Suara Hati

Suara Hati

Bab. 1

Namanya Akbar, Akbar Putra Handika. Guru Bahasa Indonesia di salah satu universitas di Tokyo, Jepang. Memiliki Ayah seorang Dokter juga di Jepang, orang tua sambung di Indonesia yang kental akan agama.

Memiliki seorang Kakak pengacara di Swiss bernama Clara yang tinggal di Jakarta, Kakak sambung (Aisyah) bak Kakak kandung yang telah jadi Dokter di Korea, memiliki Adik kembar seorang Perwira (Kabir) dan Pendakwah (Syakir).

Kakak sepupu (Ilham) yang juga pengelola pesantren, dan memiliki sepasang keponakan lucu kembar bernama Airy dan Raihan yang sangat ia sayangi.

Memori Kanak-Kanak.

Dari bayi, Akbar di asuh oleh adik dari Papa kandungnya sendiri (Leah), karena Mamanya telah meninggal saat melahirkan dirinya.

Karena Papanya belum bisa merawat sendiri, akhirnya Akbar di rawat oleh Leah, sang tante.

Banyak lika-liku dalam kehidupan masa kecil hingga remajanya. Waktu kecil, ia sering kali di hina karena dia hanyalah anak angkat dari Ruchan dan Leah, yang seharunya ia panggil Om dan Tante.

Namun, ia sangat beruntung. Leah dan Ruchan menganggapnya sebagai anak kandung. Bahkan, namanya pun ada di dalam kartu keluarga Ruchan (Abinya).

Ia juga memiliki sosok Kakak yang sangat menyayangi dirinya, Namanya Aisyah Putri Handika, putri pertama dari keluarga pesantren.

Pernah suatu hari, ia di buat menangis oleh Neneknya sendiri (Umi Desi) yang menganggapnya bukan bagian dari keluarga pesantren.

Pertemuan pertama Akbar dengan Umi Desi.

"Assalamualaikum"

"Waalikumsallam Abi, eh Mama juga di sini?" Tanya Akbar.

"Abang, Ilham, Kabir dan Syakir, ini sudah waktunya ke TPQ lho! Mama gak mau kalian telat, ayo bergegas" Kata Leah dengan lembut.

"Tapi Abang mau telfon Papa Sandy Ma " Kata Akbar.

"Boleh gak telfonnya nanti saja Bang. Boleh ya, Papa kalau jam segini mungkin masih kerja, gimana kalau Abang ke TPQ dulu, kan gak lama di sana" Kata Leah.

"Ma, sebentar aja kenapa sih, orang mau bicara sama Bapaknya juga" Kata Ruchan.

"Abi cukup ya, Abi selalu manjain mereka, gak Abang gak Si Kembar semua di manjain, semua di turuti, Abi mau ini?" Kata Leah bisik-bisik dan memeperlihatkan tangan kepalnya.

"Ya Umma Waladii," Goda Ruchan.

"Emm Abang nanti aja bicara nya sama Papa gak papa kok. Ayo kita berangkat, Ayo Mas Ilham" Kata Akbar.

Dan anak-anak pun pamit untuk berangkat ke TPQ.

"Nikmati tinjuan Mama ya Bi, kuat kan? Assallamualaikum" Kata Akbar mencium tangan Ruchan.

"Assalllamualikum Pak Lhek, semoga nanti Pak Lhek menyusul dengan keadaan yang bahagia, ok!" Goda Ilham.

"Lihat, kamu berdosa jadikan Abi bahan ejekan pangeran-pangeran kecil kita" Kata Ruchan sok manja.

"Mama akan jauh lebih berdosa kalau mereka gak pergi ke TPQ! Hufft. Sekarang keluar temui Umi" Kata Leah.

Ruchan pun memeluk Leah saat itu,mencium keningnya dan berbisik mesra kepadanya, Leah memang gampang luluh, jika Ruchan sudah mulai mesra dengannya.

"Mungkin mereka pengen Adek Ma, yuk 1 lagi aja buat teman Kakak" Bisik Ruchan.

"Mama yang hamil, Abi yang nglahirin gimana?" Tanya Leah menepuk nepuk punggung Ruchan.

"Gak jadi deh, Tak Sun sek sue aja" Kata Ruchan mencium pipi Leah.

Saat mereka keluar dari kamar, Umi Desi masih menyimpan banyak pertanyaan untuk di tanyakan kepada Ruchan dan Leah, termasuk tentang Akbar dan Si Kembar.

"Lho ayo Umi, di minum dulu teh nya" Kata Ruchan.

"Han, Umi mau tanya boleh?" Kata Umi Desi.

"Boleh lah Umi, monggo mau nanya apa?" Kata Ruchan.

"Anak laki-laki yang bersama Ilham siapa yaa, ada tiga yang belum pernah Umi lihat?" Tanya Umi Desi.

"Oh mereka anak kami juga Umi. Yang besar, gembul itu namanya Akbar. Kita sering panggil Abang, karena usianya lebih tua 5 bulan dari si Kembar" Kata Ruchan.

"Dan si Kembar itu anak kami juga Umi. Namanya Kabir dan Syakir, Kabir yang bawel, Syakir yang pendiam dan pemalu" Sambung Leah.

"Kalian sudah memiliki anak lagi? Umi gak tau, tapi yang namanya Akbar kok agak mirip Sindi ya? Almahrumah Sindi" Kata Umi Desi.

"Sebenarnya dia memang anakknya Mas Sandy dan Mbak Sindi Umi. Tapi karena Mas Sandy belum bisa mengurus sendiri, ya kami yang sementara menjadi orang tuanya dulu" Kata Ruchan.

"Umi gak mau komentar apa pun lagi, Umi bangga kepada kalian berdua. Kalau begitu Umi pamit dulu ya, Umi mau istirahat dulu, nanti ba'da maghrib kita bertemu lagi" Pamit Umi Desi.

"Lhoh kok buru-buru sih Umi" Kata Leah.

"Iya, Umi mau siap-siap juga ke makam Abi Han, Leah" Kata Umi Desi.

"Assallamualaikum "

"Wa'alaikum sallam"

Umi pun pamit pulang, Ruchan juga berpamitan kepada Leah untuk ke Pesantren,ia ada kelas sampai Ashar nanti, Leah mencium tangan Ruchan, dan Ruchan mencium kening Leah, rutinitas mereka mau melakukan apa pun.

Kemesraan mereka tak pernah padam ataupun berkurang, meski sudah memiliki 4 anak sekaligus, tak membuat mereka sibuk dengan dunia nya masing-masing. Mereka saling melengkapi dan mendidik bersama sama ke 4 anaknya.

✳✳✳✳✳

Umi berjalan memasuki lorong area santri laki-laki, ia ingin melihat cucu-cucunya belajar mengaji di TPQ yang dekat dengan Masjid Pesantren.

Ia bahagia melihat Akbar, Ilham dan si Kembar di sana, namun ia lebih merasa bersalah kepada Akbar. Mengingat dirinya pernah melakukan hal yang buruk pada Sandy, Papa Akbar waktu lalu saat kecelakaan bersama Farhan.

Tak terasa ia menangis melihat Akbar, anak sekecil itu sudah di tinggal oleh Ibu kandungnya. Ia melihat Akbar keluar dari TPQ dan ingin berkenalan dengannya.

"Abang yaa" Tanya Umi Desi.

"Assallamualaikum Nenek" Salam Akbar.

"Wa'alaikum sallam, manisnya. Abang mau kemana? " Tanya Umi Desi.

"Abang mau mengambil meja kecil dulu, itu di sana" Kata Akbar.

"Abang anak yang baik ya, rajin-rajin dan solih ya nak" Kata Umi Desi menyentuh pipi Akbar.

"Amin, Abi sama Mama merawat Abang dengan baik, Abang sayang banget sama mereka, biarpun Abi sama Mama bukanlah orang tua asliku, tapi mereka selalu menyayangiku, tetap mengenalkan Abang dengan Papa asli Abang nek" Kata Akbar dengan kepolosannya.

"Pinternya kamu nak" Kata Umi Desi.

"Karena Abi selalu mengajariku seperti itu, Abi dan Papa adalah Ayah terbaik yang Allah berikan padaku, Masya Allah" Kata Akbar.

"Masya Allah, cita-cita Abang apa kalau boleh nenek tau? " Tanya Umi Desi.

"Nah itu nek, Abang bingung, Abang pengen seperti Abi. tapi Abi selalu pengen Abang jadi seperti Papa, tapi Abi gak maksa sih, nanti kalau besar Abang fikirkan lagi" Kata Akbar.

"Mau jadi apa pun kamu, tetap jangan lupa atas ridha Allah ya nak, karena Ridha Allah adalah ridha orang tua juga" Kata Umi Desi.

Tak lama setelah itu, muncul lah Farhan, Ustad yang mengajar di TPQ anak-anak itu. Ia pun juga terkejut melihat Umi Desi yang sudah keluar dari penjara, dan sekilas mengingat kejadian 6 tahun yang lalu, saat dirinya koma di rumah sakit atas ulah Umi Desi.

Namun bagaimana pun juga, Farhan tetap menghormati dan memaafkan Umi Desi. Karena Umi Desilah yang selama ini merawat dan membesarkan dirinya.

Terpopuler

Comments

Valeris

Valeris

wow

2023-03-12

0

Devia Ratna

Devia Ratna

mampir

2022-12-25

0

maulana ya_manna

maulana ya_manna

mampir thor....

2022-05-23

0

lihat semua
Episodes
1 Bab. 1
2 Bab. 2.
3 Bab.3
4 Bab.4
5 Bab.5
6 Bab.6
7 Bab.7
8 Bab, 8
9 Bab. 9
10 Bab. 10
11 Bab. 11
12 Bab. 12
13 Bab.13
14 Bab. 14
15 Bab.15
16 Bab.16
17 Bab.17
18 Bab. 18
19 Bab.19
20 Bab.20
21 Bab.21
22 Bab.22
23 Bab. 23
24 Bab.24
25 Bab.25
26 Bab.26
27 Bab.27
28 Bab.28
29 Bab.29
30 Bab.30
31 Bab.31
32 Bab.32
33 Bab.33
34 Bab.34
35 Bab. 35
36 Bab.36
37 Bab.37
38 Bab.38
39 Bab.39
40 Bab.40
41 Bab.41
42 Bab.42
43 Bab. 43
44 Bab. 44
45 Bab. 45
46 Bab. 46
47 Bab. 47
48 Bab. 48
49 Bab. 49
50 Bab. 50
51 Bab. 51
52 Bab. 52
53 Bab. 53
54 Bab. 54
55 Bab. 55
56 Bab. 56
57 Bab. 57
58 Bab. 58
59 Bab. 59
60 Bab. 60
61 Bab. 61
62 Bab. 62
63 Bab. 63
64 Bab. 64
65 Bab. 65
66 Bab.66
67 Bab. 67
68 Bab. 68
69 Bab.69
70 Bab. 70
71 Bab. 71
72 Bab. 72
73 Bab. 73
74 Bab. 74
75 Bab. 75
76 Bab. 76
77 Bab. 77
78 Bab. 78
79 Bab. 79
80 Bab. 80
81 Bab. 81
82 Bab. 82
83 Bab. 83
84 Bab. 84
85 Bab. 85
86 Bab. 86
87 Bab. 87
88 Bab. 88
89 Bab. 89
90 Bab. 90
91 Bab. 91
92 Bab. 92
93 Bab. 93
94 Bab. 94
95 Bab. 95
96 Bab. 96
97 Bab. 97
98 Bab. 98
99 Bab. 99
100 Bab. 100
101 Bab. 101
102 Bab. 102
103 Bab. 103
104 Bab. 104
105 Bab. 105
106 Bab. 106
107 Bab. 107
108 Bab. 108
109 Bab. 109
110 Bab. 110
111 Bab. 111
112 Bab. 112
113 Bab. 113
114 Bab. 114
115 Bab. 115
116 Bab. 116
117 Bab. 117
118 Bab. 118
119 Bab. 119
120 Bab. 120
121 Bab. 121
122 Bab. 122
123 Bab. 123
124 Bab. 124
125 Bab. 125
126 Bab. 126
127 Bab. 127
128 Bab. 128
129 Bab. 129
130 Bab. 130
131 Bab. 131
132 Bab. 132
133 Bab. 133
134 Bab. 134
135 Bab. 135
136 Bab. 136
137 Bab. 137
138 Bab. 138
139 ]Bab. 139
140 Bab. 140
141 Bab. 141
142 Bab. 142
143 Bab. 143
144 Bab. 144
145 Bab. 145
146 Bab. 146
147 Bab. 147
148 Bab. 148
149 Bab. 149
150 Bab. 150.
151 Bab. 151
152 Bab. 152
153 Bab. 153
154 Bab. 154
155 Bab. 155
156 Bab. 156
157 Bab. 157
158 Bab. 158.
159 Bab. 159
160 Bab 160
161 Bab. 161
162 Bab. 162
163 Bab. 163
164 Bab. 164
165 Bab. 165
Episodes

Updated 165 Episodes

1
Bab. 1
2
Bab. 2.
3
Bab.3
4
Bab.4
5
Bab.5
6
Bab.6
7
Bab.7
8
Bab, 8
9
Bab. 9
10
Bab. 10
11
Bab. 11
12
Bab. 12
13
Bab.13
14
Bab. 14
15
Bab.15
16
Bab.16
17
Bab.17
18
Bab. 18
19
Bab.19
20
Bab.20
21
Bab.21
22
Bab.22
23
Bab. 23
24
Bab.24
25
Bab.25
26
Bab.26
27
Bab.27
28
Bab.28
29
Bab.29
30
Bab.30
31
Bab.31
32
Bab.32
33
Bab.33
34
Bab.34
35
Bab. 35
36
Bab.36
37
Bab.37
38
Bab.38
39
Bab.39
40
Bab.40
41
Bab.41
42
Bab.42
43
Bab. 43
44
Bab. 44
45
Bab. 45
46
Bab. 46
47
Bab. 47
48
Bab. 48
49
Bab. 49
50
Bab. 50
51
Bab. 51
52
Bab. 52
53
Bab. 53
54
Bab. 54
55
Bab. 55
56
Bab. 56
57
Bab. 57
58
Bab. 58
59
Bab. 59
60
Bab. 60
61
Bab. 61
62
Bab. 62
63
Bab. 63
64
Bab. 64
65
Bab. 65
66
Bab.66
67
Bab. 67
68
Bab. 68
69
Bab.69
70
Bab. 70
71
Bab. 71
72
Bab. 72
73
Bab. 73
74
Bab. 74
75
Bab. 75
76
Bab. 76
77
Bab. 77
78
Bab. 78
79
Bab. 79
80
Bab. 80
81
Bab. 81
82
Bab. 82
83
Bab. 83
84
Bab. 84
85
Bab. 85
86
Bab. 86
87
Bab. 87
88
Bab. 88
89
Bab. 89
90
Bab. 90
91
Bab. 91
92
Bab. 92
93
Bab. 93
94
Bab. 94
95
Bab. 95
96
Bab. 96
97
Bab. 97
98
Bab. 98
99
Bab. 99
100
Bab. 100
101
Bab. 101
102
Bab. 102
103
Bab. 103
104
Bab. 104
105
Bab. 105
106
Bab. 106
107
Bab. 107
108
Bab. 108
109
Bab. 109
110
Bab. 110
111
Bab. 111
112
Bab. 112
113
Bab. 113
114
Bab. 114
115
Bab. 115
116
Bab. 116
117
Bab. 117
118
Bab. 118
119
Bab. 119
120
Bab. 120
121
Bab. 121
122
Bab. 122
123
Bab. 123
124
Bab. 124
125
Bab. 125
126
Bab. 126
127
Bab. 127
128
Bab. 128
129
Bab. 129
130
Bab. 130
131
Bab. 131
132
Bab. 132
133
Bab. 133
134
Bab. 134
135
Bab. 135
136
Bab. 136
137
Bab. 137
138
Bab. 138
139
]Bab. 139
140
Bab. 140
141
Bab. 141
142
Bab. 142
143
Bab. 143
144
Bab. 144
145
Bab. 145
146
Bab. 146
147
Bab. 147
148
Bab. 148
149
Bab. 149
150
Bab. 150.
151
Bab. 151
152
Bab. 152
153
Bab. 153
154
Bab. 154
155
Bab. 155
156
Bab. 156
157
Bab. 157
158
Bab. 158.
159
Bab. 159
160
Bab 160
161
Bab. 161
162
Bab. 162
163
Bab. 163
164
Bab. 164
165
Bab. 165

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!