Aku kesal, aku cemburu

Parkiran kantor Jackson Grup ....

Dila dan Bagus telah sampai di perusahaan. Dila pun membuka helm nya, lalu memberikan pada Bagus. Bagus tersenyum padanya, karena bukan main, wajah Dila memang begitu cantik dan manis. Bagus memang sudah jatuh hati sejak awal Dila diangkat jadi sekretaris Kai, tapi Bagus tak memiliki keberanian untuk mendekati Dila.

"Gus, nih helmnya. Makasih ya," Dila tersenyum.

"Aku yang makasih sama kamu, Dil ... aku jadi gak kesepian lagi kalo di motor. Karena ada yang bisa diajak ngobrol," Bagus nyengir.

"Ah, kamu bisa aja," Dila hanya membalas dengan senyuman.

Mereka pun berjalan bersama memasuki perusahaan. Sepanjang perjalanan, Bagus merasa dirinya begitu gugup saat berjalan berdua bersama Dila. Ia menarik napasnya berkali-kali, mencoba rileks agar terlihat biasa saja. Bagus pun mencoba berbicara pada Dila,

"Dil, kalau kamu gak keberatan, aku bersedia antar jemput kamu setiap hari," ujar Bagus.

"Aduh, aku sih gak keberatan, malah aku seneng banget, Gus. Tapi, kamu tahu sendiri kan kerjaan ku gimana. Kalau Pak Kaisar itu selalu sibuk, dan aku harus selalu ada di sampingnya. Aku gak bisa jamin, kalau setiap hari aku bisa pulang tepat waktu," keluh Dila.

"Ya gak apa-apa, selagi kamu butuh aku jemput, aku siap kok jemput kamu, Dil ...."

"Serius, Nih?" Dila tertawa.

"Serius dong, masa aku bohong," Bagus pun tertawa.

"Aku takut nanti kamu malah minta tagihan kayak ojek online lagi," Dila terkekeh.

"Ya enggak bakalan, Dil ... masa aku minta tagihan sih. Justru aku seneng, bisa antar jemput kamu, biar jok belakangku ada isinya terus," Bagus nyengir kuda.

"Baiklah, kalau kamu gak ngerasa aku ngerepotin. Kalau aku mau jemput, aku kabarin kamu, gitu ya?" tanya Dila.

"Iya, Dil ... kamu punya nomor ponselku? Kalau enggak, nanti aku kasih," ujar Bagus.

"Enggak, Gus ... nanti kasih aja deh di ruangan. Sekarang aku harus ke bagian development dulu, ada perlu." Tukas Dila.

"Oke, Dil ... baiklah, nanti aku beri nomorku," Bagas tersenyum lebar.

Dila dan Bagas pun berpisah di depan lift, karena Dila akan mengunjungi kepala bagian development. Hingga waktu berputar tak terasa, kini telah menunjukkan pukul sembilan, tapi Kaisar tak kunjung tiba. Dila pun segera menelepon Kaisar, karena tak ada pemberitahuan bahwa Kaisar akan masuk atau tidak.

Dila : Halo, Pak. Pak Kais dimana? Ini sudah jam sembilan, apa Bapak gak akan masuk kantor?

Kaisar : Aku tadi terjebak macet parah, mungkin aku akan ke perusahaan sekitar pukul sebelas siang, karena aku memutuskan untuk ke apartemen teman kuliahku dulu, Dil ... tak ada meeting, kan hari ini?

Dila : Oh, begitu ... baiklah, Pak. Tak ada, hanya ada beberapa berkas yang membutuhkan tanda tangan Bapak,

Kaisar : Baiklah, simpan saja di meja kerjaku.

Dila : Siap, Pak. Kalau begitu, saya tutup ya,

Kaisar : Iya, hati-hati kerjanya Dil ... jaga kesehatan ya,

DEG. Perasaan aneh itu muncul lagi. Dila heran, kenapa sering sekali Kaisar memperlakukannya berbeda dari biasanya. Jika biasanya Kaisar tampak cuek dan acuh padanya, akhir-akhir ini Kaisar malah sering perhatian padanya, bahkan terkadang Kaisar posesif pada Dila.

Kini, waktu makan siang telah tiba. Bagus memberanikan diri mendekati Dila lagi. Bagus mengajak Dila untuk makan siang bersama di kantin. Dila pun menyetujui, dan akhirnya mereka pergi bersama. Dijalan, Dila dan Bagus bertemu dengan Hengky, sang GM di perusahaan Kaisar tersebut.

"Eh, Pak Hengky ... Selamat siang, Pak ... selamat menikmati makan siang," seru Dila ramah.

"Siang, Dil ... wah, pacar baru nih? Mumpung gak ada Pak Kaisar, iya kan?" Hengky tertawa kecil.

"Eh, Pak Hengky, bukan ... ini teman satu ruangan denganku, aneh-aneh aja deh Bapak ini. Oh iya, Pak Kaisar ada menghubungi Bapak?" tanya Dila.

"Iya, barusan dia meneleponku, karena terjebak macet, dia jadi mampir dulu ke apartemen temannya. Sebentar lagi dia pasti sampai di kantor. Ini aku sedang menunggunya," ujar Hengky.

"Ah, syukurlah. Baiklah, sebelum Pak Kaisar tiba, saya mau makan siang dulu ya, Pak ... permisi," ucap Dila sopan santun.

"Permisi, Pak." Bagus pun membungkukkan badannya.

Hengky berjalan menuju lobi perusahaan. Ia akan menunggu Kaisar di lobi, karena ada hal yang harus ia bahas dengan Kaisar. Hengky pun duduk di sofa lobi, berharap Kaisar akan segera tiba. Benar saja, tak lama Kaisar tiba memasuki lobi perusahaan. Semua karyawan yang melihat Kaisar segera menundukkan pandangannya pada Kaisar.

"Lama banget lu bosque, kemana aja?" tanya Hengky.

"Sial emang gue hari ini. Udah tadi pagi kena macet, eh tadi jam 11 Niat hati beli makan siang, malah kena antrian panjang. Nyesel emang beli di tempat yang lagi rame-ramenya pengunjung." Keluh Kaisar.

"Lah, emang lu beli apa itu? Buat gue ya?" selidik Hengky.

"Beli Nasi campur, pede aja. Bukan buat elu, ya buat gue lah!" Kaisar mendelik.

"Kok itu dua box sih? Pasti buat gue!" Ujar Hengky.

"Pede lu ketinggian, buat Dila ini, bukan buat elu. Ngomong-ngomong ini baru jam 12, dia pasti belum makan, gue mau kasih nasi ini buat dia, urusan laporan elu tadi, nanti aja dibahasnya ya, gue laper nih, mau makan dulu." Ujar Kaisar.

"Yaelah bosque ... si Dila tadi udah ke kantin, sama cowoknya." Timpal Hengky.

"Gila lu ya! Mana mungkin! Si Dila gak punya cowok, jelas-jelas dia selalu sama gue, kemana-mana sama gue, mana sempat dia punya pacar!" Kaisar kesal.

"Gue tadi ketemu dia, kayaknya anak buah elu juga itu cowoknya. Tapi yang jelas, dia udah ke kantin, lagi makan siang bareng cowok yang gue rasa sebentar lagi bakal jadi kekasihnya si Dila, bosque! Elu harus hati-hati," Hengky memanas-manasi Kaisar.

"Ah sok tahu lu!" Sungut Kaisar.

"Ya udah sih, nasi campurnya buat gue aja! Gue juga belum makan siang bosque," rayu Hengky.

"Enak aja! Bakal gue makan dua-duanya! Puas lu!" Kaisar kesal, lalu ia berlalu meninggalkan Hengky sendirian.

"Ya elah Bos que, kalo elu cemburu, kalo elu suka, bilang aja ngapa sama orangnya. Direbut orang elu juga kan yang kalang kabut! Dasar emang bosque, gengsi aja digedein." Hengky berbicara sendiri, ia geleng-geleng kepala melihat tingkah Bos nya itu.

Kaisar emosi. Ia kesal mendengar penjelasan dari Hengky. Didalam lift, ia mengumpat Dila habis-habisan. Entah kenapa, ia tak suka mendengar Dila makan siang dengan lelaki lain, padahal lelaki itu anak buahnya sendiri.

Berani-beraninya dia makan siang dengan lelaki lain. Kesempatan bagi dia rupanya, ketika aku tak ada, ia bisa bebas bersama lelaki lain. Awas saja kau Dil, aku tak akan memberimu kebebasan lagi. Umpat Kaisar dalam hati.

Peringatan masuk kerja tengah berbunyi, Kaisar baru saja memakan nasi campur tersebut. Sesuai ucapannya pada Hengky, Kaisar benar-benar memakan nasi campur itu dua-duanya. Saking kesalnya, ia tak peduli jika perutnya sudah kenyang, ia tetap memakan dua box nasi campur tersebut.

Tiba-tiba, pintu ruangan Kaisar ada yang mengetuk. Ternyata, Dila yang mengetuk pintunya. Dila pun masuk kedalam ruangan Kaisar. Dila kaget, karena Kaisar sudah datang tapi tak memberi tahu dirinya. Dila pun mendekat menuju Kaisar yang sedang duduk di sofa.

"Selamat siang, Pak ... Pak Kais kok gak bilang saya kalau sudah di kantor? Kan saya bisa menyiapkan teh juga makan siang untuk Bapak." Dila sedikit kaget, melihat dua box nasi campur didepan Kaisar.

"Untuk apa? Aku tak ingin mengganggu mu!" Timpal Kaisar.

"Bukankah memang sudah tugas saya untuk melayani Bapak? Kenapa tiba-tiba Pak Kais berkata seperti itu?" tanya Dila.

"Kamu tak perlu menggangguku, aku sedang makan siang sekarang!" Jawab Kaisar datar.

"Iya, baiklah Pak. Tapi, apa Bapak tidak salah, memakan nasi campur dua box? Ada apa dengan Pak Kais hari ini? Bapak gak sakit kan?" Dila polos.

"Nasi campur ini untuk sekretarisku, tapi ternyata dia malah makan siang dengan lelaki lain. Jadi, aku makan saja semuanya! Daripada aku buang, lebih baik aku makan bukan?" Kaisar jujur.

"Ya ampun, Bapak ... kalau itu buat saya, kenapa tadi gak bilang? Kenapa tadi gak nelepon? Kan saya gak tahu, Pak. Kalau saya tahu, Pak Kais membawakan makan siang untuk saya, mungkin saja akan menolak ajakan Bagus untuk makan siang bersama." Jelas Dila.

"Ah terserah lah! Semuanya sudah terlanjur. Nasi ini akan tetap aku makan! Se mu a nya!" Ucap Kaisar dengan nada menyindir.

Dila menggaruk-garuk kepalanya, "Duh, saya jadi gak enak. Maafin saya ya, Pak. Saya bener-bener gak tahu,"

Kaisar tak membalas ucapan Dila, ia hanya menggerakkan tangannya, mengisyaratkan agar Dila keluar dari ruangannya.

"Baik Pak, selamat siang, selamat makan siang," Dila pun merasa tak enak, ia segera keluar dari ruangan Kaisar, berharap bahwa kemarahan Bos nya itu tak akan lama.

*Bersambung*

Jangan lupa like dan komentar nya ❤

Terpopuler

Comments

Mama Cally

Mama Cally

serasa nnton drakor..bos dan aq

2021-10-28

0

Rhina sri

Rhina sri

hayoo tembak duluan dong kai jangan lama lama ntar si dila keburu di ambil org tau rasa😄😄

2021-04-29

0

ɾιɳι🖤

ɾιɳι🖤

cemburu tanda tk mampu..wkwkwk

semangat teh irna sayang ❤❤

2021-04-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!