Kaisar......

Kaisar sengaja tak memberi tahu Dila perihal kedatangannya. Karena Kaisar tahu, Dila hanya akan bersantai di rumahnya. Kaisar membawakan satu kotak pizza dan dua botol cola, untuk nanti mereka makan berdua. Kaisar akui, hidupnya tanpa Dila itu teramat sepi. Ia merasa, Dila lah semangat hidupnya.

Dila bukan hanya sekretaris baginya, tapi Dila juga punya makna lain salam kehidupannya. Kaisar tak mau terlalu memaksa Dila untuknya, karena itu hanya akan membuat Dila menjauh darinya. Slowly but sure, Kaisar meyakinkan dirinya, untuk dekat dengan Dila, satu tahap tapi pasti. Semoga saja Dila bisa membuka hatinya.

Sesampainya di rumah Dila, Kaisar pun tersenyum. Dila pasti ada didalam rumah, karena Kaisar melihat, ada pakaian yang dijemur di depan rumahnya. Kaisar pun memarkirkan mobilnya, dan segera turun sambil membawa makanan yang tadi ia beli.

"Dila mungkin sudah satu minggu tak mencuci baju. Banyak sekali cuciannya hari ini. Eh, ngomong-ngomong dia lagi apa ya? Kok pintu rumahnya tertutup?" Kaisar berbicara sendiri.

Kaisar pun mengetuk pintu rumah Dila, tapi tak ada yang menjawab. Kaisar melihat lewat jendela, tak ada tanda-tanda Dila didalam rumah. Hingga pintu rumah Dila pun kesenggol siku Kaisar, dan pintu rumah Dila malah terbuka. Ternyata, Dila lupa mengunci pintu. Saat ia kaget mendengar kabar Clais kecelakaan, Dila keluar tanpa mengunci pintu.

Karena pintu terbuka, Kaisar pun masuk kedalam rumah Dila. Melihat seisi rumah Dila yang tengah rapi, itu pertanda Dila ada di rumahnya. Tapi, kemana perginya Dila saat ini? Kaisar mencari ke kamar dan juga dapur, tapi hasilnya nihil. Dila tak ada di rumahnya.

"Kemana dia? Aku harus meneleponnya," tukas Kaisar.

Kaisar pun menelepon Dila. Tapi, nomor ponsel Dila tak aktif. Kaisar semakin bingung dan tak mengerti. Rumahnya tak dikunci, bahkan Dila pun sedang menjemur baju. Karena merasa Dila pergi tak jauh, Kaisar pun memutuskan untuk menunggu didalam rumah Dila.

Setengah jam menunggu, Dila tak kunjung kembali. Cuaca pun mulai tak bersahabat. Langit sangat mendung dan sepertinya hari akan turun hujan. Kaisar melihat jemuran Dila yang menggantung diluar. Kaisar terpaksa keluar dan berniat mengangkat jemuran Dila. Kaisar melihat-lihat, ada beberapa yang tak semestinya ia lihat.

"Ya Tuhan, ini pakaian dalam Dila. Aaah, mataku ternodai melihatnya! Kenapa aku harus melihat ini sih? Tapi, pakaian dalam nya pun harus diangkat. Kalau tidak pasti akan kehujanan." Kaisar menutup matanya dengan satu tangan, satu tangannya lagi mengangkat beberapa pakaian Dila yang lain.

Kaisar benar-benar gugup, ketika ia harus mengambil pakaian dalam milik Dila. Rasanya, antara takut dan tak berani menyentuhnya. Tapi, gerimis terlah berjatuhan, mau tak mau, Kaosar harus mengambil beberapa pakaian dalam itu.

"AARRGGHHH, Dila ... maafkan aku, karena telah menyentuhnya," Kaisar menutup mata ketika mengambilnya. Lalu ia berlari masuk kedalam rumah, karena hujan mulai deras.

Kaisar menaruh seluruh pakaian itu di keranjang yang kosong. Ia semakin heran dan bingung, kemana perginya Dila saat ini. Hujan telah turun dengan derasnya, namun Dila belum juga pulang. Kaisar semakin khawatir dan takut. Ia takut Dila kenapa-napa. Kaisar menelepon Dila berkali-kali, namun ponselnya tetap saja tak aktif.

"Kemana dia? Hujan deras seperti ini, kenapa dia tidak pulang secepatnya? Apa yang terjadi pada Dila?" Kaisar benar-benar khawatir.

"Harus bagaimana aku? Kenapa hatiku jadi tak tenang begini. Dila, dimana kau? Apa yang terjadi denganmu?"

Kaisar tak nyaman, ia mencoba menelepon anak buah dan karyawannya, tapi tak ada juga yang mengangkat. Mereka pasti sengaja tak mengangkat telepon dari Kaisar, karena ini hari libur, tentu saja karyawan Kaisar tak ingin diganggu.

Petir terus menggelegar, dan hujan deras pun turun tiada henti. Kaisar yang mulai kelelahan pun terlelap di sofa. Kaisar tak sadar, jika suara gemericik hujan seakan memintanya untuk terlelap. Kaisar pun tertidur, ia benar-benar lupa akan keberadaan Dila. Suara hujan seakan menemaninya untuk terlelap di sofa.

...❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤...

RS Buleleng, Bali.

Kondisi Clarissa mulai membaik, setelah mendapat transfusi darah dan jahitan di bagian lukanya. Clais tersenyum bahagia karena melihat Dila berada di sampingnya sambil memegangi tangannya. Bagus pun masih setia menunggu Dila, karena Bagus tak tega meninggalkan Dila dalam keadaan hati tersayat-sayat melihat anaknya.

"Bunda ... Bunda," dengan lemah, Clais memanggil Dila.

"Sayang, kamu sudah sadar ... Alhamdulillah, terima kasih ya Allah. Maafkan Bunda, Nak. Bunda benar-benar tak menyangka Clais akan mengalami kejadian pahit seperti ini. Maafkan Bunda ..." Dila menangis dihadapan Clais.

"Bunda jangan nangis, Cais gak apa-apa kok, Maafin Cais ya buat Bunda khawatir."

"Jangan berbicara seperti itu, Nak. Bunda benar-benar merasa bersalah, Bunda jauh darimu, dan Bunda tak bisa menjagamu. Maafkan Bunda, kamu boleh marah sama Bunda, kamu juga boleh membenci Bunda, Nak ..." tangis Dila semakin pecah ketika melihat luka lebam di sekujur tubuh anaknya.

"Gek, sudah. Jangan nangis terus. Mbuk jadi merasa bersalah. Ini semua salah Mbuk, Gek. Sungguh, maafkan Mbuk. Kita harus bersyukur, Cais masih diberi kesehatan dan keselamatan." Buk Marni merasa sangat bersalah.

Bagus menepuk pundak Dila, "Dil, tak apa. Jangan menyalahkan keadaan. Semua ini musibah dan cobaan. Tak ada yang tahu kalau kejadiannya akan seperti ini. Jangan bersedih terus, kasihan anakmu."

Dila tiba-tiba teringat sesuatu, "Ya ampun, Bagus ... aku melupakan sesuatu,"

"Apa Dil?"

Dila menatap anaknya, "Sayang, Bunda keluar dulu sebentar ya, nanti Bunda kedalam lagi. Cais mau beli apa? Biar sekalian Bunda belikan,"

"Cais mau susu kotak, Bun ..." ucapnya.

"Baik sayang, Bunda belikan ya ... Mbuk, Dila keluar dulu sebentar, nanti Dila kesini lagi. Jaga Clais ya," pesan Dila.

"Baik, Gek. Tentu saja," jawab Buk Marni.

"Bagus, ayo ikut aku," Dila dan Bagus pun keluar dari ruangan tempat Clais dirawat.

Clais pun menatap Dila dan Bagus yang pergi bersama,

"Mbah, itu siapa yang bersama Bunda?" tanyanya.

"Mungkin itu temennya Bunda, sayang."

"Apa itu Ayah untuk Clais?" gadis mungil itu tiba-tiba berkata aneh.

"Eh, dak boleh berpikiran seperti itu. Mungkin itu hanya teman Bunda. Clais jangan banyak pikiran ya, harus banyak istirahat biar tenang dan cepet sembuh." Saran Mbuk Marni.

"Iya, Mbah ..." jawab Clais.

Dila mengajak Bagus untuk duduk di koridor ujung rumah sakit. Ada hal yang Dila lupakan, dan tentu saja Dila membutuhkan pertolongan Bagus.

"Ada apa, Dil?" tanya Bagus.

"Gus, sepertinya aku melupakan rumahku. Tak ada kunci didalam tas, sepertinya aku lupa mengunci pintu. Aku juga lupa mengangkat pakaian, saking aku shock dan kaget. Apa kamu mau menolongku? Tolong kunci rumahku, karena rumahku dipinggir jalan, aku khawatir ada tangan-tangan jahat yang masuk, apalagi kalau mereka tahu, rumahnya tak terkunci," ujar Dila.

"Baik, Dil. Aku akan melakukannya untukmu. Tapi, bagaimana denganmu? Aku tak mungkin membiarkan mu sendirian seperti ini," Ujar Bagus.

"Aku tak apa, lebih baik kamu juga pulang saja. Lagipula, besok kamu harus kerja. Aku tak akan masuk kerja dulu, sampai Clais pulang ke rumah. Apa kamu bisa tolong katakan pada Pak Kaisar, aku akan izin tak masuk kerja beberapa hari. Tapi, tolong katakan saja, jika aku ada kepentingan keluarga, dan aku juga akan memberitahunya lewat telepon nanti," ucap Dila.

Bagus mengangguk, "Ya Dil, aku mengerti. Akan ku katakan seperti itu pada Pak Kaisar. Kamu baik-baik ya, jaga diri. Aku akan segera ke rumahmu sekarang, aku akan mengunci pintu rumahmu. Besok, aku akan sempatkan datang kesini lagi. Apapun yang terjadi, kumohon kabari aku. ya?"

"Iya, Gus. Terima kasih atas kebaikan hatimu."

"Aku akan telepon kamu nanti setelah aku sampai di rumah mu, Dil ..."

"Iya, hati-hati ya, maafkan aku merepotkan mu, Gus. Aku malu padamu,"

"Dil, tak usah sungkan padaku. Aku tak keberatan menolongmu. Ya sudah, aku berangkat ya ...."

"Dila melambaikan tangannya, " Hati-hati ya, Gus ...."

"Iya, Dil ... kamu juga jaga diri ya,"

Bagus pun berlalu. Ia segera mengendarai motornya menuju rumah Dila. Sedangkan di rumah Dila, ada Kaisar. Apakah Kaisar dan Bagus akan bertemu? Apa Kaisar telah pergi meninggalkan rumah Dila?

Temukan jawabannya di episode selanjutnya ❤

Jangan lupa like ya...

Terpopuler

Comments

Yohanna Darungo

Yohanna Darungo

Semakin seru

2021-07-24

0

Rhina sri

Rhina sri

moga ketenu yaa biar kaisar tau dila dimna

2021-04-29

0

ɾιɳι🖤

ɾιɳι🖤

ketemu g ya mreka nanti 🤔

penasaran..lanjut teh irna ❤❤

2021-04-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!