Tunangan Misterius
Aku berjalan lemas di trotoar tanpa tujuan yang jelas. Hari ini cukup berat untuk ku. Dengan mata kepala ku sendiri, baru saja aku melihat pacarku sedang asik berselingkuh dengan wanita lain.
"Hah," desahku pelan.
Bukan hanya itu, aku di desak untuk turun dari jabatan oleh setiap pemegang saham di kantor ku sendiri. Dan yang paling membuat ku pusing adalah, orang-orang masih gencar bertanya padaku tentang tunangan misterius, yang sekedar namanya pun aku tidak tahu. Ironis bukan?.
Namun, sepertinya percuma saja aku mengeluh karena hal itu sama sekali tidak akan membuat keadaanku menjadi lebih baik, malah akan membuatku semakin pusing dan dunia ini terasa begitu berat. Sepertinya, lagi-lagi aku harus kembali memasang topeng andalanku, berpura-pura menjadi wanita yang paling kuat dan paling bahagia di dunia ini.
Topeng ini sudah aku pakai sejak ayah ku meninggal. Aku harus terlihat kuat dan tegar, memikul tanggung jawab yang besar yang sebenarnya terlalu dini untuk di bebankan ke pundak ku yang rapuh ini. Tapi bagaimanapun, aku tidak akan putus asa. Aku akan terus berjuang dan memberikan yang terbaik, walaupun perjuangan ini begitu terasa sepi, berjuang sendiri, dan sendiri lagi.
Sepertinya kaki ku sudah kelelahan untuk dipaksakan terus berjalan. Aku memutuskan untuk duduk di halte bus sambil menikmati udara yang cukup panas, perpaduan antara sinar matahari dan polusi dari asap kendaraan di siang hari yang begitu cerah ini, sepertinya alam sedang bercanda kepadaku bagaimana bisa hari ini begitu cerah sedangkan keadaan hatiku begitu gundah.
Suara ponsel mengusik ketenangan ku, dengan malas ku buka ponsel untuk melihat siapa yang mengganggu ketenangan ku ini.
Revan Is calling,
"Zar, semua yang kamu lihat itu salah paham. Aku di jebak!, aku sama sekali nggak ada hubungan apa-apa sama Dita!" Ucap Revan mantan pacarku tergesa-gesa.
Mendengar ucapannya aku tersenyum sinis. Salah paham dari mananya?, jelas-jelas tadi aku melihat raut wajah Revan sangat berbinar bahagia di depan wanita itu.
"Masa sih?. Sebenernya mau di jebak atau nghak juga aku nggak masalah ko!. Toh aku juga udah punya tunangan kan?, jadi dari mulai sekarang kita putus dan jangan hubungi aku lagi. Oke?" jawab ku pura-pura baik-baik saja.
Tutt.
Aku langsung mematikan panggilan Revan sepihak. Lihat bukan? Bahkan kepada orang yang ku sebut pacar saja, aku masih menggunakan topeng sandiwara ku itu. Padahal jauh di dalam lubuk hati aku sangat kecewa dan sakit hati dengan Revan yang berani-beraninya mengkhianati ku dan asik berkencan dengan orang lain.
Lalu dengan bodohnya, aku menjadikan pertunangan ku yang misterius itu sebagai senjata untuk memutuskan Revan agar aku tidak terlihat menyedihkan. Padahal aku belum pernah bertemu dengan tunangan yang selalu aku bangga-bangga kan itu, namanya tidak tahu, bahkan cincing yang melingkar di jari manis ku bukan di sematkan oleh lelaki misterius itu. Melainkan oleh Ibunya.
Aku tidak tahu dosa apa yang sudah ku lakukan di masa lalu. Hingga bisa bertunangan dengan orang yang begitu misterius. Berulang kali aku bertanya kepada keluarga tunangan ku itu, tentang bagaimana rupa orang yang akan menjadi pendamping hidup ku kelak. Tapi sayangnya, mereka menutup rapat-rapat keberadaan anaknya dari publik bahkan dari ku yang bisa kalian sebut tunangannya.
Informasi yang ku ketahui hanya dia sedang berada di Amerika menjalankan bisnisnya. Itu saja, tidak ada yang lain. Mungkin bagi semua orang hubungan ini adalah sebuah lelucon yang menyenangkan, tapi bagi ku ini adalah racun sekaligus obat yang aku gunakan semenjak ayah meninggal.
Sesekali saat waktu senggang, Aku selalu mengirimkan pesan kepada tunangan misterius ku itu, pesan curhatan ku selama ini. Tapi, lihatlah tidak ada satupun pesan yang ia baca.
Aku menaiki taksi tanpa mempunyai tujuan. Jika sedang banyak pikiran aku senang bepergian tanpa tujuan yang jelas. Bagiku, bepergian tanpa tujuan yang jelas selalu memberikan hal yang tidak terduga.
"Mau kemana Non?" Supir taksi melirik ku dari kaca spion.
"Bawa aku ketempat yang indah ya Pak!" pinta ku dengan pasrah.
"Eh, anda nona Zara pemilik perusahaan ZH Group ya?" Supir taksi itu melirik ku dari kaca spion.
"Iya Pak, salam kenal." Aku tersenyum ramah kepada Bapak itu.
"Wah ternyata orangnya sangat ramah ya, kenapa tidak diantar oleh supir?"
"Bapak bisa aja. Tidak pak, sesekali saya ingin naik taksi agar mereka bisa istirahat sebentar," jawab ku ramah.
*****
Sepertinya petualangan kali ini, membawa ku ke sebuah danau yang cukup indah. Aku berjalan menyusuri danau dengan perasaanku yang masih kacau. Sepertinya aku terlalu asik melamun dan mengabaikan keadaan sekitar, tanpa ku ketahui ternyata ada orang yang berjalan berlawanan arah denganku.
Bruuuk, Dahi ku membentur dada bidang seseorang yang tidak ku kenal.
Awww, aku meringis kesakitan.
Bagaimana bisa ada manusia yang dadanya sekeras ini. Aku membuka mata perlahan, kepalaku terangkat untuk melihat wajah orang yang berbenturan dengan ku. Namun, Sinar Mentari di siang hari memancar tepat di wajahnya sehingga wajahnya tidak terlihat dengan jelas.
Sret, tanpa aku sadari ternyata tas milik ku diambil oleh pencuri.
"Nona tas mu ada yang mencuri!" Ucap lelaki yang berbenturan dengan ku.
"Apa?!" ucapku panik.
Aku panik mencari-cari tas yang jelas-jelas sudah tidak ada. Tanpa berpikir panjang, aku langsung berlari mengejar penjahat itu dan mengabaikan orang masih berdiri di hadapanku.
Tas yang dicuri itu sangat berharga bagiku, karena itu adalah hadiah ulang tahunku yang ayah berikan kepadaku sebelum dia meninggal. Jadi aku akan berusaha untuk mendapatkan tas ku kembali.
High hills yang aku gunakan ternyata membatasi pergerakan kaki ku, aku berhenti sejenak dan membuang High hills ke sembarang tempat. Alhasil, sekarang aku berlari tanpa menggunakan alas kaki.
"Woy! pencuri berhenti!" aku mulai merasa kelelahan mengejar pencuri itu, jarak antara pencuri denganku sidah semakin jauh. Pencuri itu sudah berhasil melewati jalan raya dan sekarang ia sudah berada di sebrang jalan.
"Ayo semangat Zara, kamu harus mendapatkan kembali tas itu," gumam Zara di dalam hati.
Aku menambah kecepatan ku dan mengabaikan keadaan sekitar, perioritas ku saat ini adalah mengejar pencuri secepat mungkin.
Ckiiiiiit, suara mobil di rem terdengar begitu nyaring.
Zara kaget bukan main saat menyadari jika ada mobil yang akan menabrak tubuhnya. Aku terlalu asik mengejar pencuri itu hingga mengabaikan keadaan lalulintas di sekeliling ku.
Braaaakk.
Aku menutup mata pasrah dengan apa yang akan terjadi selanjutnya, sepertinya badanku akan terpental jauh mengingat kecepatan pengendara tersebut. Aku kira kehidupanku di muka bumi ini tidak akan sesingkat ini.
Srett.
Untungnya bukan benturan hebat yang aku rasakan. Tapi badanku terasa ditarik oleh seseorang. Aku merasakan lengan kekar seseorang sedang memelukku dari belakang.
Orang yang berada di belakang itu dengsman perlahan membalikan tubuh ku agar menghadap kepadanya. Perlahan aku membuka mataku, aku berharap orang yang berada di hadapanku ini bukan malaikat pencabut nyawa.
"Ceroboh sekali!, Kamu tidak sadar baru saja kamu akan tertabrak oleh mobil!. Sekarang kamu tunggu disini, saya yang akan mengejar pencuri itu!" Ucap seorang pria di hadapan ku, wajahnya menampilkan raut kekesalan bercampur dengan kekhawatiran.
"Loh, diakan yang tadi berbenturan denganku?" Gumam Ku di dalam hati.
Pria berlari itu berlari begitu saja mengejar pencuri tanpa aku minta. Aku tidak bisa memalingkan pandanganku dari sosok pria itu yang sudah semakin menjauh.
Seperti di sihir aku menurut begitu saja dan menunggu kepergiannya pria misterius itu. Karena merasa pegal aku memutuskan untuk duduk sambil berharap pria itu akan segera kembali dengan selamat, tentunya dengan mengembalikan tas ku yang di curi.
Aku memperhatikan penampilanku yang jauh dari kata baik. Rambutku yang indah sudah berubah seperti rambut singa, kakiku yang mulus sudah terbungkus dengan debu dan air yang kotor, jika di nilai sepertinya penampilanku tidak jauh berbeda dengan anak jalanan. Pasti orang-orang yang mencuri pandang ke arahku tidak akan menyangka jika aku adalah Zara Hertanto.
******
Aku menunggu dengan cemas kedatangan lelaki itu, sedangkan langit sudah menggelap dan rintik-rintik hujan mulai turun ke bumi. Tapi kenapa lelaki itu belum juga datang, andaikan ponselku tidak ikut di curi. Aku pasti akan menghubungi para pengawal ku. Yang sudah ku pastikan, sepertinya mereka sedang sibuk mencari keberadaan ku saat ini, Atau bisa jadi sekarang mereka sedang berpesta merayakan kehilanganku.
Apa aku harus mengikhlaskan saja barang pemberian ayahku?, dan menghubungi kantor polisi terdekat agar bisa segera pulang?. Tapi bagaimana jika muncul pemberitaan yang menceritakan seorang Zara datang ke kantor polisi dengan wajah seperti orang gila dan tanpa pengawal. Pasti hal itu akan berdampak buruk untuk karirku.
Sepertinya, berharap kepada pria misterius itu adalah pilihan yang terbaik untuk saat ini, aku hanya perlu lebih sabar menunggu kedatangannya yang semoga sebentar lagi akan segera datang. Walaupun mungkin tasku belum tentu ia dapatkan, setidaknya aku masih bisa meminjam uang untuk naik taksi.
*****
Hai readers?, Menurutmu bagaimana cerita ini? jangan lupa like, vote dan komen ya.. dan nantikan kisah Zara selanjutnya..
Follow Ig untuk visualisasi tokoh : @itsme_d43604
ig author : denisa_sahara
See you, di Chapter selanjutnya 🤗
Jangan Lupa baca Novel author yang lain "Cinta dan Luka"
Klik kolom komentar dong gimana kesan dan pesannya baca Tunangan Misterius, ada pelajaran yang bisa diambil nggak sama kalian?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
ms huang
nice story!!! aku dukung y!!
2021-07-24
2
Inda Aprillia
cusss
2021-07-24
2
Stivanie Clarissa Benu
nex
2021-07-23
2