus.
Seo Jun tidak peduli apapun komentar gadis bawel itu, ia celingukan mencari posisi yang asyik. Terdapat beberapa tempat kosong di bagian depan dan tengah, namun kurang menarik karena langsung tersorot dari luar. Ia perlu spot yang lebih terselebung dan sepi, “Ah…” Desis Seo Jun, reflek saat melihat posisi strategis di pojok belakang. Hanya ada seorang gadis yang menguasai meja itu, Seo Jun tidak masalah harus berbagi dengannya.
Gadis yang mengikat rambut model kuncir kuda itu menatapnya, Seo Jun tertawa kecil melihat ekspresi gadis itu yang gelagapan menatapnya sambil mengunyah pentolan. Bulatan bakso yang utuh membuat pipinya tembem sebelah, dari jarak enam meter saja Seo Jun bisa melihat kecantikan gadis itu.
Sofie selesai dengan pesanannya yang ribet, ia memesan bakso halus tanpa micin, tanpa kecambah tetapi minta sayur ekstra sebagai penggantinya. Sadar bahwa Seo Jun tidak berdiri di sampingnya, ia segera menyebar pandangan mencari keberadaan pria itu.
“Hei!” pekik Sofie saat tahu Seo Jun berjalan mendekati seorang gadis. Ia yakin pria itu pasti mengincar bangku kosong di sebelah gadis itu. Sofie gerak cepat, tidak akan dibiarkan gadis lain mengusiknya. Ia sudah berusaha sejauh ini dan berani-beraninya Seo Jun seolah mengabaikannya.
Seo Jun hampir meraih bangku kosong di sebelah Amanda, sayangnya ia kurang perhatian saking masih melirik gadis itu hingga Sofie lebih dulu menemplokkan pantat di kursi plastik itu.
“Ups sorry. Kamu duduk di depan aja!” seru Sofie dengan senyum dimanis-maniskan pada Seo Jun ketika ia berhasil menyerobot tempat duduk incaran Seo Jun.
Separuh dongkol dan pasrah, Seo Jun terpaksa mengambil posisi di depan Amanda. Saat bertatapan dengan jarak dekat, ia menyakini gadis itu memang sangat cantik. Tiba-tiba ia bersyukur, ada bagusnya duduk berhadapan jadi ia bisa makan sambil menatap wajah gadis itu ketimbang berhadapan dengan Sofie.
“Ehem hem…” Amanda mendehem paksa saking canggungnya dipelototin sejak tadi. Ia risih untuk meneruskan makan, padahal nasinya masih utuh belum tersentuh.
“Wah, selera makanmu besar juga nasi sebanyak itu buat pendamping bakso porsi besar. Ckckck…” Gumam Sofie, ia mendadak kenyang hanya dengan melihat nasi putih yang menggunung di depannya.
Amanda menggeser jatah makannya untuk berbagi tempat. Rasanya ingin berteriak protes tapi apa daya warung ini tempat makan umum dan siapapun berhak memilih tempat duduk. Ia tidak boleh egois merasa memiliki satu meja sendirian. Apesnya menggeser piring tepat di depan juga serba salah, kini giliran pria asing itu yang salah fokus pada porsi makannya.
“Enjoy your meal.” Ujar Seo Jun dengan menyunggingkan senyum termanisnya. Walaupun tidak bisa berbahasa Indonesia setidaknya ia sedikit menguasai bahasa Inggris.
Amanda enggan geer, tetapi ia yakin pria itu bicara padanya. Dipersilahkan menikmati makanan sendiri, apa aku segitu noraknya? Gumam Amanda dalam hati, ia rasa gerak-gerik canggungnya terbaca dengan mudah oleh
pria itu. Ia memilih diam dan mencoba cuek menikmati makanannya sambil merem ketika mengunyah.
Dua mangkok bakso pesanan Sofie datang, menyusul dua gelas es jeruk sebagai pelengkap. Sofie intens mencuri pandang bergantian pada Seo Jun dan gadis di sebelahnya. Ia sewot sendiri membayangkan Seo Jun yang ia
incar tertarik pada gadis saingan baru.
“Ambilin kecap manis dong.” Sergah Sofie memerintah Amanda. Botol kecap manis itu memang ada di samping piring Amanda. Tanpa komentar apapun Amanda menyodorkan padanya.
“Sekalian saosnya dong. Eh itu cuka juga ambilin.” Sofie ketagihan memerintah.
Kesal dianggap layaknya asisten, Amanda merasa perlu memberi peringatan. Diambilnya dua botol pesanan Sofie lalu meletakkannya dengan kencang sehingga isinya muncrat sebagian mengenai tangan Sofie. Kejadian konyol itu menundang tawa kecil Seo Jun, ia tak berniat ikut andil dan lebih menikmati peran sebagai penonton pasif.
“Nggak bisa pelan mbak?” pekik Sofie ketus. Gara-gara keciprat saos, ia harus mengelap tangan dengan tisu.
Amanda cuek saja, ia kembali fokus dengan nasi yang dibasahi kuah bakso. Buat apa meladeni emosi orang yang hanya kebetulan berpapasan saat makan. Ia tidak bermaksud mencari masalah tapi juga enggan diam saja saat merasa diganggu.
“Sudahlah, lagian kamu yang ganggu dia dulu.” Ujar Seo Jun mengambil alih kondisi ketika ia lihat Sofie hendak berulah lagi.
Amanda tidak mengerti apa yang dibicarakan pria itu pada gadis jutek di sebelahnya, ia agak penasaran siapa gadis itu? Mereka tidak terlihat seperti sepasang kekasih, nyatanya si cowok tidak menunjukkan perhatian pada si jutek. Sesaat kemudian Amanda menyadari ia terlalu kepo, untuk apa menghabiskan waktu memikirkan urusan orang lain. Seusai makan pun ia pasti berpisah dan mungkin tidak akan bertemu mereka lagi.
Seo Jun mencuri pandang pada Amanda, sikap cueknya menjadi daya tarik tersendiri. Sedari tadi hanya ia dan Sofie yang mencoba berkomunikasi dengannya, namun gadis itu tetap bungkam walau memberi respon dengan tindakan.
“Buruan makan ntar dingin nggak enak.” Sela Sofie yang gerah melihat Seo Jun tebar pesona pada cewek cuek itu.
Kesewotan Sofie menyadarkan Seo Jun bahwa urusannya dengan gadis itu belum selesai. Kedatangannya ke Jakarta untuk berlibur, bukan untuk dikontrol oleh orang yang mengacaukan agenda liburannya.
“Sofie, setelah ini apa rencanamu? Aku tidak punya ponsel untuk menghubungi tour guideku, lalu kamu juga kenapa tidak punya ponsel? Apa kamu mau tergantung padaku terus? Kamu bilang mau tanggung jawab membelikan ponsel baru, tapi ongkos perbaikan saja kamu minta aku bayar sendiri.” Tuding Seo Jun blak-blakan. Ia harus menunjukkan batas di antara mereka, sikap gadis manja itu seakan ia adalah miliknya.
Pernyataan Seo Jun terdengar seperti menguliti borok Sofie, sakit tapi tidak berdarah. Wajar jika Seo Jun protes, ia yang sengaja merusak ponsel lalu menawarkan diri bertanggung jawab tapi nyatanya ia lupa mengambil dompetnya yang dibawa Reagan. Rencana yang dikira mulus ternyata amburadul, sekarang ia harus bagaimana agar tidak diusir Seo Jun?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Anis Sobikun
buset tor ada orang ga punya malu bngt tuh si sofie amit amit deh
2022-10-20
0
rujak
tak tahu malu kayak gue
2020-07-26
0
Wei ying_wuxian
walopun sofi menjengkelkan
keberanianya ku acungi jempol
wkwk
2020-07-17
4