Aku heran saat melihat pesan-pesanku yang akhirnya dibaca oleh tunangan misterius ku. Bayangkan entah sudah berapa tahun aku mengiriminya pesan tidak ada satupun yang dibaca olehnya dan hari ini entah ada anugrah dari mana dia membaca pesan-pesanku. Dasar so sibuk.
Aku melemparkan ponsel ke kasur malas mengingat tunangan ku yang menyebalkan. Lebih baik aku bersiap-siap untuk berangkat ke kantor. Biasanya jam segini aku masih bergulung di bawah selimut. Tapi tidak untuk hari ini, sepertinya hari ini akan cukup berat untuk ku.
Aku heran kenapa ponselku terus berbunyi, ternyata bawahan ku yang mengirim laporan ke ponselku.
"Seorang Zara berkhianat kepada tunangannya."
"Ternyata Zara berpacaran dengan seorang laki-laki berinisial R."
"Zara tidak sebaik di depan layar dia adalah wanita pengkhianat."
"Tunangan Zara adalah seseorang yang cacat."
"Gadis malang. Tunangannya tidak mencintainya."
Aku tersenyum miris melihat artikel-artikel yang menyudutkan ku. Ingin rasanya aku menjelaskan kepada dunia apa yang sebenarnya terjadi. Semuanya seolah-olah adalah salahku. Padahal aku yang sangat tersakiti di sini.
Aku bersiap turun dari apartemen, aku melihat di pintu utama sudah banyak wartawan berbaris.
"Hih bagaimana bisa mereka tahu apartemenku ada di sini?" gumam ku di dalam hati.
Aku mengeluarkan ponsel untuk menghubungi sekretaris ku di kantor.
"Kemana para pengawal?" Tanya ku kepada seseorang di sebrang sana.
"Hari ini mereka di berhentikan oleh perusahaan. Sebentar lagi ada rapat darurat pemegang saham. Cepat ke sini disini sangat kacau!"
Tut tut tut, sambungan telpon di putuskan.
"Halo, halo!" aku memanggil manggil sekretaris ku.
"Sialan! Aku memang tidak ada wibawa-wibawanya di mata para tua bangka itu!. Apa karena aku masih remaja?!. Baiklah, mari lihat kemampuan Zara Hertanto yang sebenarnya!" Ucapku merasa kesal.
Aku keluar dari lift dengan percaya diri dan langsung langsung menghampiri para wartawan.
"Mbak Zara, apakah benar anda berselingkuh dari tunangan anda dengan seorang yang berinisial R?"
Mendengar pertanyaan itu, aku langsung menghentikan langkahku. Sepertinya aku sudah tahu dalang di balik kekacauan di pagi hari ini.
"Benar, Aku memiliki kekasih ketika aku sudah bertunangan. Dan kalian pasti sudah tahu siapa kekasihku itu?, tapi sangat di sayangkan karena kemarin saya melihatnya berselingkuh di sebuah kafe.
Sekarang kami sudah putus. Dan maaf saya tidak berkhianat kepada tunangan saya, karena saya meminta ijin untuk berpacaran. Lalu dia mengijinkan. Karena menurutnya dia menjadi lebih tenang karena ada orang yang akan melindungi saya selain dia, ada orang yang mencintai saya ketika dia jauh dari saya.
Dia juga tahu walaupun saya berpacaran dengan siapapun, hati saya tetap untuknya. Oh ya satu lagi, saya bukan berkhianat kepada tunangan saya. Tapi saya mengkhianati seorang, yang sekarang sudah menjadi penghianat beberapa hari yang lalu.
Orang yang berinisial R itu selama ini hanya memanfaatkan ku, dia mengambil untung dari hubungan kami. Sebenarnya sudah lama saya ingin memutuskan hubungan dengannya. Tapi saya penasaran mengenai niat busuknya seperti apa.
Dan hari ini di perusahaan saya ada rapat darurat yang di lakukan oleh ayah penghianat itu, untuk mengambil perusahaan dengan tidak terhormat." Aku berpura-pura menangis penuh kesakitan.
"Jadi doakan saja, semoga saya bisa melewati cobaan ini. Tolong beri saya jalan untuk melawan para penghianat di luar sana." Setelah menyelesaikan ucapan ku, aku tersenyum bangga dan langsung memasuki mobil yang sudah di siapkan.
*****
Aku memasuki perusahaan, setiap pegawai yang lewat membungkuk memberikan hormat. Dari kejauhan Andin selaku sekretaris ku berlari menghampiri ku.
"Wah gawat, rapat sudah berlangsung sejak tadi. Ayo cepat!" Mendengar ucapan Andin. Aku berjalan lebih cepat, walaupun kaki ku masih terasa sangat sakit.
Braaaak.
Aku membuka ruangan dengan Kasar, setiap orang di ruangan itu langsung menoleh kearah ku. Aku meremas bajuku ketika melihat hasil voting dari pemegang saham. Tidak ada seorang pun yang memberikan suara kepadaku.
Aku berjalan dan langsung duduk di kursi kebangsaan milikku.
"Jadi, apa hasil dari rapat yang kalian lakukan kali ini?" Dengan santai aku meletakkan tangan ke atas meja dan menatap satu persatu orang yang hadir di tempat ini.
Sekretaris rapat menjelaskan bahwa hasil dari rapat darurat kali ini yaitu aku di turunkan dari jabatan, karena di anggap tidak kompeten dan malah sibuk dengan urusan pribadi, banyak membuat skandal dan tidak membawa perusahaan ini ke arah yang lebih baik. Sering bersikap kasar dan tidak menghormati para pendiri perusaahan. Dan dengan paksa aku harus meninggalkan jabatannya sebagai direktur utama dan di pindah tugaskan mengurus perusahaan cabang. Sebagai direktur pemasaran.
"Lalu siapa Direktur yang baru?" Tanyaku penasaran.
"Dia Revan Bima Anugrah, Putra dari Bapak Bima yang Merupakan pemegang saham terbesar di perusahaan ini. Saudara Revan di rasa sudah sangat berpengalaman dalam dunia bisnis. Saran dari semua orang yang hadir di sini, sebaiknya anda fokus kepada sekolah anda yang sudah terbengkalai." Mendengar ucapan Sekretaris rapat aku hanya bisa tersenyum miris.
"Dengan hormat saya memberikan jabatan ini. Bagi saya jabatan ini tidak ada bagus-bagusnya sama sekali. Lain kali, jika kalian ingin menurunkan seseorang dari jabatannya berilah alasan yang cukup berkualitas. Apa tadi? Sibuk dengan urusan pribadi? " Aku merasa menjadi orang yang paling bodoh di sini.
Braaaak.
"Hahahahah, bahkan sekolahpun aku tinggalkan. Tidak kompeten? Lalu kenapa saham di perusahaan ini dua tahun terakhir naik 50%. Harusnya jika aku tidak kompeten sudah dari dua tahun lalu perusahaan ini bangkrut."
Meraka yang hadir hanya menunduk, entah mengakui perkataan ku dan menyesal. Atau mungkin sedang menertawai ucapan ku.
Prok prok prok.
Aku bertepuk tangan seorang diri, aku tahu sikapku tidak sopan. Karena Prinsip hidup ku adalah, jika orang lain baik maka aku akan lebih baik, jika orang lain tidak baik dan malah seenaknya jangan harap aku akan bersikap baik.
"Oke. Jika itu mau kalian. Saya akan menjual saham yang saya miliki dan membuat perusahaan baru. Apa direktur pemasaran? Sungguh tidak level!" Aku bangkit dari tempat duduk ku, sebenarnya hatiku terasa sangat sakit. Seperti ada ribuan pedang yang menusuk jantungku.
"Selamat untuk direktur baru silahkan masuk!" Pintu terbuka Revan dengan wajah yang sulit di artikan memasuki ruangan rapat.
"Oke. Sepertinya tidak ada hal yang harus aku lakukan sekarang di sini. Sekretaris Andin tolong bersihkan ruangan saya!" Aku melewati Revan seperti tidak pernah mengenalnya selama ini. Namun, tanpa aku sangka Revan mencekal tangan ku.
"Zara tolong jangan pergi dulu, banyak yang harus aku jelaskan. Aku mohon." Aku hanya melirik Revan sebentar dan langsung menghempaskan genggamannya.
"Tidak ada yang perlu di jelaskan semuanya sudah jelas!" Aku melanjutkan langkahku untuk segera keluar dari ruangan yang dipenuhi manusia jadi-jadian.
Ternyata dari luar karyawan melihat apa yang sudah terjadi. Aku melihat banyak dari mereka yang sedang menghapus air matanya. Sepertinya para bawahan ku sanga menyayangi dan menghormati ku. Awalnya aku ingin langsung pergi, tapi aku berubah pikiran dan menghampiri karyawan ku mungkin untuk terakhir kali.
Mereka langsung memeluk ku, mereka menangis tersedu sedu dalam dekapan ku. Satu persatu para karyawan meninggalkan pekerjaannya dan berlari menghampiri ku.
"Wah wah wah, apa apaan ini, sepertinya bulan ini tidak usah di gaji karena yang kalian lakukan hanya menangis. Sudah-sudah aku tidak akan kemana-mana, kalian harus rajin bekerja. Saya titipkan perusahaan yang di bangun susah payah oleh ayah saya kepada kalian. Suatu saat saya pasti akan datang kembali kesini dengan kemenangan." Ucapku berusaha menahan tangis ku agar tidak keluar.
Aku bergegas pergi dan melambaikan tangan. Aku masuk ke dalam lift dengan senyuman.
Di dalam lift aku sudah tidak bisa untuk berpura-pura lagi, Air mata dengan deras keluar dari pelupuk mata. Kakiku terasa begitu lemas untuk menopang ragaku, aku berjongkok dengan tangan menutup mulutku agar tangis ku tidak terdengar oleh banyak orang.
Hiks hiks hiks.
"Maafkan aku ayah tidak bisa menjaga perusahaan milik mu ini."
Sebentar lagu lift akan tiba di lantai satu, perlahan aku bangkit dan menghapus air mata di sekitar wajah ku.
Ting.
Lift terbuka. Aku terkejut saat melihat ada seorang pria yang berdiri tegak seperti menunggu kehadiranku. Lelaki itu tersenyum kepadaku, dia adalah orang yang kemarin menolongku. Aku hanya menatap aneh pria yang ada di hadapanku.
"Kenapa dia ada di sini?" Tanya ku di dalam hati.
******
Hai readers?, Menurutmu bagaimana cerita ini? jangan lupa like, vote dan komen ya.. dan nantikan kisah Zara selanjutnya..
Follow Ig untuk visualisasi tokoh : @itsme_d43604
ig author : denisa_sahara
See you, di Chapter selanjutnya 🤗
Jangan Lupa baca Novel author yang lain "Cinta dan Luka"
Klik kolom komentar dong gimana kesan dan pesannya baca Tunangan Misterius, ada pelajaran yang bisa diambil nggak sama kalian?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
♡momk€∆π♡
cerita nya menarik Thor❣️❣️ lain PD yg lain toplah👍👍😍
2022-09-23
0
Fi Fin
mantab banget ceritanya ..aku suka semoga kedatangan tunanganganya bisa menolong zara
2021-11-28
1
Dessy Arista
keren ceritanya
2021-06-10
1