Rachel
Kalau dewa-dewi sudah ngumpul di satu tempat, ngertilah segimana ramainya.
***
SMA Cendera Satya (Ceniya). Kelas 11 IPA 1.
Hampir semua murid SMA Cendera Satya berkumpul di sini. IPA dan IPS, kelas 10, kelas 11, bahkan kelas 12. Mereka tidak mau melewatkan peristiwa yang akan menjadi sejarah baru.
Gadis yang sedang berdiri melongo di depan kelasnya bernama Rachel. Dan di sebelah dia, ada Karin--sahabat dari mereka masih bayi, mungkin. Kalian pasti sudah mengenal mereka semisal bersekolah di sini. Kalau se-SMA Ceniya ini, dua gadis yang biasa dikenal karena masuk jajaran siswi most wanted itu tenar akibat parasnya yang tanpa usaha pun seketika menggaet hati para laki-laki penghuni sekolah.
Terus, di hadapan keduanya ada Nilga. Di belakang Nilga pula telah berdiri sigap seorang Rasya. Kalau mereka masuk jajaran siswa most wanted SMA Ceniya bahkan dari tahun pertama menginjakkan kaki di sekolah.
Dan mereka, yang sekarang jadi bahan gosip kenapa para murid se-SMA Ceniya ini malah berkumpul di kelas 11 IPA 1.
Sebenarnya... banyak sekali siswa-siswi yang masuk ke jajaran murid most wanted di sini. Tapi mereka-mereka ini yang kalian tahu paling famous di antara yang lain. Bahkan para murid sampai tak percaya, mereka berempat ada di kelas yang sama. Karena Rachel sendiri juga awalnya merasa begitu.
***
Pagi ini, hari pertama sekolah. Rachel dan Karin berangkat bersama. Rumah mereka memang se-komplek, jadi dari kecil mereka selalu berdua terus. Sudah seperti layaknya anak kembar saja begitu.
Awalnya, mereka melenggang ke mading. Melihat posisi kelas tahun ini. Kalau ketika kelas 10, Rachel dan Karin terpisah kelas. Rachel di 10 IPA 2 dan Karin di 10 IPA 3. Sedangkan tahun ini mereka malah sekelas di 11 IPA 1.
Tapi... yang membuat para murid seantero sekolah terkejut sekarang adalah saat ada nama Nilga dan Rasya di daftar para siswa kelas 11 IPA 1, kelasnya Rachel. Duo Sengkleh yang Rachel ketahui, mereka awalnya kelas 10 IPA 1. Keduanya memang famous, jadi Rachel juga pernah mendengar sedikit soal tingkah mereka walaupun tidak pernah mengobrol sama sekali.
Rachel dan Karin menyusuri koridor gedung kelas 11 menuju 11 IPA 1.
"Yah, Rin. Alamat petaka, kita sekelas sama mereka," ujar Rachel dengan mimik wajah gelisah.
"Iya, Hel. Tuh, lihat aja," tunjuk Karin ke arah kerumunan para murid yang kepengin tahu tampang kerennya Nilga dan Rasya di hari pertama sekolah mereka setelah liburan kenaikan kelas. Ramainya minta ampun.
Alhasil, di sinilah mereka sekarang. Kelas 11 IPA 1 yang sudah ramai orang. Para murid cuma ingin mengonfirmasi kebenaran info mading sekolah perihal pembagian kelas tahun ini.
Ada yang berdecak kagum, berdecih sebal, atau bahkan mengabadikan momen sekarang dengan kamera ponsel mereka. Berlebihan sih kalau sampai memotret atau mem-video. Tapi, mungkin itu adalah suatu bentuk reaksi mereka yang tidak percaya melihat banyak murid most wanted yang berada di satu kelas yang sama.
Mereka sampai memberi julukan untuk kelas 11 IPA 1. Katanya, Kelas Dewa-Dewi.
***
Rachel tidak terlalu suka keramaian. Sehabis menaruh tas, dia mengajak Karin ke kantin.
Kantin di SMA Ceniya dibagi menjadi dua, yaitu kantin lantai satu dan lantai dua. Karena kalau ke lantai dua harus naik tangga, makanya di situ tidak terlalu ramai. Sangat timpang dengan kantin lantai satu yang selalu penuh.
Biasanya, gerombolan anak hits serta kakel--kakak kelas, sukanya kantin lantai satu, bahkan Nilga dan Rasya juga biasa ada di sana. Makanya, kantin lantai satu sering dikenal sebagai surganya anak hits.
Berbanding terbalik dengan kantin di lantai dua yang justru sudah seperti perpustakaan. Ada saja yang belajar atau sekadar membawa buku ke sana cuma buat dibaca-baca. Maklum, kebanyakan anak kutu buku sama dekel--adek kelas. Termasuk Rachel dan Karin yang katanya sangat nyaman berada di situ karena memang dianggap lebih sepi dan tenang.
Hari pertama sekolah, biasanya belum belajar. Hanya pembagian kelas, sisanya jamkos--jam kosong.
'Duhhh... enak banget nih lihat kantin sepi,' batin Rachel.
Baru ada Rachel dan Karin di kantin lantai dua. Spot favorit mereka pas berada di kantin, yaitu meja dekat tembok supaya bisa bersandar. Pokoknya spot milik mereka sudah seperti tempat keramat yang hanya keduanya tempati, murid lain tidak ada yang berani duduk di sana. Karena usut punya usut, Rachel ini terkenal cuek dan jutek. Walau kelihatan... cantik.
TRIIING, TRIIING, TRIIING, TRIIING, TRIIING, TRIIING, TRIIING, TRIIING........
Ponsel Karin menampakkan pop up chat. Rachel mengukir pola di layarnya, setelah itu membuka aplikasi chat di ponsel Karin. Ternyata dari grup angkatan.
Melihat Karin sudah kembali dengan membawa senampan berisi makanan, Buru-buru Rachel meletakkan ponsel gadis itu ke atas meja lagi.
"Nih, Hel. Lain kali pesen sendiri, berat tau..." ucap Karin menyodorkan pesanan Rachel. Tampangnya cemberut, seperti orang yang tidak ikhlas memesankan makanan untuk sahabatnya.
"Iya, bawel. Eh, omong-omong, handphone lo di-silent kek. Berisik banget, malah grup nggak di-mute lagi."
"Oh iya, lupa. Maklumlah, Hel. Efek libur," ucap Karin seraya menepuk keningnya. Memang sudah menjadi kebiasaan Karin tidak pernah mengubah setelan ponsel ke mode diam ketika bukan jamnya sekolah. Akibat dari libur kenaikan kelas, makanya gadis itu mungkin lupa.
Baik Rachel maupun Karin menyantap makanan masing-masing. Hingga--
"Gila, sih, gila! Udah kaya mau demo aja tuh," ucap Rachel heboh berlari ke pinggiran tembok penjaga ketika mendengar bising dari bawah.
"Eh iya, Hel!!! Kita di situ bisa kegulung jadi gepeng," timpal Karin menyusul, tak kalah heboh dari Rachel.
"Gue rela, Rin. Kalau jadi gepeng kaya Kak Sania," sahut Rachel sambil geleng-geleng kepala pelan tak memindahkan pandangan dari sekumpulan murid yang berkeroyok di bawah.
"Krempreng kaliii... woiiii..." ucap Karin membenarkan.
"Se-geng kurus semua dong, pengin banget gue jejelin makanan rasanya," ucap Rachel dongkol mengingat-ingat betapa semampainya proporsi tubuh kumpulan anak modeling.
"Hel, kalau mau ikut modeling... emang harus kurus ya?" Tiba-tiba Karin melontarkan pertanyaan yang menurut Rachel aneh bin konyol.
"Rin... lo itu ke mana aja sih? Udah bertahun-tahun sekolah, gitu aja pakai nanya."
"Lho? Emang diajarin di sekolah? Kok gue nggak tau ya? Atau... gue nggak masuk kali ya pas dijelasin. Hehehe..." cengenges Karin sembari memegang tengkuknya.
"Terserah, Rin, terserah," ucap Rachel pasrah memiliki teman yang punya otak lemot seperti Karin.
Tiba-tiba Karin bersuara lagi. "Tapi... gue mau deh punya badan semampai kaya Kak Sania and the geng," ujar Karin yang sedang mengawangkan pandangan, berandai-andai.
"Emangnya lo tau semampai tuh apa?" tanya Rachel memutar bola mata malas. Dia seakan telah dapat membaca apa yang akan Karin katakan.
"Enggak. Hahaha... yang gue tau kalau model biasanya disebut-sebut semampai 'kan?"
Rachel geleng-geleng kepala, menyayangkan kelakuan sahabatnya itu. Karin dari dulu sampai sekarang tidak hilang-hilang lemotnya. Rachel suka heran kenapa Karin bisa lemot, tapi kalau perihal pelajaran tidak sama sekali.
Pernah suatu hari Rachel tanya ke Karin perihal tersebut. Dan apa? Karin jawab dengan entengnya, "Kalau pelajaran 'kan ada di buku, tinggal dihapal. Kalau lemot mah udah bawaan, Hel. Hahahahahahaha..." Sambil ketawa-ketawa tanpa dosa.
'Masuk akal, sih,' batin Rachel waktu itu.
"Eh, Rin. Tapi, gue penasaran deh itu di sana ada apaan."
"Iya. Lihat yuk..."
Dari yang awalnya cuma suara ribut-ribut. Keduanya tilik dari kantin lantai dua, ternyata suara dari lapangan yang sudah penuh sama murid se-SMA yang seperti sedang menghebohkan sesuatu. Lama-lama kepengin tahu juga 'kan kenapa.
***
Haiii, aku Yanuarita. Bisa dibilang, ini karya pertama aku di Mangatoon/Noveltoon. Mohon dukungannya ya, untuk setiap bab yang aku publish. Semoga suka, and... happy reading :)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
🥀🥀Rasyid-Rahmani🥀🥀
hy Thor,aku mampir nih bawa rate,vote dan like,jngan lupa mampir karyaku yah,"catatan hati seorang istri"kutunggu ya,,
2020-08-02
0