Masih di waktu Akbar kecil.
Hari itu, Akbar di buat sedih oleh Umi Desi tentang menanyakan siapakah dirinya dan posisi dirinya di keluarga Ruchan.
Ingatan ke-2 saat Akbar jauh dari Sandy, Papanya.
"Assallamualaikum Papa" Salam Akbar.
"Wa'alaikum sallam Abang, apa kabar kalian?" Tanya Sandy.
"Om Sandy lihat deh, Kakak tadi di beliin Abi sepeda. Hadiah sih, tapi cowok-cowok malas ini gak dapat, karena mereka gak mau belajar" Kata Aisyah.
"Wah Kakak hebat ya, tadi Mama udah cerita ke Om Sandy, ponakan Om ini memang cerdas" Kata Sandy.
"Alhamdulillah" Ucap Aisyah.
"Oh ya, katanya Abang kangen sama Papa, kok diem aja?"" Tanya Ruchan.
"Papa kapan pulang? Abang pengen ke makam Mama Sindi bareng Papa, bareng Abi sama Mama Leah juga tentunya" Tanya Akbar.
"Papa belum bisa cuti nak, tapi secepatnya Papa pulang. Besok kalau Papa pulang, kalian semua Papa ajak ke Dufan, mau kan? " Kata Sandy.
"Mau Om, kita mau" Teriak Kabir.
Namun Akbar terlihat murung saat mendengar jawaban Sandy, ia nampak tak senang dengan jawaban Papanya itu.
"Abang, kok diam? Abang marah sama Papa?" Tanya Sandy.
"Papa gak usah janji-janji lagi, seringkali Papa janji tapi gak pernah Papa tepati, Papa gak sayang sama Abang. Cuma Abi sama Mama Leah yang sayang sama Abang" Kata Akbar menangis dan berlari ke kamarnya.
Terlihat Sandy sangat sedih, ayah mana yang tidak ingin berjumpa dengan anaknya. Bermain bersama anaknya, dalam hati kecil Sandy ingin sekali bisa bertemu dengan Akbar setiap hari.
"Biar Abi aja yang bicara sama Abang ya" Kata Ruchan.
"Kak, Kakak gak bisa sempetin waktu gitu buat Abang, ini yang Leah takutkan Kak, jika dulu Mas Ruchan gak bilang kalau Akbar itu anak Kakak, dia gak berharap kayak gini Kak" Kata Leah kesal.
"Mama kok ngomongnya gitu sih? gak boleh Ma? Om Sandy lagi sedih karena Abang marah sama Om Sandy" Kata Aisyah mengahapus air mata Leah dan memluknya. Kabir dan Syakir pun ikut memeluk Leah.
"Maafin Mama nak, sahrusnya Mama gak mengatakan itu di depan kalian, Maafin aku Kak?!" Kata Leah.
"Kamu gak salah Le, kita hanya ikuti takdir, Kakak sayang banget sama kalian semua, termasuk kamu Le? Kamu benar, andai saja Ruchan dan Kamu gak bilang kalau Kakak adalah Ayah kandung Akbar, paling Akbar gak harus bersedih seperti ini kan? " Kata Sandy.
"Kakak sebenernya gak sopan jika ikut campur urusan orang tua, tapi kalian berdua salah, Mama salah, Om Sandy juga salah, seharusnya kalian gak bikin Akbar sedih. Tolong renungkan lagi tentang semua ini, fikiran Kakak belum sampai kalau masalah ini, Kakak lihat Abang dulu ya, Assallamualaikum Om Sandy " Kata Aisyah.
"Lihat anakmu Le, gadis 7 tahun, pemikirannya lebih dewasa dari kita dulu. Ini hasil didikan Ruchan kan? Akbar di asuh oleh orang yang tepat, Kakak Sayang banget sama kamu Le? Akbar milikmu, tolong buat dia bahagia ya, tolong sampaikan maaf dariku untuknya" Kata Sandy.
Melihat Mama dan Omnya seperti itu, Kabir dan Syakir pun masuk kamar, menemui Akbar.
"Akbar milik kita Kak, setatusnya anak kandung Kak Sandy. Kita sama-sama berusaha buat Akbar bahagia, " Kata Leah.
Sandy dan Leah saling meminta maaf dan merenungi kata-kata yang mereka sempat lontarkan untuk berdebat tadi. Benar, seorang anak itu bisa menjadi penawar di saat orang tua sedang lelah menjalani kehidupan.
Ingatan bersama Umi Desi.
"Assallamualaikum"
"Waallaikum sallam"
"Abang kenapa? Kok nangis?" Tanya Leah menyentuh bahu Akbar.
"Abang gak nangis kok Ma, Abang juga gak nangis" Alesan Akbar.
"Abang?!" Kata Leah.
Tiba-tiba Akbar memeluk Leah, ia menangis dan terus menangis. Leah bertanya dan menengkan Akbar. Tangisan Akbar memang tidak bersuara, namun air matanya terus mengalir di pipinya.
"Abang, Abang jika ada masalah cerita ya. Jangan di pendam sendiri" Kata Leah lembut.
Akbar mengangguk dan menyeka air matanya.
"Sekarang Abang cerita ya, kenapa Abang tiba-tiba pulang dan duduk sendiri disini, dan menangis juga" Kata Leah.
Saat itu juga Ruchan telah selesai mandi dan keluar dari kamar. Melihat Leah dan Akbar di ruang tamu, ia pun penasaran apa yang telah terjadi.
Melihat Akbar nangis, Ruchan duduk di sebelah kiri Akbar dan bertanya dengan nada yang halus.
"Anak Abi kok nangis sih, ada apa? " Tanya Ruchan.
"Tuh, Abi juga pengen tau kenapa Abang sedih. Cerita ya? " Kata Leah.
"Ada yang bilang Akbar tidak tau diri Ma" Kata Akbar dengan suara bergetar.
"Siapa yang bilang, dan kenapa? " Tanya Ruchan.
"Nenek" Jawab Akbar.
"Umi? Abi akan kasih pengertian ke Nenek sekarang ya, dia gak boleh buat anak Abi nangis" Kata Ruchan marah.
"Abi jangan!, Abang sadar kok, Abang kan anak angkat Abi sama Mama" Kata Akbar menangis dan menahan tangan Ruchan.
"Abang?" Kata Leah.
"Kata siapa Abang anak angkat Abi sama Mama? Abang itu anak Abi, Anak Mama juga. Kakak dari si Kembar, dan Adik dari Kak Ais" Kata Ruchan membelai rambut Akbar.
"Tapi Abangkan bukan anak kandung Abi sama Mama!" Kata Akbar menangis dengan keras.
Baru kali ini Akbar menangis hingga sekeras itu, biasanya Akbar jika menangis hanya meneteskan air mata saja.
"Dengar, Abang memang tidak lahir dari rahim Mama. Namun dari bayi, Abi sama Mama jauh-jauh dari sini ke Jepang hanya untuk mengambil Abang pulang agar bisa Abi sama Mama rawat seperti anak kandung Mama sendiri" Kata Leah menangis.
"Mama jangan nangis, Maafin Abang ya telah membuat Mama nangis" Kata Akbar menyeka air mata Leah.
"Abang, duduk sini nak. Abi mau tanya sama Abang. Selama ini, Abang menganggap Abi ini, Abinya Abang sendiri gak? " Tanya Ruchan.
"Abang sayang banget sama Abi, bahkan lebih sayang dari pada Papa Abang sendiri" Kata Akbar.
"Abang jangan gitu, Abang harus tetap menyayagi Papa seperti Abang menyayangi Abi. Dari kecil Abi yang ngrawat Abang, dengan tangan Abi ini Abang belajar berjalan. Abi gak suka ada yang bilang buruk kepada Abang, Walaupun dia adalah Uminya Abi" Jelas Ruchan.
"Abang, jika lain kali ada yang mengganggu Abang dengan menyinggung siapa orang tua kandung Abang, Abang biarin aja. Abang kan punya orang tua yang sekarang. Abi sama Mama lah orang tua Abang. Jangan dengerin kata orang lain. Ok!" Pinta Leah.
"Ma, Abang juga harus tau dong, dia masih punya Papa kandungnya. Abang jangan nangis saja ya. Allah menyayangi anak yang suka bersabar, berbakti kepada orang tua, dan tidak dendam. Abang tau kan?" Kata Ruchan.
"Abang tenang aja, Kakak juga sayang kok sama Abang "Kata Aisyah yang ikut nimbrung.
Ia sedang bermain di kamar. Saat ke dapur ingin minum, Aisyah mendengar Abi sama Mamanya yang sedang bicara dengan Akbar.
Nama nya anak tetap lah anak, ia belum bisa berfikir dewasa. Meskipun Akbar adalah anak ankat Leah dan Ruchan, namun kasih sayang mereka kepada Akbar, sama seperti yang di tunjukan kepada Aisyah dan si kembar.
Ruchan hanya tidak menyangka kalau Umi akan bicara seburuk itu kepada Akbar. Bagaimanapun juga, Akbar adalah cucunya, karena ia adalah anak yang Ruchan rawat
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
JDIAT
makin manis aja suaranya, semangat LDR ya bebbbb
2020-04-18
13
Afrida Fikriy
Kok bab yg ada di suami akhiratku ini diulang lagi thor?
2020-03-18
16