Ketika Hati Telah Memilih
Tepat jam delapan pagi, terdengar bunyi klakson dari sebuah mobil Honda Brio berwarna putih yang dikendarai seorang wanita cantik. Suara klakson itu terdengar menggema di depan sebuah rumah mewah dengan pagar yang tinggi.
Tak lama pintu pagar terbuka, seorang pria paruh baya mendorong pintu gerbang tersebut hingga terbuka separuh, mobil itupun melesak masuk ke dalam halaman rumah yang luas itu.
"Pagi, non" ucap mang Ujang, tukang kebun yang membukakan pagar untuk sang nona cantik.
"Iya, pagi mang" Jawab gadis yang baru saja turun dari dalam mobil itu.
Gadis berambut lurus berwarna merah kecoklatan tampak turun dari mobilnya. "Mas Rendra udah bangun, Mang?" Tanyanya usai menutup pintu mobilnya.
"Sepertinya belum Non, masih di kamarnya."
"Kalo gitu Anya masuk dulu ya mang."
"Iya non...mangga" jawab si mamang sambil menunjukkan jempol kanannya seraya sedikit membungkuk sebagai tanda pempersilahkan masuk.
Gadis itu berjalan masuk ke dalam rumah, diruang tamu, tampak wanita paruh baya sedang mengelap aneka keramik mahal yang terpajang di sudut ruang tamu tersebut.
"Pagi, bi Asih" ucap sang gadis sambil berlari kecil menaiki anak tangga.
Bi Asih adalah istri mang Ujang, mereka merupakan asisten rumah tangga dikeluarga Bapak Subrata Raharjo, dan Ibu Winni, orang tua Rendra.
"Pagi, Non Anya" balas bi Asih sambil tetep melanjutkan pekerjaannya mengelap aneka keramik dan hiasan di rumah tersebut.
Gadis bernama lengkap Anya Medina tersebut telah sampai di lantai atas, ia segera membuka pintu kamar yang tepat ada di depan tangga.
Ruang kamar itu masih tampak gelap. Ia segera berjalan kearah jendela dan segera membuka tirai, sinar matahari seketika masuk menerobos kaca jendela, sehingga ruangan menjadi terang. Nampak sesosok berbadan atletis yang nampak tidur telungkup diatas ranjang, tubuhnya menggeliat, ia meregangkan tubuhnya kemudian membalikkan badan keposisi telentang, wajah tampan itu terlihat menutup matanya dengan kedua tangan karena silau terkena cahaya yang masuk dari jendela.
Anya segera berhambur merebahkan badannya diatas tubuh sang pria.
"Bangun yank..udah siang, udah hampir jam 9" ucapnya sambil memeluk erat lelaki bernama Rendra itu.
"Apaan sih..." Rendra segera menyingkirkan tubuh wanita itu dari atas badannya.
"Ihhh...Ayang. Napa sih selalu kek gini?" ucap si wanita sambil tetep memeluk Rendra yang berusaha melepaskan pelukan Anya.
"Nggak pantas kayak gini. Lepasin gak?!" laki-laki itu berdiri dari tempat tidurnya dan menghempaskan tubuh wanita itu hingga terguling diranjang. Roknya tersingkap membuat paha mulunya makin terlihat.
Rendra memalingkan wajah "keluar dari kamarku" ucapnya sambil berlalu ke kamar mandi meninggalkan wanita itu seorang diri.
"Apa wajah cantikku dan body seksi ku ini tidak menarik untuknya? ia selalu menolak tiap ku sentuh" pekik Anya seorang diri. "Dasar cowok nggak normal" gerutunya.
Terdengar suara percikan air dari dalam kamar mandi, itu tandanya Rendra sedang mandi. Selagi Rendra mandi, Anya segera membereskan tempat tidur sang kekasih, ya kekasih yang kini mulai hilang rasa padanya. Namun Anya nggak mau menyerah begitu saja. Walaupun Rendra semakin cuek padanya, ia pantang mundur selalu datang kerumah Rendra, bahkan ia berusaha selalu memberikan buah tangan untuk Mamanya Rendra, yang dia anggap sebagai calon Mama mertua.
Usai membereskan tempat tidur, gadis ini merapikan buku-buku serta laptop yang lupa belum dimatikan oleh sang empunya. "Gue juga males beberes gini kalau bukan karena sebuah misi yang ingin mengambil hati seorang Rendra" bidiknya dalam hati
Rendra adalah mahasiswa fakultas farmasi di Universitas Nusantara, atas kemauan Pak Subrata, sang papa, ia dianjurkan untuk mengambil jurusan Farmasi. Pak Subrata merupakan manager di salah satu perusahaan farmasi yang memproduksi obat-obatan dan Alat kesehatan. Oleh karena itu ia ingin salah satu dari anaknya ada yang jadi ahli farmasi. Kakak Rendra yang bernama Rianty adalah seorang Dokter spesialis kulit dan kelamin, ia menikah dengan teman kuliahnya dan tinggal di daerah asal suami yang asli Palangkaraya.
Rendra menjalani kuliah dengan bermalas-malasan. Ia merasa semua dijalaninya hanya karena terpaksa, atas desakan Papanya. Akibatnya banyak mata kuliah yang tidak lulus dan harus ia ulang disemestee berikut.
Seperti semester ini, ia hanya mengulang mata kuliah yang tak lulus disemester sebelumnya. Besok perkuliahan baru aktif setelah libur panjang.
Tiap week end, Anya terbiasa berkunjung ke rumah Rendra, mereka sudah menjalin hubungan selama dua tahun, bertemu saat masa Ospek (Orientasi Pengenalan Kampus). Walau mereka beda fakultas, tapi kampus mereka berdekatan. Namun sudah beberapa bulan Rendra memutuskan hubungan dengan Anya. Alasannya ia sudah tak punya rasa lagi pada gadis itu. Namun Anya nggak mau begitu saja diputuskan. Ia masih mencintai Rendra yang ingin Rendra jadi kekasihnya, selamanya.
Anya sendiri berasal dari Puncak, Cipanas. Ia tinggal disebuah apartement di daerah yang dekat dengan kampusnya.
Usai membereskan kamar tersebut, gadis cantik itu segera berlalu ke dapur. Disana sudah ada calon Mama mertuanya Yang sedang memasak bareng Bi Asih.
"Halo Tante Winni?" ucap Anya yang sudah berdiri disamping Bu Winni yang sedang mengiris wortel.
"Loh, ada Anya? kapan datang? Tante nggak liat kamu masuk" Ucap Bu Winni, ia meletakkan wortel yang sedang ia iris. Mereka kemudian bercipika cipiki.
"Baru aja kok, Tan.." Jawab Anya.
"Eh, Tan, ini Anya bawain moci sama manisan" ucapnya sambil mengeluarkan plastik dari tasnya.
"Duh repot-repot terus sih, kan Tante jadi nggak enak dibawa-bawain terus sama kamu. Ngomong-ngomong gimana Rendra sama kamu? apa dia masih cuek?"
"Iya tuh, Tan. Dia masih acuh sama Anya, padahal Anya sayang banget sama dia. Anya nggak mau putus, Tan" rengek wanita itu.
"Ya udah kamu yang sabar ya, kamu jangan patah semangat agar Rendra sayang lagi sama kamu" ucap Bu Winni sambil melanjutkan mengiris sayur wortel Dan kentang.
"Iya, Tan. Btw, Sini biar Anya yang ngiris, Tan" ucap gadis itu sambil mengambil alih wortel dan kentang dari tangan Bu Winni.
"Ya udah kamu bantuin BI Asih masak, ya?sekalian belajar nanti kalau sudah menikah sama Rendra. Tante mau mandi dulu, persiapan ke bandara" ucap Bu Winni
"Wahhh..mau banget tuh, Tan, menikah sama anak Tante, ughhh" ucapnya tanpa malu
Bu Winni hanya tersenyum lalu berlalu ke kamarnya. Belum sampai ia masuk kamar, putri ketiganya terdengar memanggil "Mom, jam berapa ke Bandara?" Ujar gadis imut itu. Dia adalah Resty adik Rendra. Gadis itu tampak berlari kecil menuruni anak tangga.
"Pesawatnya take off jam dua siang ini" jawab Bu Winni lalu masuk ke kamarnya.
"Hai, Res," sapa Anya yang tampak sedang mengiris kentang di dapur.
"Hai" jawab Resty acuh.
"Sini, kita masak bareng" ajak Anya
"Nggak, gue mau ke kamar Mama" ucap Resty berlalu begitu saja.
"Iihh dasar cewek nggak tau malu, udah diputusin, udah dicuekin, masih aja ngejar-ngejar, pake acara maen kerumah muluk" omel Resty dalam hatinya.
Tak lama masakan Bi Asih sudah tertata rapi di meja makan. Anya ikut membantu menyajikan makanan tersebut.
Tak lama Pak Subrata, Papa Rendra, keluar dari kamarnya. Ia hendak sarapan dan berjalan menuju meja makan. Di belakangnya disusul Bu Winni, serta Resty.
Mereka pun duduk bersama di meja makan. Anya merasa bahagia bisa berkumpul bersama keluarga Rendra, walaupun kehadirannya tidak dianggap sama Rendra, namun ia berjanji akan kembali memikat hati pria itu. Sekalipun harus mengorbankan harga diri.
"Om, Tante, Resty, silahkan makan, ini masakan Anya sama Bu Asih" ucapnya.
Pak Subrata menatap dengan tatapan tak suka pada Anya. Sedari awal ia memang tidak suka putranya menjalin hubungan dengan gadis ini.
"Halah, paling juga cuma bantu ngiris sayur doank! udah ngaku-ngaku lu yang masak" sini Resty pada Anya
"Eh jangan salah, aku pinter masak loh, liat aja ntar kalau udah nikah Ama kakak kamu, aku masakin tiap hari deh"
"Pede banget, emang Kak Rendra mau sama lu,?"
"Hussh, Resty, bicara yang sopan" tegur Bu Winni.
Rendra tampak turun dari tangga, penampilannya casual mengenakan celana jins berwarna biru Wardah, kaos putih polos oblong dipadu topi membuatnya terlihat cool. Ia mendekat ke arah meja makan.
Tak menyia-nyiakan kesempatan, Anya segera berdiri dari duduknya ia berjalan kearah Rendra, Ia tampak memeluk lengan Rendra, menempelkan tubuhnya pada Rendra layaknya perangko.
"Apaan sih Lo? lepasin! malu diliat Mama sama Papa" bentak Rendra pelan, namun Anya tetep saja enggan melepaskan pelukannya.
Bi Asih yang melihat kejadian tersebut cuma geleng-geleng. Perempuan kok begitu. bisik Bi Asih dalam hatinya.
Pak Subrata hanya menatap sekilas melihat tingkah Anya, ia miris melihat gadis jaman sekarang yang seolah tak lagi memiliki rasa malu.
"Duduk yuk, yank, kita sarapan dulu" ucap Anya tanpa rasa sungkan.
"Mau kemana kamu, Ren?" Tanya Pak Subrata.
"Janjian sama Paijo, Pa"
"Paijo siapa sih?"
"Paijo itu Panji, Pa. Teman kuliah yang gendut itu, Lo,"
"Oh, lagian nama anak orang kamu ganti seenaknya"
"Aku ikut ya, Yank?" Rajuk Anya.
"Apaan, Lu. Ngapain ngintilin gue kayak bocah aja"
Usai sarapan Rendra segera beranjak dari duduknya. "Pap, Mom, Rendra jalan dulu ya?" Rendra pamit kepada Papa dan Mamanya namun tentu saja Anya nggak mau diam saja. Usai menuntaskan suapan terakhir ke mulutnya ia segera menyusul Rendra. "Om, Tante, Anya pamit ya" Gadis bersalaman pada Pak Subrata dan Bu Winni, lalu ia segera berlari mengejar Rendra Yang sudah sampai di bibir pintu.
"Yank, tunggu aku ikut"
"Lu apaan sih, ngikut-ngikut?" tit..tit..bunyi auto lock mobil. Rendra membuka pintu depan dan ia segera duduk dibalik kemudi.
"Yank, kamu kenapa jahat banget sama aku?" Anya menyusul duduk di kursi samping Rendra.
"Kita putus!"
"Tapi apa salah aku, yank? pokoknya aku nggak mau putus!"
Mereka pun beradu mulut di dalam mobil.
"Ren, keluar dulu Mama mau bicara" Tiba-tiba Bu Winni sudah berdiri di samping mobil.
Rendra segera keluar dan mendekati sang Mama. "Ada apa, Ma,?"
Mereka sedikit menjauh dari mobil "Jangan bersikap seperti itu sama cewek. Inget kamu punya adik perempuan. Jangan seenaknya mutusin anak orang setelah kamu puas memacarinya. Mama suka kok, sama Anya. Kamu jalani aja dulu sama dia, kasian kan dia kelihatannya cinta banget sama kamu"
"Tapi, Ma......"
"Nurut sama Mama, ya! toh sebelum ini kamu cinta sama dia kan?"
"Iya tapi kan itu dulu, Ma. Rendra nggak suka sam...."
"Pokoknya Mama nggak mau tau, kamu jangan menyakiti hati Anya"
***
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Sukma Adi Darmawan
keren kakak, lanjutkan
2021-03-11
1
Lili ithuu Indah
😘😘
2021-01-24
1
👑Ria_rr🍁
aku mampir Zian ceritanya bagus 😊
2021-01-03
2