Tok tok tok
Suara ketukan dari sebuah pintu terdengar pelan namun jelas.
Tak lama berselang muncul seorang gadis dari balik pintu. Langkahnya terhenti sejenak sembari mengamati sekitar ruangan, pria yang sedang duduk bersandar dibalik meja kerjanya pun tak luput dari pengamatannya. Tangan kanannya terlihat sedang memainkan sebuah pulpen, ya pulpen yang tadi pagi Veln gunakan untuk menandatangani surat kontrak kerjanya. Digoyang-goyangkannya kekanan dan kekiri, sedangkan tangan kirinya bersandar dipegangan kursi.
Tatapan keduanya saling bertemu.
Gila.. sepertinya aku sedang merasakan apa yang semua mas Ali katakan dibawah. Jantung mana jantung?
Setelah diteliti secara seksama dia ini memang benar-benar tampan. Sekali lagi cuek dan dinginnya tidak sama sekali mengurangi pesonanya. Sebenarnya Mas Denis juga nggak kalah cakep sie, ramah pula.. suka menebar senyum dan nggak irit bicara. Tapi tetep Mas Denis berada diurutan no 2.
Eh.. ngomong-ngomong mana ya? kok Mas Denis nggak keliatan?
Deg
Tanpa sadar Veln sudah berdiri tepat didepan meja kerja bossnya, dengan segera meletakkan secangkir moccaccino dihadapan bossnya tanpa kesalahan. Sepertinya dia sudah bisa mengontrol dirinya.
" Silakan boss, selamat menikmati " Tak lupa menyunggingkan senyum semanis mungkin.
Boss?!! Dia pikir mungkin aku bossnya!!!
" Terimakasih, bisa kau ambilkan kotak tissu disana? " Sembari menunjuk meja sofa.
" Tentu " Veln berbalik dan meraih benda yang dimaksud, lalu segera kembali menuju meja bossnya. Dan meletakkan sekotak tissu.
" Ada lagi Boss? " Tanya Veln pelan.
Tidak ada jawaban.
Gleg.. menelan ludah.
Apa aku sedang diabaikan?!!
" Baiklah kalo memang tidak adalagi yang anda perlukan, saya permisi " Langsung dia membalikkan badannya.
Belum genap empat langkah, lagi-lagi pria ini bikin Veln jantungan.
" Hey.. "
Spontan Veln menghentikan langkah kakinya.
" Kamu.. mau jadi pacar aku???! "
Tertegun, kaget. Sembari mengatur nafas pelan, Veln membalikkan tubuhnya.
" Maaf " Sedikit kebingungan.
" Jadi pacar aku? " Menjeda sebentar " Mulai dari sekarang! "
Masih berdiri diposisi semula, jantungnya agak sedikit berdebar-debar. Entah karena perasaan bahagia atau apa.
" Apa boss sedang mengajakku bercanda? "
" Tidak. Aku tidak punya waktu untuk melakukan itu "
" Syukurlah, kalo begitu saya permisi dulu " Dan hendak berbalik.
" Tunggu.. Kenapa tidak memberi jawaban? "
" Maaf.. "
" Aku butuh jawaban, Bukan permintaan maaf " Tegas.
Veln tersenyum sambil menghampiri bossnya.
" Apa anda salah minum obat? Boss? " Ucapnya pelan.
" Tidak? "
" Atau telat minum obat? " Masih dengan nada lembut.
Menggeleng " Kamu pikir, saya penyakitan? " Sedikit memelototkan matanya.
" Bu bukan begitu maksud saya " Sedikit terbata-bata.
" Lalu?! memang apa yang salah denganku?Hah? bukankah normal seorang pria mengajak seorang wanita berpacaran?!! "
Veln merasa agak sedikit merinding dan seram, merasa bossnya seakan ingin menerkamnya.
Memang tidak ada yang salah dengan itu, hanya caranya saja yang membuat orang lain keder bin bingung.
" Tinggal anggukkan kepala atau jawab setuju, gampangkan! Kamu saja yang bikin ribet sendiri "
Menghela nafas, dan sesekali menenangkan detak jantungnya.
Jujur sie didalam sini ada rasa senang bahagia tak terkira, hatinya juga sedikit berbunga-bunga siapa sih yang akan berani menolak laki-laki tampan, gagah dan memiliki usaha yang jelas. Tapi..
" Baiklah, sepertinya saya menolak anda boss. Maaf " Pengaruh situasi dan kondisi yang tidak tepat " Maaf, sudah mengecewakan anda "
" Sayangnya saya tidak suka ditolak dan dikecewakan!!! "
" Dan.. saya juga tidak suka dipaksa boss. Permisi " Hendak membalikkan badan.
" Tunggu.. akan aku minum kopinya dalam satu tegukan, dan kau bisa membawa kembali cangkirnya bersamamu "
Meletakkan pulpennya, dan diraihnya mochaccino dihadapannya. Diteguknya berlahan dengan penuh nikmat.
" Sepertinya aku berubah pikiran, akan aku habiskan minumanku dengan perlahan " Meletakkan cangkirnya yang masih menyisakan setengah isinya.
" Baiklah, permisi boss " Sudah diposisi membelakangi bossnya.
" Kau benar-benar menolakku? "
Membalikkan lagi tubuhnya " Hem " Sembari manggut-manggut "Permisi"
Hampir menyentuh daun pintu.
" Tunggu.. kemarilah " Sembari mengisyaratkan telunjuknya, mengkode agar Veln mendekat.
Orang ini ya benar-benar. Gerutu Veln dalam hati sembari mendekat.
" Pikirkan baik-baik ajakanku, tiga hari kedepan aku tunggu jawabanmu. Saya harap jangan ada kata tidak, karena saya paling tidak suka penolakan "
Veln hanya mengambil nafas panjang dan memutar balik badannya tanpa bergeming, dengan agak sedikit rasa kesal yang dia tahan.
" Stop.. " Baru dua langkah dia menggoyangkan kakinya " Tolong berbaliklah dan letakkan kembali tissunya ditempat semula "
Argggh.. Benar-benar, apa orang ini sedang mengerjaiku. Gerutunya dalam hati.
Dengan sedikit arogan karena kesal, Veln meraih sekotak tissu dari atas meja. Untuk dikembalikan ketempat semula. Ya sekotak tissu yang sama sekali belum digunakan.
Brug
Veln memelototkan matanya dan mulutnya sedikit terbuka. Dilihatnya sebuah ponsel berwarna hijau temaram jatuh terpelanting mendarat kelantai terkena senggolan kotak tissu yang barusan Veln ambil.
Celaka
Segera dia menjongkokkan tubuh rampingnya untuk memungut ponsel tersebut.
" Stop " Suara pria itu menghentikan gerakan Veln yang dalam posisi tidak bisa dijelaskan. Mungkin lebih tepatnya posisi berdiri setengah berjongkok.
Veln mendongakkan wajahnya kearah si pria, seolah meminta penjelasan. Lalu membenarkan posisi tubuhnya.
" Biarkan. Saya tidak suka barang-barang saya disentuh orang lain"
Wuidiiih
" Tapi saya hanya ingin memastikan boss, apa terjadi sesuatu dengan ponsel anda "
" Kamu fikir aja, ketika kamu saya lempar dari lantai ini kebawah menurutmu apa yang akan terjadi? "
Veln merasa agak sedikit merinding.
Boss ini, apa tidak terlalu berlebihan. Masa membandingkan aku dilempar dari atas sini dengan ponselnya yang jatuh. Apa ini namanya tidak keterlaluan
Matanya fokus menatap ponsel yang asik tengkurab dilantai, dipandangnya dengan seksama.
Veln agak sedikit tersentak, kakinya sedikit goyah menopang tubuhnya. Otaknya kacau, pikirannya kemana-mana mendapati gambar sebuah buah yang agak somplak sedikit dibagian sebelahnya dengan triple kamera.
Bukankah itu ponsel dambaan sejuta umat?!!yang harganya selangit itu!!!
Matanya dilirikkan kesiempunya, dengan wajah sedikit takut, panik dan penuh penyesalan.
" Bo_ooss " Suaranya parau.
" Hemmm " Pelan tapi berhasil membuat bulu kuduk Veln merinding.
" Apa kau tidak penasaran dengan kondisi ponsel anda? " Nadanya sedikit bergetar.
" Sesuatu yang sudah jatuh, walaupun terlihat baik-baik saja dari luar tidak menjamin akan baik kondisi didalamnya "
Veln hanya diam menggigit bibir bawahnya.
" Untuk memastikan, apa kau benar-benar mau aku lempar dari lantai ini? "
Duar
Apa dia semarah itu? entahlah pusing pala barbie menghadapi orang ini. Terlihat tenang seperti tidak terjadi sesuatu, tapi kata-katanya kadang seperti pisau yang siap menerkam nyawaku. Menusuk dan mencabik-cabik.
" Maaf " Lembut dengan penuh penyesalan " Jadi.. Aku harus bagaimana boo.. ss " Agak sedikit terbatah.
Terlihat telunjuk tangan kanan yang sedari tadi dipanggilnya boss itu mengetuk-ngetuk meja, membuat suasana semakin merinding saja. Entahlah, mungkin sedang memikirkan hukuman yang tepat untuknya.
" Sudah siap menerima hukumannya? "
Veln mengusap dahinya, yang basah karena keringat dingin yang keluar dari tubuhnya.
" Hemm " Sembari manggut-manggut pelan tak berselera.
" Menikahlah denganku "
Jreeeeeng
Veln sontak terkaget, terperanjat dan tersedak seperti habis menelan biji salak.
" Boss, apa sekarang kau sedang menyalurkan hobi mu? hobi yang membuat orang lain jantungan?! prank?!! apa kau sedang melakukan prank??! "
"Terserah.. persiapkan dirimu, kita akan s egera menikah " Menatap tajam Veln " Aku dan kamu "
" Tidak mau " Tak kalah tajam Veln menatap.
Entah kekuatan yang datang dari mana sampai dia masih berani membantah permintaan bossnya. Lebih tepatnya perintah bossnya.
" Masih berani kamu membantah! setelah apa yang kamu lakukan!!! "
" Tentu, karena ini terdengar tidak masuk diakal "
" Aku akan persiapkan semuanya dalam dua minggu. Kau cukup persiapkan dirimu saja " Memaksa.
" Kau.. Boss,benar-be.. "
Kali ini si Boss tidak memberi ruang untuk Veln membela diri.
" Saya kira tidak akan ada masalah, mengingat status kamu yang masih jomblo " Dengan senyum sedikit mengejek.
Sial!!! jadi selama sesi wawancara tadi pagi isinya dia rekam dan simpan di memorynya?!gerutu Veln dalam hati.
" Kamu cuma perlu persiapkan diri, dan memberitahukan berita bahagia ini kepada seluruh keluarga besar mu "
Bahagia kepalamu
" Waktu kita tidak banyak jadi menurut saja apa yang aku perintahkan nanti "
Lamaran macam apa ini. Masih dengan ucapan membatin.
" Baiklah itu saja, kamu bisa kembali bekerja sekarang "
Menghela nafas panjang dan..
" Tidak mau " Sedikit meninggi " Dengan alasan apapun, saya menolak pernikahan ini. Cari saja perempuan lain yang bersedia menikah dengan mu " Sudah geram diubun-ubun sampai dia mengganti panggilan boss dengan sebutan kamu.
" Baiklah kalo sudah tidak ada lagi yang perlu dibicarakan saya permisi " Sedikit melunak lalu ngleos dengan kesal dan membuka pintu ruangan dengan galak.
" Bawa data-data mu yang diperlukan untuk pernikahan besok. Datang kesini satu jam lebih awal"
Menoleh sebentar, memandang bossnya dengan galak dan segera membuang muka. Buru-buru pergi mengangkat kakinya.
Sementara didalam ruangan terdengar tawa keras, merasa puas.
Dasar gila.
Melamar dan mau menikahi anak orang dengan seenak udelnya. Hanya karena menjatuhkan ponsel lantas dijadikan alasannya. Sungguh tidak masuk diakal. Sinting. Gerutu Veln sembari berjalan sampai dia tidak sadar berpapasan dengan orang lain saat menuruni tangga.
" Nona " Veln nyelonong tanpa memperdulikan.
" Nona.. Hey, Nona Veln " Denis keheranan melihat satu karyawannya yang terlihat kesal dan mengumpat.
Sadar namanya dipanggil, dia pun memiringkan badannya dan mendongak. Maklum posisi Denis kini dua anak tangga lebih tinggi dari Veln.
" Eh Mas Denis " Tersenyum " Mas Denis dari mana? "
" Habis keluar membereskan sesuatu "
" O.. permisi " Veln melanjutkan langkahnya sambil membatin.
Sepertinya Mas Denis melewatkan sesuatu, ya sebelum membereskan sesuatu yang lain harusnya mendahulukan membereskan otak orang itu yang sudah konslet.
●●●
" Kenapa mukanya ditekuk bu? kamu kayak kecapek an? " Liana penasaran " Kamu ngapain aja diatas? kok lama banget ga balik-balik " Sedikit kepo " Apa karena saking terpesonanya sama si boss sampai lupa jalan pulang? "
" Debat "
" Hah " Liana kaget.
" Iya debat sama buku-buku dan lembaran-lembaran kertas " Sebelumnya sedikit berfikir
" Maksudnya? "
" Bantu beres-beres ruangan boss, merapikan buku-buku dan lembaran-lembaran kertas yang berserakan " Liana manggut-manggut paham.
" Ceritain kenapa kamu dateng kesini sepagi itu? "
" Ada yang mancing "
" Mancing emosi??? " Liana seolah paham, dan mereka pun tertawa lepas.
●●●
Sementara itu dilantai dua Denis terlihat menuju ruangannya. Tanpa ragu-ragu dia langsung membuka pintunya dan menatap saudaranya Ray yang sedang cengar-cengir sendirian persis orang gila.
Ia pria tampan yang mengenakan pakaian formal itu bernama Ryu Saka Wiratama, biasa dipanggil Ray. Saudara sepupu dari Denis.
" Kau kenapa? cengar-cengir sendirian persis.." Denis malah tertawa tanpa meneruskan kata- katanya.
" Kau mengatai aku gila? "
" Kau sendiri ya yang bilang " Denis berkilah lalu spontan tertawa lagi.
" Sial kau " Ray merasa kesal dan terjebak.
Mata Denis mengarah kesebuah cangkir yang terletak dimeja kerjanya, terlihat isinya sudah hampir habis karena Ray telah meminumnya kembali isi dalam cangkir itu selepas kepergian Veln.
" Kau meminum kopiku? "
" Hem "
" Apa gadis itu yang mengantarkannya? "
" Hem "
" Apa kau menggodanya? "
" Tidak "
" Syukurlah "
" Kau merasa lega karena aku tidak menggodanya? "
" Tentu. Karena aku sendiri yang akan berniat menggodanya " Sembari tersenyum bahagia.
" Kau tertarik dengannya? " Ray bertanya dengan penuh penekanan.
" Sepertinya begitu "
" Kalo begitu kita bersaing secara adil, karena aku pikir-pikir sepertinya aku juga tertarik dengan gadis itu "
" Ray.. Kau serius??? "
Ray mengangkat kedua alisnya, membenarkan.
" Baiklah, kita lakukan persaingan ini secara adil. Lihatlah Ray pasti kau akan kalah telak dari ku, karena kau kan begitu kaku " Sembari melepaskan tawanya kembali.
" Lain ceritanya kalo sigadis yang mengejar-ngejar kau "
Denis paham betul bagaimana Ray sepupunya, kalo soal gadisnya yang mengejar-ngejar Denis memang kalah jauh levelnya dari Ray. Ray lebih banyak memiliki penggemar perempuan, banyak gadis yang antri dan ingin jadi istrinya. Tapi kalo sebaliknya Ray yang menginginkan sigadisnya akan lain ceritanya, karena dia orang yang kaku, manusia yang paling tidak bisa mendekati perempuan.
" Ok. Kita lihat saja "
Asal kau tau sepupuku tersayang, sebenarnya
kau sudah kalah 100 langkah dariku.
Ray tersenyum dengan penuh kemenangan.
Bersambung..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Purwaningsih adji
mudah banget ngakak nikah gak takut salah orang
2022-04-26
1
Feeza_MCI
jadi Bosnya Dennis bukan nya Ray, Veln sudah salah sangka nih 😂😂
2021-10-03
1
Dian Ode
hahahahahaha. makin seru aja ceritanya
2021-08-09
1