Desas-Desus Julid

Suka kesal sama orang yang masih suka buat dosa, tapi sok-sok-an nge-julid.

***

12.00 WIB. Pulang sekolah.

Bel pulang sekolah lebih cepat dari biasanya. Karena hanya pembagian kelas.

Karin dijemput Kak Karel, Karelingga Kusuma Dewa. Kakaknya Karin membawa mobil, makanya Rachel jadi punya niatan menebeng.

"Ayo, Hel. Kak Karel udah di depan nih katanya."

"Iya, Rin..." balas Rachel pasrah digerek paksa sama sahabat bar-barnya yang satu ini.

Mereka menyampirkan tas punggung di sebelah bahu, lalu berjalan ke luar kelas. Di sepanjang koridor kelas 11, tidak hanya Rachel yang merasakan tilikan yang aneh, Karin juga. Banyak pasang mata anak kelas 11 yang lagi duduk-duduk santai di sana tertuju ke arah keduanya.

"Apa lo lihat-lihat gue!" ucap Rachel ketus.

"Yailah, sombong banget lo, Hel! Mentang-mentang jadi 'kesayangan'-nya Kak Zenkra!" ucap salah satu siswa di sana.

"Sirik aja lo!" dongkol Rachel mendengar balasan dari sang lawan bicara.

"Udah-udah, jangan pada berantem," kata laki-laki di sebelah perempuan dengki barusan.

"Bilangin ke temen lo, gue bukan pisang, lihatinnya biasa aja!" Rachel bilang gitu sambil menunjuk-nunjuk kesal ke muka itu orang julid.

"Udah. Yuk, Hel!" ajak Karin menarik tangan Rachel supaya meninggalkan orang-orang itu.

Rachel pergi, namun samar-samar mendengar obrolan mereka.

"Udah kek lo!" sergah suara laki-laki barusan.

"Ish, kesel gue! Kenapa sih Kak Zenkra suka sama cewek jutek kaya gitu?" geram perempuan yang tadi.

"Ya soalnya--"

"Udah! Lo nggak usah ngomong, gue tau lo juga suka sama dia, kan?" pungkasnya.

"Iya, emang. Rachel cantik, pintar, baik kok dia walaupun jutek begitu. Gue kasih tau nih, lo macem-macem sama dia, nggak cuma Kak Zenkra yang marah, tapi anak cowok fans-nya juga. Lagian... dia itu nggak bakal ganggu kalau lo nggak ganggu dia duluan."

Mereka masih membicarakan Rachel, tapi sudah tidak terdengar lagi sebab jarak Rachel dengan mereka sudah begitu jauh.

'Kesal. Itu baru reaksi anak kelas 11. Seandainya gedung kelas 12 dicampur, pasti yang nge-julid lebih banyak dari itu.

'Inget, awal tuh, Hel,' benak Rachel mewanti-wanti.

***

"Kak Karelllllll..." panggil gadis itu semangat. Seketika cibiran yang tertuju untuknya barusan seakan menguap begitu saja dari otaknya.

"Ehhh, Rachel. Udah lama nggak ketemu," sahut Karel ramah.

"Iya nih, Kak. Kangen Rachel, nggak?" ucap Rachel cengengesan.

"Banget. Ayo, balik bareng!" ajak Karel kemudian.

"Emang niatnya mau bareng, Kak. Hehehe..."

"Dasar, nggak pernah berubah." Karel mengacak-acak rambut se-bahu milik Rachel.

"Tapi jadi lebih cantik 'kan, Kak?" tanya gadis itu, dengan tingkat kepercayaan diri yang super tinggi.

"Cantik banget," ucap Karel menimpali sambil mencubit kedua pipi Rachel gemas, "tapi nih tampang jutek dikurang-kurangin."

"Ahhh, sakit, Kak!" Rachel menepuk-nepuk tangan Karel, minta dilepas.

"Woiiii... udahan kali reuninya," interupsi Karin berucap dari dalam mobil. Sudah dari tadi dia menunggu dua orang yang tengah bernostalgia itu.

Akhirnya Rachel dan Karel pun memutuskan menyusul masuk. Karel nyetir, sementara Rachel dan Karin duduk di belakang.

Ketika di pertengahan jalan menuju rumah, tiba-tiba Karel menawarkan kepada Rachel, "Main dulu, Hel?"

"Enggak, Kak. Makasih… Rachel langsung pulang aja," tolak Rachel sopan.

Sementara laki-laki itu mengangguk maklum. Sedangkan Karin, malah asik berkutat pada ponselnya. Rachel sampai dianggurin.

Dalam hati gadis itu, 'Bahkan pesona gue kalah telak dibanding layar handphone dia.'

***

Ketika melewati pintu rumah yang terbuka lebar.

Rachel merasa amat sangat kelelahan, padahal di sekolah belum belajar. Tidak tahu kenapa. Mungkin, efek dari lompat-lompatan tadi.

"Assalammu'alaikum, Mah. Rachel langsung naik ya..."

Claresta sedang menonton televisi dan dari sofa menengok ke arah gadis yang kini melangkah gontai selagi menyeret tas punggungnya.

"Wa'alaikumsalam. Kamu nggak mau makan dulu, Hel?"

"Nanti kalau laper Rachel turun deh, Mah. Naik dulu ya," nego Rachel seakan sudah tidak kuat lagi dan ingin buru-buru membaringkan tubuh ke kasur empuk kesayangannya.

"Ya udah, sana. Jangan lupa ganti baju."

"Iya, Mah."

Claresta kembali melanjutkan rutinitasnya ketika sedang tidak bekerja, yaitu menonton sinetron ala-ala remaja.

Sebelum pergi, Rachel menyempatkan diri mencebik Mamahnya dalam hati, 'Ck, nggak inget umur. Masih aja nonton sinetron begituan.'

Rachel menaiki tangga. Berganti baju, lantas menghempaskan diri ke kasur.

Pikiran wanita itu mengawang seiring gumam, "Kalau dingat-ingat soal tadi, bete juga. Kak Zenkra lagi, buat apa tiba-tiba nembak gue? Nambah bahan buat gosip aja."

Kemudian kembali menggumam tatkala di otaknya bayangan Zenkra seketika berganti dengan laki-laki tampan yang diam-diam Rachel kagumi--Karel.

"Eh, iya, udah lama nggak ketemu Kak Karel."

Kalau saja Rachel tidak sedang lelah, pasti sudah diterima tawaran dari Karel sebelumnya. Kangen main sama dia. Karel kini berkuliah di luar kota. Jadinya jarang pulang, kaya Bang Thoyib. Ketika anak SMA baru masuk, laki-laki itu malah baru saja libur.

'Enak banget' pikir Rachel seraya bangkit dari kasur, mengambil ponsel di tas bagian depan. Lalu merebahkan diri lagi, tiduran.

Gadis itu membuka aplikasi kamera. CEKREK!

Kemudian menilik lamat-lamat hasil jepretan iseng-isengnya.

"Waduh, ck, ck, ck... kok bisa ya hasilnya begini cantik? Gue gitu," puji Rachel untuk dirinya sendiri. "Gue emang cantik. Pantas aja banyak yang suka. Hehehe...."

Tawanya sesaat membuat gadis itu berpikir kalau dia sudah mulai gila. Stres memikirkan fans Zenkra yang kebanyakan kaum hawa, bisa dipastikan patah hati karena sang pujaan malah lebih memilih perempuan jutek seperti Rachel.

Rachel bergidik ngeri. "Orang kalau sudah patah hati, biasanya lebih galak. Nyeremin."

Belum lama mengagumin kecantikan paripurna dia di layar ponsel, tiba-tiba pesan chat dari Karin mendarat.

Ponsel Rachel yang selalu di mode getar pun menyuarakan getarnya, tidak seperti ponselnya Karin yang berisiknya minta ampun saat di kantin tadi. Malah nada notifikasi ponsel Karin mirip-mirip kaya bel sekolah.

[Karin Lemot]: Helllllll

[Rachel]: Apaan?

[Karin Lemot]: Lihat grup angkatan

[Rachel]: Males lah\, spam

[Karin Lemot]: Cepetan!!

Rachel sangat malas, tapi Karin justru mendesaknya menyuruh cepat-cepat membuka grup angkatan. Semua grup di ponsel Rachel di-mute, jadi tidak ada notifikasi apalagi getar tanda pesan chat masuk.

Ketika Rachel lihat.

999+

Angka yang tertera di pinggir nama grup angkatannya.

Dalam hati Rachel mendesah, 'Males banget, elahhh.'

Tapi akhirnya gadis itu buka juga karena kepengin tahu isi di dalamnya.

Saat dilihat, ada info mapel--mata pelajaran setiap jurusan di SMA Cendera Satya.

Tidak berminat.

Rachel kembali menggulir layar ponsel dia ke atas. Ada bahasan soal kedatangan Kak Zenkra ketika di lapangan.

Sudah tahu.

Gadis itu menggulir layar ponsel lagi.

Mata Rachel seakan ingin lepas dari tempatnya. Posisi badan pula berubah menjadi terduduk.

"What?! Apa-apaan ini?" pekik Rachel tersentak.

Gadis itu membaca terus percakapan di chat sampai ke bawah. Cuitan dari ciwi-ciwi kelas 11, fans dari Zenkra yang menjelek-jeleki Rachel di grup angkatan. Gadis itu menggerutu, "Gue sih, nggak merasa jelek, ya. Secara... biar dijelek-jelekin kaya apapun, tetap aja gue mah cantik." Kini Rachel mengibaskan rambut. Bangga.

Semakin ke bawah, semakin seru.

Dia kembali menggumam pelan, "Banyak juga ya, cowok anak kelas 11 yang nge-fans sama gue." Ketika melihat anak laki-laki kelas 11-nya membalas cuitan itu dengan pembelaan tertuju untuk Rachel. "Baik banget, belain cewek jutek kaya gue. Maaf ya... emang parah deh gue, orang baik dibilang nge-fans tadi. Tapi... apa mereka nggak punya kerjaan nge-gibah di grup yang ada orangnya begini?"

Semakin digulir ke bawah, tidak ada habis-habisnya.

Rachel jengah, ternyata banyak yang mengirim personal chat juga untuknya. Ada yang menanyakan perihal peristiwa tragedi penembakan, sampai ada juga yang mencibir gadis itu secara terang-terangan.

Rachel baca satu-satu isi pesannya sambil berguman sendiri.

"Sombong, nggak mau nerima Kak Zenkra," baca Rachel. Dia pun balas dengan gerutuan, "Sirik gini, nih."

"Sok cantik lo!" Isi pesan chat yang kedua membuat Rachel kembali menggerutu, "Emang cantik, tuh."

"Jutek belagu lagi." Kali ini bola matanya sampai melotot. "Masalahnya buat lo apa?"

Dan masih banyak lagi.

Bahkan, ada yang mengirim pesan chat hanya untuk sekadar menanyakan kabarnya Zenkra. "Kalau yang ini sih, nggak jelas banget. Tanya aja sama orangnya langsung, emangnya gue mapsnya Kak Zenkra yang harus tau di mana dia berada," dumel gadis itu.

Buru-buru dia keluar aplikasi. Mematikan koneksi internet. Membayangkannya saja sudah membuat Rachel bergidik ngeri. Ini baru reaksi di grup angkatan kelas 11 dan personal chat.

Besok bagaimana? Pas di sekolah. Dalam hati Rachel juga bertanya-tanya seperti itu sambil menggigit ujung kuku tangan kanannya.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

🥀🥀Rasyid-Rahmani🥀🥀

🥀🥀Rasyid-Rahmani🥀🥀

next,mampir karyaku Thor,

2020-08-02

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!