Pernikahan 50 Juta
Tap tap tap
Suara langkah kaki terburu-buru agak sedikit berlari menuju dermaga yang sudah sedikit terlihat dari kejauhan.
Beberapa menit kemudian.. langkahnya terhenti sembari mengatur nafasnya yang sedikit ngos - ngosan.
" Huft huft huft "
Menengokkan kepalanya kekanan dan kekiri, mencari sesuatu..
Dan akhirnya sebuah motor matic terpakir bersama dengan sang empunya tak jauh dari tempatnya berdiri. Reflek langsung menghampiri sembari melihat layar ponselnya, memastikan no plat motornya.
" E XXXX EA " Bergumam kecil " Dengan Pak Rahmat? "
" Neng Veln? "
Bersamaan saling mengkonfirmasi, dan keduannya pun sama-sama mengangguk pelan. Membenarkan, diakhiri dengan saling melempar senyum.
" Helmnya Neng " Sigap Bapak ojeknya sambil mengulurkan barang yang dimaksud.
" Trimakasih Pak " Ucap Veln lembut, dan bergegas menuju belakang Pak Rahmat untuk membonceng. " Ok, siap Pak " Ucapnya lagi.
" Ok Neng " Balas Pak Rahmat sembari bersiap untuk memacu kendaraannya dengan pasti.
Sementara itu suasana jalan sudah agak lengang. Maklum jam sudah menunjukan pukul 08.10, sudah lewat jam-jam sibuk. Sudah tidak banyak lagi lalu lalang kendaraan para pekerja atau anak-anak sekolah. Asap knalpot dan debu - debu pun sudah agak bersahabat, berkurang jumlahnya tidak seperti sebelumnya yang berhamburan kesana kemari mengotori jalanan.
Motor pun terus melaju dengan pasti. Dengan kecepatan sedang, tidak lambat dan tidak terlalu kencang.
Bebeberapa menit kemudian. Pak Rahmat menarik rem kendaraannya pelan, motor berhenti tepat didepan alamat yang dimaksud.
" Shiiiiit " Pelan terdengar bunyi rem.
Veln bergegas turun dan segera membuka helmnya, mengulurkannya ke pak ojeg.. yang kalo diteliti secara seksama sepertinya bapak ini umurnya tidak jauh beda dengan ayahnya, terlihat dari guratan wajah dan gestur tubuhnya mengingatkan pada mendiang ayahnya. Sedikit mirip.. lebih tepatnya hampir sama persis.
Veln menggeleng pelan.. menyadarkan diri dari alam bawah sadarnya.
Mungkin aku hanya terbawa perasaan, pengaruh dari rasa kangenku pada mendiang ayah.
Batinnya berucap.
" Trimakasih Pak " Ucap Veln sambil mengulum senyum.
" Sama-sama Neng " Pak Rahmat membalas sembari melempar senyum bijaknya, dan pergi berlalu meninggalkan Veln.
Mengelap wajahnya dengan pelan, menyeka sedikit buliran keringat dikeningnya.. maklum cuaca hari itu begitu cerah dan panas. Lalu kedua tangannya cekatan membetulkan kuncir rambut ekor kudanya yang terkoyak karena menggunakan helm tadi.
Kepalanya agak mendongak sedikit keatas, memastikan.. memicingkan matanya, jelas terlihat gambar secangkir coffe dan sedikit kepulan asap yang bertuliskan MANJA COFFE SHOP.
Melangkahkan kaki mendekatkan diri pada papan pengumuman yang tepat terpampang disamping pintu masuk MANJA COFFE SHOP.
" OPEN DAILY 11.00 - 22.00 " Dibacanya dalam hati.
Melirikkan matanya kesebuah jam tangan yang melingkar manis dipergelangan tangannya tepat menunjukan pukul 08.30.
" 09.30 10.30 11.00 berarti dua setengah jam lagi " Menghitung bergumam-gumam kecil. " Ok.. " Ucap Veln lagi pelan.
Melirikan ekor matanya kesebuah kursi dan bergegas menghampiri. Tak butuh waktu lama, dia sudah duduk manis dikursi teras MANJA COFFE SHOP .
Bola matanya bergerak-gerak kekanan dan kekiri, entah sudah berapa banyak tak terhitung lagi. Menikmati kendaraan yang lalu lalang dijalan bersliweran. Sesekali memejamkan mata merasakan sedikit perih dan sedikit merasakan pusing juga dikepala, mungkin efek saking lamanya mengawasi lalu lalang kendaraan.
Jam menunjukan pukul 09.30.. Jari-jarinya lincah digoyangkan kelayar ponselnya.
" Na.. " Kirim
Lima menit berlalu tidak ada jawaban, ponselnya masih senyap tak menandakan apapun.
Sesekali menghela nafas panjang mengusir rasa bosan dan jenuh.
" Tit tit tit tit " Akhirnya ponselnya berbunyi
Liana 💌
" Ia say kenapa?kamu nggak lupa kan?nanti langsung ketempat tujuan aja, kita ketemuan disana "
Veln💌
" Ok "
" Aku udah stand by nih.. udah didepan COFFE SHOP "
Liana💌
" Apa?😱 "sembari menyelipkan emoticon terkejut.
" Kan Aku kasih tau jam 10.30 aja ketemuan disitu "
" Jam segini mah masih kepagian Non, kaya pelajar mau upacara takut kena hukum kalo telat "
Veln💌
" Malah aku dari jam delapan udah nyampe sini, nggak usah pake kaget yach "
" Mukanya biasa aja, jangan melongo dan no coment "
Liana💌
" Veln sayaaang, kamu masih waras kan?!!! "
" Pagi ini kamu nggak salah minum obat kan? "
Veln💌
" Nggak, aku udah ga waras!!! "
" Hidup aku sekarang malah sudah benar-benar gila "
" Bahkan sudah mencapai puncak kegilaannya "
Liana💌
" Aku tepuk jidat tau.. "
" Ceritain alasannya kenapa sampe datang lebih awal dari jam janjian kita? "
" Sambil aku siap-siap biar segera nyusul kamu kesitu "
" Terjadi sesuatu kah? "
●●●
Asik memandang layar ponsel dan bersiap-siap menarikan kembali jari-jari lentiknya tapi titik fokusnya terganggu, melihat sebuah mobil memasuki area parkiran MANJA COFFE SHOP.
Menatap datar, memperhatikan kendaraan roda empat yang hendak diparkir. Dan tak lama muncul dua orang laki-laki dari sisi kanan dan kiri pintu mobil. Yang satu terlihat mengenakan baju santai kaos lengan pendek warna putih dan celana pendek warna cream, sedangkan yang satunya lagi terlihat mengenakan pakaian formal.. Kemeja panjang yang ditengkuk selengan berwarna putih dan celana panjang berbahan katun berwarna hitam.
Keduanya tampak begitu tampan, gagah dan berwibawa.
Veln sedikit terpesona, menatap kedua pria itu dengan perasaan kagum dan berbunga-bunga seakan baru mendapatkan hadiah lotre sebesar satu milyar tapi masih dengan wajah datarnya. Masih bisa mengontrol ekspresinya.
*Yes.. Aku ga sendiri sekarang, kita bertiga, nongkring dikedai kopi yang jangankan pemiliknya, para karyawannya pun masih belum nongol secara jam bukanya juga masih lama. Xi xi xi. Batinnya terkekeh.
Apa mereka pelanggan?maybe. Sepertinya yang satu, lagi bermasalah dengan pekerjaannya dan yang satunya lagi mau dijadiin tempat curhat.
Mungkin untuk itu mereka kesini. Batinnya masih berkata-kata*.
Dan entah sudah sejak kapan tepatnya, kedua pria itu sudah berada dihadapan Veln.. sigap mengangkat tubuhnya dan mengulum senyum.
" Maaf sepertinya masih terlalu pagi kalian kesini " Ucap Veln pelan tapi jelas " Kedai baru akan dibuka pukul 11.00, dengan berat hati sepertinya kalian harus lebih sabar sedikit untuk menunggu " Mengakhiri ucapannya tak lupa dengan menyunggingkan senyum.
" Mbaknya pelanggan?atau karyawan sini? " Tanya pria berkaos putih, berkerah dan berlambangkan seorang pria menaiki kuda dibagian sebelah dadanya.
" Oh.. Saya karyawan, eh bukan, eh maksudnya calon karyawan baru, he he hee.. baru mau diinterview sie " Belepotan.
Laki-laki berkaos putih itu pun hanya membalas dengan senyum dan berbalik menuju arah pintu MANJA COFFE SHOP.
Sementara pria yang satunya hanya memandang tajam kearahnya tanpa mengajak ngobrol apalagi memberi senyum. Meneruskan langkahnya menuju punggung kursi sebelah kursi yang bekas Veln duduki, untuk menyandarkan tubuhnya sembari bersidakep tetap dengan ekspresi seolah tidak menganggap keberadaan Veln. Tapi entah mengapa justru itu yang membuat aura coolnya memancar keseluruh penjuru mata, hati dan jantung Veln. Eaaaaaa
Lincah matanya beralih kepria yang mengenakan kaos tadi, terlihat seperti sedang melakukan sesuatu..
Reflek melangkahkan kakinya mendekati, hingga berjarak beberapa centi. Agak memiringkan badannya untuk memastikan apa yang dilakukan si pria.
Benar saja, ternyata pria itu sedang membuka kunci pintu MANJA COFFE SHOP.
" Gleg " Menelan ludah.
Jadi yang diseberang sana itu Boss alias pemilik kedai kopi ini?menduga-duga.
Dan pria ini???mungkin orang kepercayaannya alias kepala toko dari kedai kopi ini?!!membatin dengan masih menduga-duga.
Menggeleng pelan sambil memejamkan matanya " Wushh " Membuang nafas panjang untuk mengusir rasa malu atas kelakuannya barusan.
" Ok, selamat datang diMANJA COFFE SHOP " Sambil menyunggingkan senyum, ramah " Silahkan masuk Nona " Sembari tangannya bergerak mempersilahkan.
Veln masih terdiam dan masih bergulat dengan alam bawah sadarnya.
" Nona mari.. " Mempersilahkan untuk yang kedua kalinya sembari menyelonong masuk.
Sadar, Veln mengangguk pelan dan mengikuti pria tadi sembari memperhatikan suasana tempat ini yang begitu artistik dan cozy, walau tidak begitu luas dan besar.
Pantas saja Liana begitu sukar dihubungi ketika sudah mulai bekerja. Mungkin saking ramenya pelanggan yang datang, secara dari tempatnya saja sudah bisa membuat betah untuk berlama-lama sekedar mengobrol ngalor-ngidul, atau melepas kangen dengan keluarga atau bisa juga dengan pacar, dijadiin buat tempat arisan juga mendukung suasana dan tempatnya.
Kakinya bersiap menapaki tangga, mengikuti langkah pria tadi tanpa harus dikomando.
Jadi tempat ini memiliki dua lantai?! ucapnya lagi membatin.
Deg
Tersadar akan digiring kelantai atas,buru-buru Veln menghentikan langkahnya. Mendongakkan kepalanya menatap punggung tegap pria didepannya. Tanpa aba-aba langsung beringsut kembali menuruni satu persatu anak tangga tanpa berbalik.
Ya berjalan mundur saking paniknya. Otaknya sudah dipenuhi pertanyaan dan hal-hal yang tidak masuk akal.
Lantai dua?mau apa???aku mau diapain?mau dibawa kemana?bisa-bisanya aku digiring keatas!kalo pun ada yang perlu dibicarakan, kenapa tidak disini saja?!memang kurang luas apa lantai bawah ini?kayaknya buat kumpul satu RW juga cukup.
Menyadari followernya berhenti mengikuti.
Si pria pun berbalik badan, kontan Veln memundurkan langkah kakinya lebih cepat tanpa rem.
Dan
" Der " Seperti menabrak sesuatu, menengokkan kepalanya agak sedikit mendongak.
Benar, ternyata dia nabrak pemilik MANJA COFFE SHOP ini!!!
Sedari tadi pula masih tidak ada reaksi, masih hanya menatap tajam kearahnya tak bergeming. Hanya terlihat dingin dan cuek itulah kesan yang pertama terlihat dari pria ini.
Sementara laki-laki yang berada ditangga tertawa kecil " Ha ha ha " Melihat tingkah si Nona muda yang kalang kabut agak sedikit ketakutan seperti habis menonton film hantu saja.
" Kemarilah Nona " Sembari telunjuknya mengisyaratkan agar supaya Veln menghampirinya " Tidak usah takut " Meyakinkan " Disini tidak ada penjahat, hanya ada orang-orang baik. Tidak usah berfikiran yang macam-macam " Tidak lupa diakhiri dengan senyum.
Veln masih terbengong. Pikirannya masih berada dialam bawah sadarnya, sembari berusaha menenangkan dan berfikir positif.
Tenanglah Veln, tidak akan terjadi sesuatu dengan dirimu. Anggap saja mereka itu memang orang-orang yang baik, bukan preman-preman jalanan yang akan mengganggu dan mencelakaimu.
Bukankah malah salah satu dari mereka akan menjadi atasan mu?jadi berhentilah berfikiran yang tidak-tidak tentang mereka, toh tampangnya tidak mirip seperti penjahatkan?!tampangnya lebih mirip model majalah, bintang iklan atau bahkan aktor hollywood. Ckckckck. Batinnya menenangkan.
Pria berkemeja pun yang dianggap sebagai Boss nyelonong berjalan melewati Veln, tanpa ragu dan canggung,dan satu lagi tanpa peduli dengan Veln yang menabraknya. Tidak ambil pusing, sepertinya sama sekali tidak merasa terganggu dengan kelakuan Veln. Mendekati pria yang satunya yang juga lekas memulai langkahnya kembali ketujuan awal yaitu menuju lantai atas.
Veln pun bergegas mengikuti dari belakang, mengekor dengan pertimbangan dan menarik kesimpulan bahwa benar mereka memang tidak terlihat seperti kriminal.
Satu persatu anak tangga kembali iya tapaki dengan langkah pasti " Tiga empat lima enam " Sambil bergumam-gumam kecil menghitungi anak tangga yang ia lewati
Sementara si pria berkaos yang mendengar gumaman Veln merasa geli dan lucu, sukses membuat ia menggeleng-gelengkan kepala dan senyum-senyum tanpa alasan tentu tetap dengan melanjutkan langkahnya.
Dilantai dua sekali lagi desain interiornya sukses membuat seorang Veln terkagum-kagum, suasananya lebih artistik, cozy dan instagramable banget.
Apalagi dibagian rooftopnya, dari kejauhan saja sudah menarik perhatian.
Setelah melewati beberapa kursi pelanggan, sampailah mereka kesebuah ruangan yang tidak terlalu kecil dan juga tak terlalu besar. Mungkin ukurannya satu setengah kali lipat dari kamar tidur yang dia tempati sekarang.
" Masuklah Nona " Lagi-lagi hanya pria yang berkaos putih itu saja yang terlihat ramah dan bersahabat.
Veln pun begitu nurut menyelonong masuk, dilihatnya pria tanpa ekspresi sudah duduk disofa dengan tegak, santai dan tenang sembari menyandarkan punggung dan kepalanya kesofa.
" Silakan duduk "
Tanpa penolakan lagi, dia menurut duduk. Duduk tepat disebelah kursi yang diduduki si pria yang mengenakan kemeja, mata si pria itu melirik sebentar kearahnya tanpa senyum apalagi berkomentar benar-benar seperti tidak ada ketertarikan terhadap Veln. Ya sepertinya aura Veln sama sekali tak terlihat dimata si pria kaku tersebut.
Lalu segera memalingkan kearah pria yang satunya.
Veln langsung mengambil kesempatan, sedikit curi-curi pandang. Meneliti posisi duduk pria disampingnya, tampak tenang, berwibawa, dan gagah. Raut dingin dan cueknya tidak sama sekali mengurangi pesona dan ketampanannya. Nyaris begitu sempurna.
" Kring kring.. kring " Veln terperanjat kaget,dan terbangun dari dunia kekagumannya. Bunyi ponsel terdengar nyaring dari tasnya, dan buru-buru dia ambil.
LIANA 🤳
Tertera jelas dari layar ponsel
" Maaf apa saya boleh permisi sebentar untuk mengangkat telfon? "
Terlihat menganggukkan kepala tanda pempersilahkan, respon pria berkaos putih yang sedari tadi berkutat didepan meja kerja.. meja kerja si Boss lebih tepatnya, entah sedang melakukan apa sedari tadi asik sibuk sendiri.
" Halo, Na.. kenapa?ada apa? " Veln berdiri tepat dibalik pintu
" Harusnya aku yang nanya gitu ke kamu?!pesan aku yang udah kaya kereta lewat nggak ada satu pun yang kamu bales, mengkhawatirkan " Suara bawel dari sebrang sana agak sedikit ngegas dan mengeras kaya toa masjid.
" Oh, maaf.. " Jawab Veln simple bikin sedikit geram.
" Kasih pencerahan donk " Liana protes.
" Tar aku ceritain deh, aku ngga papa. Nggak usah khawatir, kamu ngga usah buru-buru kesini nyamper aku. Lakukan seperti biasa aja sesuai jadwal kerja jamu, aku tutup dulu ya telfonnya, see you Na"
Klek
Veln mematikan panggilan sepihak, dan benar saja banyak pesan masuk diponselnya tanpa ia sadari. Efek grogi kali ya..
" Satu dua tiga empat lima enam.. " Pokoknya isi pesannya mengarah kerasa khawatir gitulah.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
meE😊😊
kelihatan nya menarikk.. dr cara pnulisan n pmilihan kosa kata y juga ok..
lanjuttt
2021-09-10
1
Dian Ode
awal yang menarik, ceritanya seru. semangat berkarya thor. sukses selalu
2021-08-09
1
Nursiah
barubaca,, semoga seru ceritanya
2021-05-30
1