Memory ke 3
Saat Akbar bertemu untuk pertama kalinya dengan Sandy sejak ia masih bayi, saat itu Akbar sangat bahagia sekali. Ia bertemu dengan Papa kandungnya setelah sekian lama ini hanya melihatnya melalui video call.
"Assallamualaikum "
"Wa'alaikum sallam, Kak Sandy? Pagi banget? Ayo masuk" Kata Leah.
"Anak-anak belum bangun?" Tanya Sandy.
"Ya kali mereka belum bangun jam segini. Abinya pasti marah lah, mereka lagi subuhan" Kata Leah.
Tak lama terlihat Akbar yang berjalan di tutup matanya oleh Kabir, mereka ingin memberi kejutan kehadiran Sandy kepada Akbar. Karena hanya Akbarlah yang tidak tau kalau pagi itu Papanya akan datang untuk menemuinya.
"PAPA!!!! " Teriak Akbar senang.
Akbar langsung memeluk Sandy dengan sangat erat. Memang Sandy tidak merawatnya, namun ikatan batin kepada Ayah kandungnya tidak akan pernah terputus.
"Papa datang?" Tanya Akbar bahagia.
"Kan Papa udah janji mau bawa kalian semua ke Dufan" Kata Sandy.
"Bener Pa?" Tanya Akbar.
" Iya dong, Mama sama Abi juga udah siapin barang barang buat nanti, kita naik pesawat" Kata Sandy.
"Naik pesawat Om? Waah asiikk" Kata Kabir senang.
"Tapi ada hal yang bikin liburan kita gak seru nih" Kata Leah.
"Apa Le?" Tanya Sandy.
"Noh si Abi!" Kata Leah melirik ke Ruchan.
"Kenapa Abi?" Tanya Kabir.
"Abi ada tausiyah nanti siang hehehe, sore nyusul kalian deh" Kata Ruchan.
"Yaah gak seru dong gak ada Abi" Kata Aisyah.
"Abi nyusul kok sore. Terus malamnya kita belanja. Tenang, Om Sandy yang traktir" Kata Ruchan.
"Hey" Kata Sandy.
"Horee ke timezone ya Om" Seru anak-anak.
"Awas kamu Ruchan" Lirik Sandy.
Kebahagiaan Akbar saat itu membuat Ruchan juga merasakan kebahagiannya. Ruchan dan Leah tau, tidak mudah untuk Sandy mendapat cuti, dalam waktu semalam.
Pagi itu pagi yang cerah, Leah memasak untuk semuanya, dibantu oleh Aisyah yang sudah pandai memasak, Ruchan dan Sandy berbincang-bincang di ruang keluarga. Akbar dan si Kembar pun juga sedang mengaji di depan Ruchan dan Sandy.
Hari ini hari minggu, memang rutinitas anak-anak, pagi sebelum sarapan mengaji dulu, dan setor hafalan kepada Ruchan. Akbar nampak semangat sekali, karena ada Papanya. Ia akan membuktikan kepada Sandy, kalau ia juga sudah mahir membaca Iqra' Juz 6.
"Abi, Kabir mau setor hafalan" Kata Kabir mendekati Ruchan.
"Kabir udah sampai mana hafalannya?" Tanya Ruchan.
"Kan baru surah Al Kafirun Bi, Kabir belum sepintar Kakak sama Abang" Kata Kabir sedih.
"Lho kok sedih? bagus dong seusia Kabir sudah mulai hafalan. Dulu Om malah belum bisa ngaji hehehe" Hibur Sandy.
"Benarkah?" Tanya Kabir.
Sandy mengangguk.
"Ya udah, ayo mulai? lihat Abang sama Syakir juga sudah ngantri. Kakak juga lihat?! masak sambil menghafal" Kata Ruchan.
"A'udzubillahiminasyaitonnirojim Bismillahirrohmanirrohim"
Kabir menghafal dengan fasih dan tasjid tanwin nya bagus. Ia juga hafal tanpa salah, karena terdengar Kabir sangat hati-hati dalam melafadzkannya.
"Ayo Abang dulu atau Syakir?" Tanya Ruchan.
"Syakir dulu Bi" Kata Syakir angkat tangan.
"Alhamdulillah ayo kesini. Oh ya Kabir! Jangan lupa setelah ini bantu Kak Ais nyapu ruang tamu dan teras ya" Kata Ruchan.
"Siap Bi" Kata Kabir dengan tangannya hormat.
"Alhamdhulillah, Ayo Syakir mulai! Mau setor surah apa?" Tanya Ruchan.
"Setor surah Al-Falaq hehehe, Syakir kan udah selesai hafalan Juz 'Amma Bi" Kata Syakir.
"Lho, Syakir gak ingat semalam Abi bilang apa? Syakir harus mulai Al-Qur'an kalau selesai hafalan Juz 'Amma" Kata Ruchan.
"Yaaah Syakir lupa Bi" Kata Syakir menepuk jidad.
"Ya udah, Syakir nanti dzuhur aja setornya sama Mama ya, tadi udah tadarus kan?" Tanya Ruchan.
Syakir mengangguk pelan.
Sekarang, bagian Syakir mengelap meja yaa sama kaca jendela, tapi yang bawah aja" Kata Ruchan.
"Iya Bi" Kata Syakir mengerti.
"Alhamdulillah, Ayo Abang sini! Giliran Abang pula sekarang" Panggil Ruchan.
"Kali ini Abang mulai Al-Qur'an Bi, tapi cuma tadarus 3 ayat aja, maaf ya Bi" Kata Akbar menundukkan kepalanya.
"Itu sudah bagus dong, dari pada enggak sama sekali. Ayo mulai" Kata Ruchan.
Akbar pun mulai mengaji, Sandy sangat terharu melihat didikan Ruchan yang sangat santai, namun anak-anaknya menurut begitu saja.
"Abang, ngajinya sudah bagus, tapi nanti Abang ngajinya dari awal lagi ya, karena masih ada yang salah dikit banget. Nanti Abang tanya Abi lagi ya" Kata Ruchan.
"Iya Bi, Abang akan terus berusaha, kalau udah pinter nanti, Abang mau ke Jepang ikut Papa, boleh kan Bi? " Tanya Akbar polos.
"Waw, boleh dong. Asal Abang harus lebih giat belajar lagi, biar pintar dan cerdas kayak Papa. Sekarang Abang tugas Abang bersihin semua kamar yaa, kecuali kamar Kakak. Ok" Kata Ruchan.
"Ok Bi, dah Papa" Kata Akbar gembira.
"Hebat kamu Han? mereka nurut loh di suruh kerjaan rumah kek gitu" Kata Sandy.
"Ah Mas Sandy ini, masih belajar kok. Ada kalanya mereka berantem juga. Tapi soal pekerjaan rumah, itu ide Mamanya Mas. Ia sering bilang, kasarnya begini, jadikan anak anakmu pembantu dari kecil, sehingga mereka tidak akan memperlakukan kita seperti pembantu di kemudian hari" Kata Ruchan.
Artinya sahabat pembaca pasti tau dong istilah kasar yang Ruchan bilang. Jadikan mereka pembantu, bukan harus semua urusan rumah anak yang kerjakan, namun mengajarkan mereka agar biasa melakukan segala sesuatunya sendiri(mandiri). Dan agar tidak memeperlakukan kita seperti pembantu di kemudian hari. Artinya, agar di saat kita sudah tua nanti, anak anak kita bisa memeprlakukan kita baik (tidak bergantung pada orang tua).
Ingatan itu yang selalu terngiang di setiap nafas dan ingatan Akbar, ia memiliki Orang tua sambung yang sangat perhatian padanya, tiga orang saudara yang selalu ada ketika ia membutuhkan mereka.
Akbar berjalan dari kampus ke apartemennya sendirian, menimati suasa sore hari di Jepang. Bulan ini bulan Desember, cuacana sangat dingin sekali.
Mengingat masa kecilnya membuat dirinya semakin lebih hangat, ia ingin sekali kembali ke tanah air berjumpa dengan keluarga disana. Namun, situasi yang belum memungkinkan Akbar untuk kembali.
Ia masih harus menyelesaikan pekerjaannya yang sudah mejadi Dokter seperti Papanya. Sebagai guru Bahasa hanyalah pekerjaan paruh waktu untuk Akbar, karena ia ingin mengenalkan budaya tanah airnya di sana.
Setiap sore, ia mengajar khusus Bahasa Indonesia, sedangkan dalam kesehariannya, ia menjadi Dokter di rumah sakit besar dimana Papanya juga bekerja disana.
"Aahh sangat melelahkan!"Kata Akbar.
"Berapa usiaku sekarang? Aku sudah lama tak bertemu dengan keluargaku di sana, andai saja Papa tidak egois" Gumam Akbar.
"Hah, Kak Ais, aku sangat merindukannmu. Mungkin meletakkan kepalaku di bahumu, aku akan jauh lebih tenang dari sekarang. Sudah dua minggu ini kau tak mengabariku Kak!" Kata Akbar.
Masih menelusuri kota, Akbar sudah sangat terbiasa dengan suasana di kota sana. Banyak laki-laki dan perempuan bermesraan di depan umum, pembully an juga banyak,bahkan ketika malam hari, Tokyo sangatlah ramai. Sehingga membuat suasana hati Akbar semakin gundah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 165 Episodes
Comments
Anik Amuzaqiah
hemmm
2020-10-25
1
Tatik Tri
bagus thor. lanjuuut
2020-06-18
1
PecintaSenja
bagus banget kusuka
2020-04-20
10