Rendra menekan 'mode pesawat' yang ada di menu bagian atas ponselnya. Tak ada lagi panggilan dari Anya.
"Yuk...berangkat" Rendra beranjak dari duduknya sambil memasukkan ponsel ke dalam saku celana.
"Ehmm..." Hannah tampak ragu, ia tidak beranjak dari duduknya.
"Kenapa, lu laper kan?" Rendra menatap Hannah
"Hannah belum pernah pergi berduaan bersama laki-laki, kak" dengan agak takut Hannah mengungkapkannya.
"Tenang aja gue gak akan perkosa lu, hayuk. Keburu pingsan lu ntar. Malah gue ribet masuk penjara" tanpa sadar Rendra menarik tangan gadis itu.
Hannah pun berdiri dari tempat duduknya. Mereka berjalan menuju mobil Rendra, mobil toyota sport tipe 86. Rendra sudah masuk ke dalam mobil, dan duduk dibalik kemudi. Sementara Hannah masih terdiam terpaku berdiri disamping mobil.
"Lu napa bengong Han, buruan masuk... Apa mau gue bukain pintu kayak disinetron-sinetron?"
"Ehh.., Nggak kak..maaf" dengan canggung Hannah masuk ke dalam mobil. Ia duduk di kursi depan disamping Rendra.
Ada rasa tak enak dihatinya. Mobil ini terlalu mewah untuknya. Apalagi ia harus pergi berdua dengan laki-laki yang bukan mahrom, terlebih laki-laki itu tampan. Ia takut tidak bisa menjaga kepercayaan Ayah dan Bundanya.
"Kita jalan ya?lu gak usah takut, gua bukan cowok jahat. Lu tenang aja" Rendra mulai menyalakan mesin mobil dan melajukannya dengan kecepatan sedang.
Sepertinya Rendra menangkap kegelisahan diraut wajah Hannah.
Bukan karena Hannah tak percaya Rendra. Dia tau Rendra tidak akan berbuat macam-macam. Hanya saja ia merasa bersalah pada dirinya sendiri, ini pertama kalinya ia pergi berdua bersama laki-laki.
Namun ia juga berfikir bahwa ia tidak melakukan perbuatan yang melanggar norma. Toh ini Jakarta, kota yang sangat besar. Bila hanya semobil dengan laki-laki itu wajar saja, pikirnya dalam hati.
Mobilpun melaju menyusuri indahnya malam di Ibu Kota, melawati bundaran HI lalu melewati jalan thamrin, entah Rendra akan membawanya kemana. Sampai akhirnya mobil masuk ke halaman parkir Sarinah.
"Yukk.. turun. Kita makan disini"
Hannah pun mengikuti Rendra, mereka berjalan memasuki sebuah resto makanan jepang, Nanaban tei.
Rendra memilih duduk di kursi paling pinggir, sebelah kiri. Disetiap meja sudah tersedia grill dan aneka daging. Hannah memilihi menu tomyam, sedang Rendra mencoba menu shabu-shabu.
"Lu napa bisa cerdas gitu sih Han..ipk ampe mau cumlaude"
Rendra membuka pembicaraan sambil menyantap makanan dihadapannya.
"Belajar, Kak"
"Iya, kenapa bisa rajin belajar gitu"
"Demi orangtua"
"Lu berapa bersaudara?"
"Dua, adik Hannah cewek, masih SMA"
"Gue tiga bersaudara"
"Gak nanya, hehe"
"Ih rese lu, ya"
Rendra mencubit pipi Hannah. Seketika pipi Hannah memerah. Ada debar-debar aneh dihatinya. Entah apa itu, ia tak tahu. Ia tak berani berharap banyak. Ia tahu diri, siapa dirinya dan siapa Rendra. Rendra anak orang berada, papanya salah satu manager diperusahnan farmasi BUMN ternama. Mungkin Rendra mendekatinya hanya untuk kepentingan kuliah saja, batin Hannah dalam hati.
Tak apa, membantu orang lain, bukankah itu kewajiban?toh ia sadar dirinya juga tidak akan berani menjalin hubungan dengan pria. Karena sejak kecil Ayahnya selalu menanamkan bahwa pacaran itu tidak dibolehkan dalam agama. Wanita harus pandai menjaga diri, begitu selalu pesan sang Ayah.
Walaupun ia bukan gadis pondokan, namun ayah ibunya memasukkan ia disekolah berbasis agama sejak ia duduk dibangku taman kanak-kanak.
Bahkan sejak kecil ia sudah banyak hafal surat-surat pendek. Dirumah orangtuanya juga disipilin mengajarkan mereka solat tepat waktu sejak usia tujuh tahun. Hingga hal itu menjadi kebiasaan bagi Hannah dan adiknya sampai mereka remaja seperti sekarang ini.
"Lu kalo pulang ke surabaya biasanya naik apa, Han?"
"Kereta, kak"
"Bokap, nyokap lu kerja dimana?"
"Ayah Hannah cuma PNS biasa kak, Bunda punya usaha laundry kecil-kecilqn, selebihnya hanya ibu rumah tangga biasa"
"Ooh.."
Rendra manggut-manggut.
"Btw, tadi yang nelfon pacarnya ya, kak?" Hati-hati Hannah bertanya.
"Nelfon yang mana?" Rendra memutar-mutarkan bola matanya, pura-pura sedang mengingat.
"Yang tadi waktu dikos Hannah"
"Pas kita mau berangkat, kan ada telfon tapi nggak diangkat?"
"Ohhh.. itu..emm...kasih tau nggak ya?"
"Gak mungkin donk cowok kayak kakak kalo ga punya cewek!"
"Kalo lo, ada pacar nggak?"
"Kakak belum jawab pertanyaan Hannah?"
"Lu mau tau, apa mau tau banget, heh?"
Rendra mengedip-ngedipkan matanya di depan wajah Hannah.
"Ya wajarlah kakak punya cewek, pasti ceweknya malah banyak, ya kan..ya kan??" Hannah mulai berani menggoda.
"Keliatannya gimana?"
"Keliatannya banyak pacar, haha"
Hannah menatap jam tangan yang melingkar dilengan kirinya, Jam 19.00. "Pulang yuk kak" ia menatap Rendra.
"Ok, bentar" Rendra berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah kasir.
Hanna berjalan lebih dulu menuju pintu keluar.
Rendra mengikuti, dan segera menyusul dibelakang Hannah.
"Eh lu belum jawab pertanyaan gue?" Rendra manarik lengan Hannah.
Hannah menoleh
"Pertanyaan apa kak?"
"Pacar lu?"
"Hannah gak pernah pacaran!"
"Sumpah lo...?"
"Suer...!" Hannah mengangkat jari telunjuk dan jari tengah secara bersamaan.
"Wow..."
Rendra membulatkan mata seakan tak percaya.
"Bokap lu emang berjenggot-jenggot gitu, Han?"
"Nggak"
"Terus, lu dilarang pacaran??"
"Ya karena Hannah ga pengen aja pacaran, selain karena ga ada faedahnya, nggak ada yang mau juga sih, jadi ya udah jomblo aja. haha" gadis itu terkekeh, tampak deretan giginya yang rapi terlihat jelas dan membuatnya nampak begitu manis.
Tanpa sadar mereka sudah sampai ditempat parkir. Rendra memencet kunci mobil elektronik itu, hingga mengeluarkan bunyi 'tit tit'. Rendra segera masuk ke dalam mobil dan duduk dibelakang kemudi kemudian disusul Hannah duduk di sampingnya.
Mobil mulai melaju menyusuri jalan protokol ibu kota yang selalu ramai. Lampu-lampu menerangi setiap sudut. Gedung-gendung menjulang tinggi.
Mereka sama-sama terdiam dengan pikiran masing-masing.
"Eh..makasih ya u......" Mereka berbicara secara bersamaan dan berhenti secara bersamaan.
"Lu ngomong duluan aja deh, ladies first" Rendra menoleh sebentar ke arah Hannah lalu kembali fokus dengan kemudi.
"Makasih udah traktir Hannah makan"
"Gue juga makasih lu uda baik selalu bantu gue ngejelasin materi yang gue ga paham"
"Sama-sama kak"
Tak terasa mereka telah sampai di depan kos Hannah. Hannah segera turun dari mobil, menutup kembali pintu mobil, lalu sedikit membungkukkan badannya dan ia melambaikan tangah ke arah, kaca mobil terbuka separuh.
"Gue balik ya, sampai ketemu besok"
Ujar Rendra.
"Iya kak, hati-hati dijalan, waalaikumsalam" sindir Hannah
"Yee..iya iya, Assalamualaikum"
Mobil itu segera melaju dan berlalu dari pandangan Hannah. Hannah masih berdiri terpaku, ia tersenyum sendiri. Lalu segera masuk ke dalam kosnya.
***
Sesampainya dirumah, Rendra segara berlari menuju kamarnya. Saat membuka pintu dan menyalakan lampu betapa kaget ia, di depannya sudah berdiri Anya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Sukma Adi Darmawan
seru
2021-03-11
1
Lili ithuu Indah
q udah mulai baper 😍
2021-01-29
0