Paket komplit

"Dil, Dila? Foto kecil ini, apakah fotomu waktu dulu? Cantik dan menggemaskan sekali kamu waktu masih kecil," ujar Kaisar yang masih menatap foto itu.

DEG. Jantung Dila berdetak sangat kencang. Ia sadar, bahwa foto masa kecil itu, bukanlah fotonya. Melainkan foto anaknya, Clarissa. Dila pun jadi tak konsentrasi memasak, ia mematikan kompor gas nya dan segera bergegas ke ruang keluarga, untuk mengantisipasi Kaisar akan tahu hal yang sebenarnya.

"Eh, Pak, jangan dilihat!" Dila segera mengambil figura itu.

"Loh, kenapa? Cantik kok, kamu waktu kecil cantik dan lucu, berbeda sekali dengan sekarang!" Ledek Kaisar.

"Ah? Foto masa kecilku? Aaah, iya-iya ... ini memang foto masa kecilku, jangan dilihat, aku jelek!" Dila jadi memiliki alasan untuk berkilah.

"Tapi aku heran, kalau itu fotomu dulu, kenapa resolusinya jernih sekali? Seperti foto yang baru, bukan foto lama." Tanya Kaisar yang membuat jantung Dila berdetak semakin tak karuan.

"I-itu, foto yang sudah di perbarui pakai aplikasi edit foto, Pak. Jadi, aku cuci dengan keadaan jernih. Ada tuh aplikasinya, namanya aplikasi Remini, bapak bisa download aplikasinya di google play store. Jadi kalau Bapak punya foto jadul yang buram dan gak jelas, download aja aplikasinya, dijamin deh fotonya bakal sejernih jaman sekarang," Dila beralasan.

"Oh ya? Aku tak tahu, ternyata ada aplikasi seperti itu. Sudah, masak lagi sana, Aku lapar!" Kaisar kembali duduk di sofa kecil rumah Dila.

Dila pun lega, karena Kaisar tak menginterogasinya terus-menerus. Dila pun kembali memasak dan menyiapkan hidangan seadanya untuk segera dimakan oleh Kaisar. Jika saja Kaisar tahu bahwa foto tersebut adalah anak Dila, mungkin saja Kaisar akan segera menendang Hila jauh-jauh.

Selang beberapa menit kemudian, makanan pun tiba. Kaisar dengan semangat melihat menu makanan yang Dila bawa. Hanya ada cah kangkung, telur balado dan kerupuk. Benar-benar jauh dari kata mewah. Hanya menu makanan yang teramat sederhana.

"Maaf, Pak Kais. Dila hanya bisa menyiapkan makanan sederhana ini," ujar Dila.

"Gak apa-apa. Kok piringnya satu?" tanya Kaisar heran.

"Ya emang satu, Pak. Lalu harus berapa?"

"Buat kamu mana?" tanya Kaisar.

"Kan saya tadi udah makan ramen sama karyawan yang lain, Pak." Timpal Dila.

"Hukuman buat kamu! Aku gak mau tahu, Dil ... kamu harus menemani aku makan sekarang! Suruh siapa makan-makan gak ngajakin Bos sendiri. Aku tak suka makan sendiri, karena itu temani aku menghabiskan semua makanan ini," perintah Kaisar tanpa ingin penolakan.

"Ehm, itu, tapi saya udah makan, makan mie lagi, Pak. Nanti kalo saya gendut, gimana?" Dila mencoba beralasan.

"Kamu hanya makan mie, kamu belum makan nasi! Dil, kamu itu jauh kalo bakalan gendut, tubuh kamu itu kurus kering, tahu gak! Kamu harus banyak banyak makan, biar sehat! Biar tubuhmu itu berisi. Biar kamu nyaman dipeluk, kayaknya kalau meluk kamu, gak akan berasa apa-apa, karena semua isinya tulang semua!" Timpal Kaisar.

"Aish, si Bapak ... jahat banget sama saya!" Dila cemberut.

"Udah, jangan jawab terus. Cepat ambil piring mu, dan makan bersama," jelas Kaisar.

"Ah, i-iya, baiklah ..."

Dila pun tak bisa membantah ucapan Kaisar. Ia menuruti keinginannya, dan makan bersama. Tak peduli walau perut Dila sudah sangat kenyang, yang penting Kaisar berhenti mengomel dan mulai makan. Mereka pun makan bersama tanpa banyak bicara.

Kaisar benar-benar suka dengan masakan Dila. Ternyata, Dila pintar memasak. Masakan Dila cocok di lidah Kaisar. Enak, dan gurih, batinnya. Kaisar tak menyangka, selain cantik, Dila juga ternyata serba bisa. Ia pintar, cekatan, aktif, pintar berbicara, selalu menjadi solusi atas berbagai masalah di kantornya. Dan kini, Dila pun ternyata jago memasak. Kaisar terpukau dengan segala kemampuan Dila.

Dalam pikirannya, tak akan mudah mencari orang sesempurna Dila. Baginya, Dila adalah paket lengkap untuk Kaisar, dan Kaisar sangat cocok didampingi Dila. Perusahaan semakin berkembang, karena kinerja Dila yang tak diragukan lagi.

"Pinter kamu, Dil." Ujar Kaisar.

"Maksud Pak Kais?" jawab Dila, setelah ia selesai makan.

"Iya, kamu pintar memasak. Masakanmu enak, aku suka." Jawab Kaisar enteng.

Wajah Dila tersipu malu, "Really? Are you kidding, Pak? Aku jarang masak loh, gak mungkin masakan ku enak. Kurasa ini biasa saja,"

"Ya memang tidak seenak chef di rumahku, tapi masakan mu cocok di lidahku. Aku merasa ini enak. Good job, Dil. Aku bangga padamu," Kaisar tersenyum pada Dila.

"Uhuk, uhuk. Bapak buat hidung saya terbang aja. Tapi, makasih banyak atas pujiannya. Jarang-jarang saya dipuji kalo di kantor," pekik Hila.

"Kalau di kantor sudah biasa, Dil. Kalau masakan mu, baru kali ini aku memakannya," tambah Kaisar.

"Ah, baiklah, Pak ... makan yang banyak ya," Dila tersenyum puas.

Rasa nyaman, bersama orang yang kita kasihi, akan membuat semuanya terasa enak dan nikmat. Apapun akan terasa enak dan nyaman, jika itu dilakukan bersama dengan orang yang ada di hati kita. Tanpa disadari, Dila mempunyai arti lain di hati Kaisar. Bukan hanya sebatas atasan dan sekretarisnya, tapi sebagai pria dan wanita.

Tapi, kenapa Kaisar tak kunjung menyatakan perasaannya pada Dila? Kaisar tahu, Dila tak akan membalas perasaannya. Kaisar tahu, Dila hanya menganggap dirinya sebagai Bos, bukan sebagai lelaki yang dicintainya. Kaisar memang bodoh, Presdir yang seleranya rendah, jatuh cinta terhadap karyawannya sendiri. Tapi, jatuh cinta akan terasa tetap indah, jika kita ikhlas menjalaninya, tanpa mengharapkan balasan.

...❤❤❤❤❤❤❤❤❤...

Keesokan harinya ....

Pagi ini, seperti biasanya, Dila akan pergi bekerja. Dia sudah rapih dengan kemeja dan rok span nya. Dila sedang menunggu angkutan umum, yang belum juga tiba. Dila melihat jam nya berkali-kali, waktu sudah menunjukkan pukul setengah delapan waktu indonesia bagian tengah, dan ia takut terlambat, karena hampir lima belas menit ia menunggu angkutan umum, tapi tak kunjung ada yang lewat.

Tiba-tiba, sebuah motor berhenti tepat didepan Dila. Dila kaget, ternyata itu adalah Bagus. Dila ingat betul, motor dan helm yang Bagus kenakan. Bagus pun membuka helm nya, dan tersenyum pada Dila.

"Pagi, Dil ... sudah kuduga, kamu pasti belum berangkat," sapa Bagus.

"Eh, iya nih. Angkutan umum gak ada yang lewat, mau pesan kendaraan online, aku kehabisan kuota, belum sempet ngisi." Ucap Dila.

"Pasti angkutan umum gak ada yang lewat, karena di jalan raya sana, ada truk besar yang mogok, dan itu menghambat laju kendaraan yang lain. Aku juga terjebak macet tadi. Tapi, kalau motor kan gampang nyalip-nyalipnya. Angkutan umum pasti susah lewatnya, Dil ... kamu bareng sama aku aja, ya?" ajak Bagus.

"Ah, apa gak akan ngerepotin kamu nih? Aku sudah dua kali kalo gitu nebeng sama kamu," ucap Dila.

"Gak apa-apa, kok. Aku seneng malah, jok belakang ku ada isinya, biasanya gak pernah ada yang ngisi," Bagus tertawa.

"Haish, kamu bisa aja, Gus. Baiklah, aku ikut nebeng lagi ya, makasih banyak lho ..." Dila tersenyum, lalu naik ke motor Bagus.

"Dil, pegangan ya, jangan ragu, biar kita cepet sampe di kantor. Soalnya aku piket pagi ini," ujar Bagus.

"Ah, i-iya, Gus. Aku ngerti, kok." Dila sedikit ragu, tapi perlahan-lahan, tangannya mulai memegang pinggang Bagus yang mulai mengemudikan motornya.

...Terima kasih, Tuhan ... kau berikan aku kesempatan untuk dekat dengannya. Begini saja, aku sudah sangat senang dan bahagia. Batin Bagus....

...❤❤❤❤❤❤❤❤❤❤...

Di jalan raya yang sedang mengalami kemacetan parah, tentu saja banyak orang mengeluh dan menggerutu, apalagi yang menggunakan kendaraan roda empat. Karena kendaraan mereka sama sekali tak bisa melaju. Termasuk Kaisar Gavindra, si Presdir tampan milik Jackson grup, yang ternyata juga terjebak macet di jalan tersebut.

Kaisar berniat akan menjemput Dila. Dari rumahnya, ia sudah berangkat pukul 6.40 WIT. Berharap, pukul tujuh ia bisa sampai di rumah Dila. Tapi, ternyata takdir berkata lain. Kaisar harus terjebak macet lama sekali. Untungnya, Kaisar belum menjanjikannya pada Dila. Karena Kaisar sengaja.

Sedang apa ya, dia? Apa dia sudah sampai di kantor? Ingin rasanya aku mengetik pesan untuknya. Tapi, apa ya? Batin Kaisar berpikir, di tengah-tengah kemacetan.

Ia pun mengetik pesannya pada Dila,

📩 Kaisar Gavindra

-Dil, dimana? Sudah sampai di kantor? Aku terjebak macet parah. Tadinya, aku akan menjemputmu. Tapi, ternyata ada truk yang mogok. Hingga mobilku kesulitan untuk melaju. Tunggu saja aku di kantor, ya ....-

Ya Tuhan, kenapa aku harus mengetik pesan seperti itu? Aarrgghhh, memalukan Kaisar!!! Aku harus segera menghapusnya.

Hapus pesan?

✔ ✖

Pesan telah di hapus.

Kaisar tak jadi mengirim pesan pada Dila. Ia menghapus pesan tersebut. Entah mengapa, akhir-akhir ini Kaisar selalu ingin mendapat perhatian dari Dila. Seperti hal nya barusan, Kaisar akan mengirim pesan pada Dila, berharap Dila akan memperhatikannya. Tapi ternyata, ia sendiri malu jika terus-menerus melakukan hal seperti itu.

Kenapa aku ingin sekali mendapat perhatian darinya? Memalukan sekai, Kai. Kau tak boleh seperti itu! Kau harus jadi lelaki yang tangguh, dan kau tak boleh mengenal kata bucin, sedikitpun. Tak ada kamus bucin dalam kehidupan Kaisar Gavindra. Camkan itu, mengerti! Kaisar berbicara sendiri.

*Bersambung*

JANGAN LUPA LIKE DAN KOMENNYA QAQAAAA❤❤❤

Terpopuler

Comments

Lasmini Cetar21

Lasmini Cetar21

tunggu" author pling bisa bikin nama pak khaisar hampir sama dengan nama anaknya Dila Clarissa 👍

2021-09-01

0

Mas Bagus Sutrisno

Mas Bagus Sutrisno

Brangkaaat ,,, 😅✍️

2021-05-17

0

Rhina sri

Rhina sri

pak kai udah bucin juga 😆

2021-04-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!