NovelToon NovelToon

Pernikahan 50 Juta

1.Suasana Pagi

Tap tap tap

Suara langkah kaki terburu-buru agak sedikit berlari menuju dermaga yang sudah sedikit terlihat dari kejauhan.

Beberapa menit kemudian.. langkahnya terhenti sembari mengatur nafasnya yang sedikit ngos - ngosan.

" Huft huft huft "

Menengokkan kepalanya kekanan dan kekiri, mencari sesuatu..

Dan akhirnya sebuah motor matic terpakir bersama dengan sang empunya tak jauh dari tempatnya berdiri. Reflek langsung menghampiri sembari melihat layar ponselnya, memastikan no plat motornya.

" E XXXX EA " Bergumam kecil " Dengan Pak Rahmat? "

" Neng Veln? "

Bersamaan saling mengkonfirmasi, dan keduannya pun sama-sama mengangguk pelan. Membenarkan, diakhiri dengan saling melempar senyum.

" Helmnya Neng " Sigap Bapak ojeknya sambil mengulurkan barang yang dimaksud.

" Trimakasih Pak " Ucap Veln lembut, dan bergegas menuju belakang Pak Rahmat untuk membonceng. " Ok, siap Pak " Ucapnya lagi.

" Ok Neng " Balas Pak Rahmat sembari bersiap untuk memacu kendaraannya dengan pasti.

Sementara itu suasana jalan sudah agak lengang. Maklum jam sudah menunjukan pukul 08.10, sudah lewat jam-jam sibuk. Sudah tidak banyak lagi lalu lalang kendaraan para pekerja atau anak-anak sekolah. Asap knalpot dan debu - debu pun sudah agak bersahabat, berkurang jumlahnya tidak seperti sebelumnya yang berhamburan kesana kemari mengotori jalanan.

Motor pun terus melaju dengan pasti. Dengan kecepatan sedang, tidak lambat dan tidak terlalu kencang.

Bebeberapa menit kemudian. Pak Rahmat menarik rem kendaraannya pelan, motor berhenti tepat didepan alamat yang dimaksud.

" Shiiiiit " Pelan terdengar bunyi rem.

Veln bergegas turun dan segera membuka helmnya, mengulurkannya ke pak ojeg.. yang kalo diteliti secara seksama sepertinya bapak ini umurnya tidak jauh beda dengan ayahnya, terlihat dari guratan wajah dan gestur tubuhnya mengingatkan pada mendiang ayahnya. Sedikit mirip.. lebih tepatnya hampir sama persis.

Veln menggeleng pelan.. menyadarkan diri dari alam bawah sadarnya.

Mungkin aku hanya terbawa perasaan, pengaruh dari rasa kangenku pada mendiang ayah.

Batinnya berucap.

" Trimakasih Pak " Ucap Veln sambil mengulum senyum.

" Sama-sama Neng " Pak Rahmat membalas sembari melempar senyum bijaknya, dan pergi berlalu meninggalkan Veln.

Mengelap wajahnya dengan pelan, menyeka sedikit buliran keringat dikeningnya.. maklum cuaca hari itu begitu cerah dan panas. Lalu kedua tangannya cekatan membetulkan kuncir rambut ekor kudanya yang terkoyak karena menggunakan helm tadi.

Kepalanya agak mendongak sedikit keatas, memastikan.. memicingkan matanya, jelas terlihat gambar secangkir coffe dan sedikit kepulan asap yang bertuliskan MANJA COFFE SHOP.

Melangkahkan kaki mendekatkan diri pada papan pengumuman yang tepat terpampang disamping pintu masuk MANJA COFFE SHOP.

" OPEN DAILY 11.00 - 22.00 " Dibacanya dalam hati.

Melirikkan matanya kesebuah jam tangan yang melingkar manis dipergelangan tangannya tepat menunjukan pukul 08.30.

" 09.30 10.30 11.00 berarti dua setengah jam lagi " Menghitung bergumam-gumam kecil. " Ok.. " Ucap Veln lagi pelan.

Melirikan ekor matanya kesebuah kursi dan bergegas menghampiri. Tak butuh waktu lama, dia sudah duduk manis dikursi teras MANJA COFFE SHOP .

Bola matanya bergerak-gerak kekanan dan kekiri, entah sudah berapa banyak tak terhitung lagi. Menikmati kendaraan yang lalu lalang dijalan bersliweran. Sesekali memejamkan mata merasakan sedikit perih dan sedikit merasakan pusing juga dikepala, mungkin efek saking lamanya mengawasi lalu lalang kendaraan.

Jam menunjukan pukul 09.30.. Jari-jarinya lincah digoyangkan kelayar ponselnya.

" Na.. " Kirim

Lima menit berlalu tidak ada jawaban, ponselnya masih senyap tak menandakan apapun.

Sesekali menghela nafas panjang mengusir rasa bosan dan jenuh.

" Tit tit tit tit " Akhirnya ponselnya berbunyi

Liana 💌

" Ia say kenapa?kamu nggak lupa kan?nanti langsung ketempat tujuan aja, kita ketemuan disana "

Veln💌

" Ok "

" Aku udah stand by nih.. udah didepan COFFE SHOP "

Liana💌

" Apa?😱 "sembari menyelipkan emoticon terkejut.

" Kan Aku kasih tau jam 10.30 aja ketemuan disitu "

" Jam segini mah masih kepagian Non, kaya pelajar mau upacara takut kena hukum kalo telat "

Veln💌

" Malah aku dari jam delapan udah nyampe sini, nggak usah pake kaget yach "

" Mukanya biasa aja, jangan melongo dan no coment "

Liana💌

" Veln sayaaang, kamu masih waras kan?!!! "

" Pagi ini kamu nggak salah minum obat kan? "

Veln💌

" Nggak, aku udah ga waras!!! "

" Hidup aku sekarang malah sudah benar-benar gila "

" Bahkan sudah mencapai puncak kegilaannya "

Liana💌

" Aku tepuk jidat tau.. "

" Ceritain alasannya kenapa sampe datang lebih awal dari jam janjian kita? "

" Sambil aku siap-siap biar segera nyusul kamu kesitu "

" Terjadi sesuatu kah? "

●●●

Asik memandang layar ponsel dan bersiap-siap menarikan kembali jari-jari lentiknya tapi titik fokusnya terganggu, melihat sebuah mobil memasuki area parkiran MANJA COFFE SHOP.

Menatap datar, memperhatikan kendaraan roda empat yang hendak diparkir. Dan tak lama muncul dua orang laki-laki dari sisi kanan dan kiri pintu mobil. Yang satu terlihat mengenakan baju santai kaos lengan pendek warna putih dan celana pendek warna cream, sedangkan yang satunya lagi terlihat mengenakan pakaian formal.. Kemeja panjang yang ditengkuk selengan berwarna putih dan celana panjang berbahan katun berwarna hitam.

Keduanya tampak begitu tampan, gagah dan berwibawa.

Veln sedikit terpesona, menatap kedua pria itu dengan perasaan kagum dan berbunga-bunga seakan baru mendapatkan hadiah lotre sebesar satu milyar tapi masih dengan wajah datarnya. Masih bisa mengontrol ekspresinya.

*Yes.. Aku ga sendiri sekarang, kita bertiga, nongkring dikedai kopi yang jangankan pemiliknya, para karyawannya pun masih belum nongol secara jam bukanya juga masih lama. Xi xi xi. Batinnya terkekeh.

Apa mereka pelanggan?maybe. Sepertinya yang satu, lagi bermasalah dengan pekerjaannya dan yang satunya lagi mau dijadiin tempat curhat.

Mungkin untuk itu mereka kesini. Batinnya masih berkata-kata*.

Dan entah sudah sejak kapan tepatnya, kedua pria itu sudah berada dihadapan Veln.. sigap mengangkat tubuhnya dan mengulum senyum.

" Maaf sepertinya masih terlalu pagi kalian kesini " Ucap Veln pelan tapi jelas " Kedai baru akan dibuka pukul 11.00, dengan berat hati sepertinya kalian harus lebih sabar sedikit untuk menunggu " Mengakhiri ucapannya tak lupa dengan menyunggingkan senyum.

" Mbaknya pelanggan?atau karyawan sini? " Tanya pria berkaos putih, berkerah dan berlambangkan seorang pria menaiki kuda dibagian sebelah dadanya.

" Oh.. Saya karyawan, eh bukan, eh maksudnya calon karyawan baru, he he hee.. baru mau diinterview sie " Belepotan.

Laki-laki berkaos putih itu pun hanya membalas dengan senyum dan berbalik menuju arah pintu MANJA COFFE SHOP.

Sementara pria yang satunya hanya memandang tajam kearahnya tanpa mengajak ngobrol apalagi memberi senyum. Meneruskan langkahnya menuju punggung kursi sebelah kursi yang bekas Veln duduki, untuk menyandarkan tubuhnya sembari bersidakep tetap dengan ekspresi seolah tidak menganggap keberadaan Veln. Tapi entah mengapa justru itu yang membuat aura coolnya memancar keseluruh penjuru mata, hati dan jantung Veln. Eaaaaaa

Lincah matanya beralih kepria yang mengenakan kaos tadi, terlihat seperti sedang melakukan sesuatu..

Reflek melangkahkan kakinya mendekati, hingga berjarak beberapa centi. Agak memiringkan badannya untuk memastikan apa yang dilakukan si pria.

Benar saja, ternyata pria itu sedang membuka kunci pintu MANJA COFFE SHOP.

" Gleg " Menelan ludah.

Jadi yang diseberang sana itu Boss alias pemilik kedai kopi ini?menduga-duga.

Dan pria ini???mungkin orang kepercayaannya alias kepala toko dari kedai kopi ini?!!membatin dengan masih menduga-duga.

Menggeleng pelan sambil memejamkan matanya " Wushh " Membuang nafas panjang untuk mengusir rasa malu atas kelakuannya barusan.

" Ok, selamat datang diMANJA COFFE SHOP " Sambil menyunggingkan senyum, ramah " Silahkan masuk Nona " Sembari tangannya bergerak mempersilahkan.

Veln masih terdiam dan masih bergulat dengan alam bawah sadarnya.

" Nona mari.. " Mempersilahkan untuk yang kedua kalinya sembari menyelonong masuk.

Sadar, Veln mengangguk pelan dan mengikuti pria tadi sembari memperhatikan suasana tempat ini yang begitu artistik dan cozy, walau tidak begitu luas dan besar.

Pantas saja Liana begitu sukar dihubungi ketika sudah mulai bekerja. Mungkin saking ramenya pelanggan yang datang, secara dari tempatnya saja sudah bisa membuat betah untuk berlama-lama sekedar mengobrol ngalor-ngidul, atau melepas kangen dengan keluarga atau bisa juga dengan pacar, dijadiin buat tempat arisan juga mendukung suasana dan tempatnya.

Kakinya bersiap menapaki tangga, mengikuti langkah pria tadi tanpa harus dikomando.

Jadi tempat ini memiliki dua lantai?! ucapnya lagi membatin.

Deg

Tersadar akan digiring kelantai atas,buru-buru Veln menghentikan langkahnya. Mendongakkan kepalanya menatap punggung tegap pria didepannya. Tanpa aba-aba langsung beringsut kembali menuruni satu persatu anak tangga tanpa berbalik.

Ya berjalan mundur saking paniknya. Otaknya sudah dipenuhi pertanyaan dan hal-hal yang tidak masuk akal.

Lantai dua?mau apa???aku mau diapain?mau dibawa kemana?bisa-bisanya aku digiring keatas!kalo pun ada yang perlu dibicarakan, kenapa tidak disini saja?!memang kurang luas apa lantai bawah ini?kayaknya buat kumpul satu RW juga cukup.

Menyadari followernya berhenti mengikuti.

Si pria pun berbalik badan, kontan Veln memundurkan langkah kakinya lebih cepat tanpa rem.

Dan

" Der " Seperti menabrak sesuatu, menengokkan kepalanya agak sedikit mendongak.

Benar, ternyata dia nabrak pemilik MANJA COFFE SHOP ini!!!

Sedari tadi pula masih tidak ada reaksi, masih hanya menatap tajam kearahnya tak bergeming. Hanya terlihat dingin dan cuek itulah kesan yang pertama terlihat dari pria ini.

Sementara laki-laki yang berada ditangga tertawa kecil " Ha ha ha " Melihat tingkah si Nona muda yang kalang kabut agak sedikit ketakutan seperti habis menonton film hantu saja.

" Kemarilah Nona " Sembari telunjuknya mengisyaratkan agar supaya Veln menghampirinya " Tidak usah takut " Meyakinkan " Disini tidak ada penjahat, hanya ada orang-orang baik. Tidak usah berfikiran yang macam-macam " Tidak lupa diakhiri dengan senyum.

Veln masih terbengong. Pikirannya masih berada dialam bawah sadarnya, sembari berusaha menenangkan dan berfikir positif.

Tenanglah Veln, tidak akan terjadi sesuatu dengan dirimu. Anggap saja mereka itu memang orang-orang yang baik, bukan preman-preman jalanan yang akan mengganggu dan mencelakaimu.

Bukankah malah salah satu dari mereka akan menjadi atasan mu?jadi berhentilah berfikiran yang tidak-tidak tentang mereka, toh tampangnya tidak mirip seperti penjahatkan?!tampangnya lebih mirip model majalah, bintang iklan atau bahkan aktor hollywood. Ckckckck. Batinnya menenangkan.

Pria berkemeja pun yang dianggap sebagai Boss nyelonong berjalan melewati Veln, tanpa ragu dan canggung,dan satu lagi tanpa peduli dengan Veln yang menabraknya. Tidak ambil pusing, sepertinya sama sekali tidak merasa terganggu dengan kelakuan Veln. Mendekati pria yang satunya yang juga lekas memulai langkahnya kembali ketujuan awal yaitu menuju lantai atas.

Veln pun bergegas mengikuti dari belakang, mengekor dengan pertimbangan dan menarik kesimpulan bahwa benar mereka memang tidak terlihat seperti kriminal.

Satu persatu anak tangga kembali iya tapaki dengan langkah pasti " Tiga empat lima enam " Sambil bergumam-gumam kecil menghitungi anak tangga yang ia lewati

Sementara si pria berkaos yang mendengar gumaman Veln merasa geli dan lucu, sukses membuat ia menggeleng-gelengkan kepala dan senyum-senyum tanpa alasan tentu tetap dengan melanjutkan langkahnya.

Dilantai dua sekali lagi desain interiornya sukses membuat seorang Veln terkagum-kagum, suasananya lebih artistik, cozy dan instagramable banget.

Apalagi dibagian rooftopnya, dari kejauhan saja sudah menarik perhatian.

Setelah melewati beberapa kursi pelanggan, sampailah mereka kesebuah ruangan yang tidak terlalu kecil dan juga tak terlalu besar. Mungkin ukurannya satu setengah kali lipat dari kamar tidur yang dia tempati sekarang.

" Masuklah Nona " Lagi-lagi hanya pria yang berkaos putih itu saja yang terlihat ramah dan bersahabat.

Veln pun begitu nurut menyelonong masuk, dilihatnya pria tanpa ekspresi sudah duduk disofa dengan tegak, santai dan tenang sembari menyandarkan punggung dan kepalanya kesofa.

" Silakan duduk "

Tanpa penolakan lagi, dia menurut duduk. Duduk tepat disebelah kursi yang diduduki si pria yang mengenakan kemeja, mata si pria itu melirik sebentar kearahnya tanpa senyum apalagi berkomentar benar-benar seperti tidak ada ketertarikan terhadap Veln. Ya sepertinya aura Veln sama sekali tak terlihat dimata si pria kaku tersebut.

Lalu segera memalingkan kearah pria yang satunya.

Veln langsung mengambil kesempatan, sedikit curi-curi pandang. Meneliti posisi duduk pria disampingnya, tampak tenang, berwibawa, dan gagah. Raut dingin dan cueknya tidak sama sekali mengurangi pesona dan ketampanannya. Nyaris begitu sempurna.

" Kring kring.. kring " Veln terperanjat kaget,dan terbangun dari dunia kekagumannya. Bunyi ponsel terdengar nyaring dari tasnya, dan buru-buru dia ambil.

LIANA 🤳

Tertera jelas dari layar ponsel

" Maaf apa saya boleh permisi sebentar untuk mengangkat telfon? "

Terlihat menganggukkan kepala tanda pempersilahkan, respon pria berkaos putih yang sedari tadi berkutat didepan meja kerja.. meja kerja si Boss lebih tepatnya, entah sedang melakukan apa sedari tadi asik sibuk sendiri.

" Halo, Na.. kenapa?ada apa? " Veln berdiri tepat dibalik pintu

" Harusnya aku yang nanya gitu ke kamu?!pesan aku yang udah kaya kereta lewat nggak ada satu pun yang kamu bales, mengkhawatirkan " Suara bawel dari sebrang sana agak sedikit ngegas dan mengeras kaya toa masjid.

" Oh, maaf.. " Jawab Veln simple bikin sedikit geram.

" Kasih pencerahan donk " Liana protes.

" Tar aku ceritain deh, aku ngga papa. Nggak usah khawatir, kamu ngga usah buru-buru kesini nyamper aku. Lakukan seperti biasa aja sesuai jadwal kerja jamu, aku tutup dulu ya telfonnya, see you Na"

Klek

Veln mematikan panggilan sepihak, dan benar saja banyak pesan masuk diponselnya tanpa ia sadari. Efek grogi kali ya..

" Satu dua tiga empat lima enam.. " Pokoknya isi pesannya mengarah kerasa khawatir gitulah.

Bersambung..

2.Interview

Tak butuh waktu lama untuk kembali menuju ruangan Boss, benar ruangan Boss cocok disematkan untuk ruangan ini.

Duduk manis sembari mengatur rasa grogi dalam dirinya, sesekali pandangannya berkeliling mengamati ruangan untuk memastikan situasi dan kondisinya.

Ruangan Boss ini tak kalah nyaman dari ruangan pelanggan, baik yang dilantai satu maupun lantai dua.. apalagi bagian rooftopnya yang dari kejauhan saja sudah terlihat menarik dan indah. Sepertinya tempat ini benar-benar ditata dengan sedemikian rupa, dengan niat sampai setiap sudutnya memiliki daya tarik tersendiri.

Teng

Jangan-jangan toilet tempat ini pun dibuat dengan sangat matang pula seperti ruangan-ruangan yang sudah ia lewati sejauh ini. Ya pasti ruangan satu ini juga kemungkinan dibikin semenarik mungkin.. mungkin tidak kalah menarik dari beberapa contoh desain toilet yang pernah ia tonton disalah satu acara stasiun televisi swasta.

Ah.. benar-benar sekudet alias kurang update itukah diriku soal tempat-tempat nongkrong begini? sampai-sampai aku begitu terpesona terhadap tempat ini dari pertama kali melihatnya.

Perfect.. dari tempat sampai keempunya begitu menarik perhatian. Veln membatin kemana-mana.

" Baiklah Nona, apa anda sudah siap sekarang? " Tanya pria berkaos itu sembari menghampiri dan ikut duduk dikursi yang tepat berada dihadapan Veln.

Ya sekarang mereka duduk saling berhadapan, dan benar dirasa-rasa sedari tadi sampai dengan sekarang Veln hanya merasakan berinteraksi dengan satu orang ini. Padahal terasa nyata keberadaan orang lain, selain mereka berdua tapi boro-boro mendengar suaranya.. sedari awal ketemu saja raut wajahnya masih mendatar tak berekspresi dan tanpa senyum sampai sekarang.

" Iya, sepertinya begitu " Jawab Veln ringan.

" Baiklah sebelumnya saya perkenalkan diri, saya Denis " Tegas dan lugas " Dan Nona Veln boleh memanggil saya dengan panggilan senyaman Nona "

Wawancara udah kaya mau masuk perusahaan besar aja, terlalu formil. Itu yang terasa dibenak Veln sekarang.

" Baiklah, gantian tinggal Nona yang memperkenalkan diri " Mempersilahkan Veln untuk memperkenalkan diri tanpa memperkenalkan pria yang satunya.

Ya pria tampan yang level ketampanannya sedikit lebih tinggi dibanding Denis, yang sedari tadi tidak mengeluarkan suaranya sama sekali.

Jangan-jangan dia ini bisu??? Oh.. Tuhan, benar. Bukankah setiap manusia diciptakan dengan kelebihan berikut kekurangannya juga. Dari luar memang sangat begitu tampan, menarik dan mempesona.. tubuhnya yang atletis dengan tinggi yang menyerupai pragawan nyaris sempurna, bahkan siapapun yang memandangnya seperti tidak akan menemukan celah kekurangan dari orang ini. Tapi siapa yang akan menyangka ternyata dia ini seorang tunawicara yang paling ganteng sealam jagat raya.

Pikirannya ambyar kemana-mana, dan kembali fokus. Sebelumnya sedikit menghela nafas terlebih dahulu.

" Baiklah Mas Denis, sepertinya untuk saat ini Saya akan nyaman memanggil Anda dengan sebutan Mas Denis. Saya harap Mas Denis tidak berkeberatan "

Tidak mungkinkan kalo saya memanggil Anda dengan sebutan Boss?! secara panggilan itu kan mungkin akan diberikan ke pria yang tunawicara itu.. iya kan.

" Saya Veln Nia " Lanjutnya " Panggil saya juga senyaman Mas Denis, tentunya tanpa embel-embel Nona. Karna itu membuat saya tidak enak hati " Nyerocos terus kaya kereta " Beberapa bulan lagi Saya menginjak usia 21tahun, saya lahir dan dibesarkan dikota ini. Saat ini saya tinggal dengan Paman dan keluarga kecilnya " Terjeda sebentar " Dijalan bla bla bla " Melanjutkan, menyebutkan alamat lengkap tempat tinggalnya " Dan karena sesuatu hal yang tidak bisa saya ceritakan, saya tidak bisa menunjukan ijasah terakhir saya " Sambil sesekali menelan ludah "Saya kira cukup, apa ada yang ingin Mas Denis tanyakan pada saya? "

" Maaf kalo tidak salah dengar, kenapa Nona tidak tinggal bersama dengan kedua orang tua anda? " Penasaran " Kenapa malah ikut tinggal dengan Paman anda? apakah kedua orang tua Nona seorang perantau?! maksud saya kerja diluar kota? " Menebak-nebak.

Veln menggelengkan kepalanya pelan " Karena kedua orang tua saya sudah meninggal dunia Mas Denis " Sedikit lesu menjawab " Akibat mengalami kecelakaan beberapa tahun yang lalu " Sedikit muram " Dan Pamanlah saudara dari Ibu satu-satunya keluarga saya,karna itu Saya ikut tinggal bersamanya"

" Maaf, saya sedikit menyesali pertanyaan tadi " Sesal Denis.

" Tidak apa-apa Mas Denis " Sembari menyunggingkan senyum manisnya.

Dan tanpa basa-basi lagi Denis langsung melanjutkan kepertanyaan berikutnya, sengaja untuk mengalihkan suasana yang mendadak agak mendung.

" Apa kamu akan bekerja dengan sungguh-sungguh nanti, jika kamu diterima bekerja disini? "Veln mengangguk tegas.

" Apa alasan kamu sampai mau dan berminat untuk bekerja disini? diMANJA COFFE ini? "

" Sudah tentu Mas, faktor utama.." Sembari tersenyum getir.

" Ok " Sambil manggut-manggut Denis mengerti " Aku akan bertanya satu hal, maaf mungkin ini agak sedikit menyinggung perasaan kamu " Menghela nafas sebentar " Liana sudah menceritakan kronologi yang sebenarnya " Lanjutnya lagi " Kamu butuh pekerjaan untuk menghasilkan uang lebih tepatnya untuk memenuhi kebutuhan hidup.. dan karena sesuatu hal, ijasah terakhir tidak bisa kamu gunakan untuk membuat surat lamaran. Lalu kamu meminta bantuan kepada Liana untuk memasukkan kamu kerja disini, karena mendengar dari Liana kalo COFFE SHOP ini sedang membutuhkan karyawan baru " Denis nyerocos udah kaya tabrakan beruntun.

" Nah.. kalo suatu hari ijasah kamu terbebas, dan posisinya masih menjadi karyawan MANJA COFFE SHOP ada kemungkinan tidak Kamu akan berfikir untuk pindah kerja ketempat yang lebih baik? "

" Mungkin, tergantung sama situasi dan kondisi juga. Tapi kalo ada penawaran lebih baik kenapa harus ditolak?! " Dengan percaya diri " Maaf kalo jawaban saya membuat Mas Denis kecewa, tapi realitanya memang seperti itu " Sambil sedikit merasa tidak enak.

" Kamu orangnya to the point ya dan sangat percaya diri " Menggantung sebentar " Tapi hal seperti itu bisa jadi nilai plus buat kamu, bisa juga sebaliknya " Diam lagi " Tergantung juga sie " Sedikit berfikir " Dengan sikap seperti itu kamu tidak takut kalau-kalau nanti tidak diterima? "

" Enggak Mas " Ucap Veln santai. Walaupun sedikit ada kekhawatiran " Disini, aku cuma berusaha buat jujur dan realistis " Lalu cengengesan tanpa dosa.

" Ok. Saya hargai kejujuran kamu. Karena disini judulnya lagi sama-sama saling membutuhkan alias simbiosis mutualisme, MANJA COFFE SHOP sedang membutuhkan karyawan baru dan Kamu sedang membutuhkan pekerjaan sekarang jadi kenapa tidak kita coba untuk bekerjasama dan mengenal satu sama lain. Untuk selanjutnya bisa kita pikirkan nanti sembari berjalan, bagaimana Nona? apa Anda setuju? "

" Jadi maksudnya saya diterima nih mas Denis? " Veln bersemangat memastikan.

" Hemmm.. Kamu bisa training dulu disini dan dalam masa percobaan itu aku akan liat hasil kinerja kamu "

" Siap mas Denis "

Denis beranjak dari duduknya dan menuju lemari yang letaknya bersebelahan dengan meja Boss. Mengambil sebuah map berisi beberapa berkas, dan bergeser menuju meja Bos membuka laci mejanya dan mengambil sebuah materai dan kembali duduk dikursi semula. Veln hanya mengamati apa yang dilakukan Denis dari kejauhan dan sesekali melirik ke pria cuek dan dingin itu, yang masih tidak bergeming sedikit pun bahkan seperti tidak perduli dengan keberadaan mereka berdua, apa yang sedang kami lakukan dan apa yang sedang kami bicarakan pun sepertinya tidak membuatnya tertarik. Padahal sebagai seorang owner bukankah dia juga berhak dan memang harus ikut andil dalam wawancara ini. Bukankah wawancara penerimaan karyawan baru ini moment penting dalam sebuah bisnis?! karena dari sinilah kita bisa memilih orang-orang yang akan ikut serta dalam menentukan kesuksesan bisnis itu sendiri?!! jiaaaahahaa dalem.

Denis mengulurkan beberapa lembar kertas yang tertata rapi kearah Veln.

" Ini berkas kesepakatan.. " Tangan Veln menyambutnya " Inti daripada berkas itu mengenai kesepakatan kerja antara Boss dan karyawannya " Diam sejenak " Kaya satu contoh misalnya karyawan harus mematuhi peraturan yang dibuat oleh MANJA COFFE SHOP.. misalnya soal waktu kerja, MANJA COFFE mulai beroperasi dari pukul 11.00 berarti kamu mengertikan? artinya harus sudah datang sebelum jam operasi berlangsung. Untuk lebih jelasnya sebaiknya kamu baca kesepakatannya terlebih dahulu agar dapat dimengerti dan dipahami "

Veln menganggukkan kepalanya pelan, membolak-balik beberapa lembaran kertas yang sudah berada ditangannya dan menghitungnya satu persatu.

Satu dua tiga empat lima.. gila, sebanyak ini?!! ribet banget ya prosesnya mau jadi karyawan MANJA COFFE aja, surat-suratnya banyak udah kaya mau buat pengajuan kredit rumah, mobil, motor atau semacamnya saja.

Denis mengulurkan sebuah materai, dengan sigap Veln pun menyambutnya kembali dan jari-jari tangannya reflek langsung menuju bagian paling belakang tumpukan lembaran kertas yang ia pegang.. tanpa berfikir panjang, tanpa dibacanya pula isi perjanjian kerja yang tertera dilembaran-lembaran kertas itu Ia langsung menempelkan sebuah kotak kecil bertuliskan MATERAI.

" Maaf, mas Denis bisa meminjamkan sebuah pulpen untuk saya " Sembari menatap lawan bicaranya " Saya memerlukannya untuk menandatangani ini " Menunjukan lembaran kertas yang Ia pegang.

Tak butuh waktu lama untuk Denis mengambil sebuah pulpen dan langsung menyerahkannya ketangan Veln.

Dan tak perlu waktu lama juga untuk Veln menandatangani kontrak kerjanya tanpa tau isinya, dia hanya berpegang teguh pada pikiran positifnya.. paling juga isinya cuma soal peraturan-peraturan kecil kaya harus disiplin dalam bekerja, berapa kali dia dapat libur dalam satu bulan dan ya pokoknya sesuatu yang wajar dalam sebuah lingkungan kerja aja tanpa berfikir macam-macam.

Veln menatap mata Denis dan berkata " Apa ada lagi yang mau Mas Denis tanyakan lagi? " menantang.

Tentu, tapi tidak harus hari ini bukan. Masih banyak dilain waktu.. dan masih banyak pula yang ingin saya ketahui dari seorang perempuan seperti kamu.

Batin Denis, yang sepertinya ada ketertarikan atau sesuatu hal yang membuat dia ingin menggali informasi lebih dalam lagi, lebih banyak lagi tentang seorang Veln.

" Sepertinya.. " Ucapan Denis menggantung

" Kamu sudah punya pacar???! " Toweweweweng, pria itu menyerobot pembicaraan Denis.

Veln spontan terperanjak kaget, dan kertas-kertas yang sedari tadi ada dipangkuannya berserakan kemana-mana. Buru-buru dia memungutinya satu persatu sembari terbatuk-batuk kecil dan sedikit grogi.

Orang ini ternyata bisa bicara! dia tidak bisu, ternyata dia bukan seorang tunawicara. Ya Tuhan, maafkan hamba mu ini yang sudah berprasangka yang tidak-tidak terhadap orang ini. Salah dia juga sie kenapa sedari tadi tidak bersuara seperti tembok, tidak juga mengeluarkan senyum diujung bibirnya.. benar-benar kaku.

Dan... sekalinya mengeluarkan suara sampai bikin aku sedikit ambyaaaaar.

" Maaf.. " Menegaskan pertanyaan tadi.

" Kamu.. sudah punya pacar??? " Tatapannya masih tajam dan gaya bicaranya membuat terlihat lebih berwibawa. Secara Boss gitu loh.Hee

" Apa.. " Sedikit menggantung " Benar-benar perlu saya harus menjawabnya? " Ragu dan sudah sedikit dapat menguasai dirinya kembali walau masih agak sedikit grogi, jantungnya masih belom berdetak dengan normal.

" Tentu " Denis mempertegas " Kesannya memang terlihat pribadi dan berlebihan, tapi sebenarnya ini sangat penting dalam kerjasama kita nanti "

Ceileh kerjasama.. udah kaya mau melakukan kerjasama proyek besar aja yach.

"Jadi maksudnya begini Nona Veln " Denis memulai menjelaskan " Jangan sampai kejadian sama karyawan MANJA yang kerjanya nanti uring-uringan nggak beres gara-gara lagi berantem sama pacarnya.. makanya nanti akan ada peraturan pengecualian untuk semua karyawan MANJA yang sudah memiliki pasangan " Umpan bola tadi benar-benar dimanfaatkan oleh Denis.

" O.. " Mulut Veln membulat polos " Sepertinya hal tadi yang membuat Mas Denis khawatir tidak akan terjadi, setidaknya sampai hari ini Saya masih bisa menjamin karena.. " Agak sedikit tersenyum malu-malu " Saya masih Jomblo"

Hik hik hik hik.

Dan ternyata kata Jomblo ini sukses berat membuat kedua pria ini senyum-senyum kecil, girang. Tentu saja tanpa diketahui yang bersangkutan.

" Ada rencana untuk menikah muda? "

Jreeeeeeng

Orang ini benar-benar ya, kata-katanya slalu mengagetkan dan tak terduga. Wawancara ini benar-benar sudah melebar kemana-mana.

" Ehemmm " Berdehem, mengkode pertanda ingin segera pendapat jawaban atas pertanyaannya.

" Maksudnya begini Nona " Kembali Denis beraksi " Jangan sampai nantinya, baru memulai bekerja tiba-tiba sudah mengajukan cuti atau kemungkinan lebih fatalnya malah resign alias keluar begitu saja dari pekerjaan, yang nantinya mungkin akan sedikit mengganggu aktivitas karyawan lainnya. Misalnya kayak harus menyesuaikan lagi jadwal libur " Penjelasan Denis panjang, seolah-olah memberikan pencerahan buat Veln.

Entah mengapa, Denis justru sangat merasa senang ketika mendapatkan umpan yang menjurus kepertanyaan pribadi begini.

" O.. " Membulat lagi mulut Veln, entahlah menandakan mengerti alias paham atau justru bingung dengan penjelasan yang diuraikan Denis panjang lebar itu.

Gila. Ini wawancara cari istri idaman apa karyawan? aneh banget. Merasa kayak ada udang dibalik batu.

" Tidak ada mas, sejauh ini sepertinya belom ada rencana kearah sana "

" Baguslah " Kali ini bukan Denis yang merespon.

Hening sebentar, seolah memberikan kesempatan untuk semuanya bernafas terlebih dahulu merasakan oksigen yang terasa begitu tak biasa.

" Tapi saran saya, kalo ada yang tiba-tiba melamar secara mendadak sebaiknya jangan ditolak. Pamali katanya " Berhenti lagi sejenak " Ya pamali kata orang tua jaman dulu, tapi entahlah karena sampai sekarang belum jelas.. tidak ada alasan hanya ada larangannya saja kenapa kita tidak diperbolehkan atau menampik lamaran dari seseorang "

Mata Denis terbelalak kaget.

Sial, apa sie mau orang ini? pertanyaannya selalu bikin syok dan ngena !

Tapi sebenarnya menikmatinya juga.

Mata Veln tak kalah terbelalaknya, seperti bertambah ukuran menjadi sebesar biji jengkol.Hee.

Veln sudah tidak bisa memahami lagi isi dari wawancara ini, sekarang dia justru merasa tidak sedang diinterview. Ia sekarang lebih merasa sedang dibanjiri pertanyaan oleh agen pencari jodoh atau calon Ibu mertua.

Masa dari sekian banyak pertanyaan sepertiganya menjurus kemasalah pribadi?!!dan yang mengherankannya dia dengan polos mengikuti begitu saja alur ceritanya.. dan slalu menurut saja menjawab tiap pertanyaan yang dilontarkan kepadanya.

bersambung..

3.Manja Coffe Shop

Setelah wawancara berlangsung alot, bahkan hampir memakan waktu kurang lebih 3 jam lamanya dengan pengajuan pertanyaan kebanyakan agak tidak masuk diakal dan terkesan mengada-ada itu akhirnya berakhir juga. Ia berakhir dengan hasil yang membingungkan buat Veln.

Veln bergegas menuruni anak tangga satu persatu secara perlahan dengan tatapan fokus lurus kedepan. Sudah terlihat para pengunjung yang berdatangan, bahkan beberapa meja pun sebagian sudah terisi dengan para pengunjung.

Ada yang sedang asik duduk ngopi-ngopi cantik sambil ketawa-ketiwi dengan sahabat karibnya mungkin agak sedikit menduga-duga?! ada yang masih serius menciumi aroma kopi dalam gelasnya lewat kepulan asapnya, ada pula yang masih serius memelototi laptop didepannya padahal terlihat jelas orderan sudah nangkring diatas meja tapi masih belum tersentuh. Mungkin sedang buru-buru mengejar deadline. Ada pula yang asik cekrak-cekrek dan berselfi ria.. dengan gaya yang seimut-imutnya sampai seamit-amitnya. Haa.

Ujung hidungnya pun mulai merasakan aroma wangi kopi yang menggugah selera harum dan menggiurkan, ya ruangan ini mendadak dua bahkan empat kali lipat lebih wangi dari sebelumnya.

Matanya berputar mengelilingi tiap-tiap sudut ruangan ini, mengedarkan pandang kesegala penjuru ruangan, mencari-cari sesosok perempuan yang berambut tak terlalu panjang tapi juga tidak terlalu pendek. Sebelas dua belas lah kayak rambutnya yang masih tertata rapi membentuk ekor kuda.

Hup, sesosok Liana akhirnya tertangkap dibola mata indahnya yang berada tak jauh dari meja kasir. Tanpa ragu-ragu Veln segera menghampirinya dengan langkah pasti.

" Na.. " Sapa Veln lembut kepada sahabatnya itu.

Liana menengokkan kepalanya kearah dimana suara berasal " Kamu udah siap tempur? " Cletuk Liana kepada Sahabatnya.

Veln mengangguk pelan.

" Jadi kamu diterima? si boss benar-benar menerima kamu? " Raut muka Liana memancarkan kebahagiaan " Ok, kalo begitu kamu ikut aku "

Veln menurut saja digiring menuju ruang barista, lalu Liana sibuk mencari-cari peralatan perang yaitu celemek yang sama dengan yang dipakainya sekarang. Setelah menemukan barang yang dicarinya Liana mengulurkannya pada Veln, tanpa komando Veln langsung mengenakan celemeknya yang berwarna cream persis seperti yang Liana kenakan yang bergambar secangkir kopi plus kepulan asapnya dan bertuliskan MANJA COFFE sama persis dengan yang ada dipapan depan pintu masuk kedai ini dan digiring menuju tempat kasir.

Ya Veln akan ditempatkan dibagian kasir sesuai intruksi pak boss, berdasarkan obrolan yang Liana lakukan dengan pemilik kedai kopi ini sehari sebelumnya .

Dengan sedikit arahan dari Liana, Veln sedikit paham untuk memulai pekerjaannya. Tidak begitu sulit buat Veln beradaptasi melakukan pekerjaannya, apalagi tingkat kecerdasan Veln memang sudah jelas diatas Liana. Mengetikan kelayar komputer pesanan pelanggan, lalu menginformasikan kebagian Barista yang sebelumnya memberikan bill kekonsumen sebagai bukti pembayaran dan begitu seterusnya.

Tidak terasa jarum jam sudah menunjukkan pukul 13.30 wib. Pengunjung yang tadinya terlihat membludag kini sudah sedikit beringsut berkurang satu persatu, hanya beberapa meja saja yang masih ada penghuninya. Entahlah, mungkin lantai dua juga sudah tidak seramai tadi.

" Na.. " Veln membuka obrolan disela-sela santainya.

" Hemm " Liana menjawab santai.

" Aku haus nie, kamu bawa minum nggak?bagi donk "

" Mau minum? tuh " Sembari menunjuk sebuah dispenser yang berada tak jauh disebelah kiri Veln.

Gleg gleg gleg gleg gleg

Serasa mendapatkan angin surga yang masuk menyelusup kedalam tenggorokannya, yang membuat jadi terasa segar dan tidak kering lagi.

" Aus bener ya bu? "

" Hem " Sambil manggut-manggut " Wawancara tadi menguras tenaga banget tau " Mengadu, terjeda sebentar " Dulu waktu interview kamu ditanyain udah punya pacar nggak? "

" Nggak tuh, memangnya kamu ditanyain begitu? " Liana mengernyitkan alisnya merasa heran " Jangan-jangan si boss ada udang dibalik batu " Lanjutnya lagi.

" Maksud kamu? "

" Iya.. mungkin sibos demen kali sama kamu, pernah dengerkan jatuh cinta pada pandangan pertama? nah itu yang mungkin sedang terjadi sama pak boss terhadap kamu " Sambil cekikikan.

" Jangan ngarang deh " Sedikit mentoyor kepala Liana.

" Eh berarti teka-teki selama ini terjawab dong berkat kamu.. Aku jadi tau kalo pak boss masih jomblo alias tidak memiliki pacar, berita baik buat yang lain juga neh "

Veln hanya menggeleng-gelengkan kepalanya, melihat tingkah Liana.

●●●

" Ada yang baru nih, kenalin dong " Cletuk suara dari sebrang sana tak jauh dari posisi mereka berdua berdiri.

" Eh iya sampai lupa " Liana nepok jidat pelan tanpa menimbulkan rasa sakit " Temen-temen kita kedatangan patner baru nih, kenalin namanya Veln. Dan Veln yang barusan nyamber aja kaya petir, yang udah berani gangguin obrolan kita barusan itu namanya mas Ali alias Chef Ali. Dia biasanya bikin disert dan kawan-kawannya dibantu sama mbak Susan " Sembari matanya mencari-cari keberadaan Susan tapi tak juga nampak batang hidungnya " Mbak Susaaaan.. " Liana jerit-jerit sedikit.

" Maaf lagi tanggung nih " Jawab susan dari balik dapur.

Ya mungkin lagi tanggung bikin adonan sesuatu, akhirnya Liana dan Veln mengalah menghampiri..

" Hallo mbak " Sembari melambaikan jarinya " Kenalin nie mbak susan penghuni baru " Sembari menunjuk kearah Veln " Temen aku namanya Veln "

Veln tersenyum kearah Susan.

" Hallo.. Aku Susan " Lalu membalas melempar senyum.

" Hallo.. salam kenal mbak " Sembari melambai-lambaikan jari jemarinya.

Setelah dirasa cukup, mereka berdua pun keluar dari dapur meninggalkan Susan dan kembali menuju ruang depan.

" Nah kalo itu, yang sekarang ada disebelah mas Ali namanya bang Dika.. Barista urutan no 2 " Sembari cengengesan, sementara Veln hanya manggut-manggut polos saja tak lupa sembari sekali-kali melempar senyum " Barista nomor satu tentu saja boss kita " Lalu " Itu Mila.. " Mengedarkan pandang keseluruh penjuru ruangan namun tak terlihat orang yang dicari " Satu lagi namanya Yana, mungkin sekarang dia lagi ada dilantai atas. Mereka bertugas mengantar orderan dan membereskan meja bekas pakai para pengunjung. Dan yang lagi dapet jatah libur hari ini namanya Mega, tugasnya sama kayak Mila dan Yana " Veln manggut-manggut lagi " Nah kalo kita berdua tugasnya disana " Sembari menunjuk meja kasir. Ya sesuai intruksi dari pak boss, hasil dari obrolan Liana dan bossnya yang dilakukan sehari sebelum Veln mulai bekerja.

Liana nyerocos aja panjang lebar kayak barisan semut ditembok. Sementara Veln hanya melempar senyum satu persatu keorang yang Liana kenalkan, dan mendapat senyum balasan yang bisa diartikan bahwa dia sudah diterima ditempat ini.

Kembali keposnya masing-masing.

" Bu, ayo ceritain dong wawancara tadi mumpung suasana lagi lengang" Liana membuka obrolan.

"Jadi pas aku mau bales pesan kamu.. Tiba-tiba dateng sebuah mobil masuk kearea parkiran MANJA, dan keluarlah dua orang pria tampan "

" Dua orang? " Liana heran.

Ah dua orang itu mungkin boss dan saudaranya atau juga sahabatnya.

" Ia dua orang " Veln meyakinkan " Aku pikir mereka pelanggan kedai ini, eh ternyata.. bla bla bla bla " Veln menceritakan dengan jelas dan rinci kejadian tadi pagi " Yang Aku nggak habis pikir, disesi wawancara ini aneh banget tau.. pertanyaannya bikin aku shok, 50% kalo kita lagi ujian tuh soal-soalnya ga nyambung sama yang udah kita pelajari. Biarpun ini jadi wawancara perdana aku, berdasarkan artikel-artikel yang pernah aku baca mengenai sesi-sesi wawancara pertanyaannya itu melenceng kemana-mana. Masa 75% nya mengarah kepertanyaan pribadi coba? pake nanyain perihal pernikahan-pernikahan segala. Mana lama pula, coba kamu bayangin interview aja sampai memakan waktu tiga jam!!! udah kayak waktu bobo siang aja "

" Xi xi xi " Liana cekikikan " Kamu pemecah interview terlama bu " Sambil cengengesan meledek puas.

Veln hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

Dan

Tiba-tiba..

Kring kring kring

Kring kring kring

Terdengar suara telfon yang terletak berada diantara Veln dan Liana berdiri diposnya. Mereka pun langsung menghentikan obrolannya.

" Hallo.. iya boss, bagaimana? ada yang bisa dibantu? ok.. siap boss "

Veln mengamati dan memperhatikan sahabatnya yang sibuk mengangkat telfon, lalu tak lama kemudian berkutat kembali dengan pekerjaannya. Terlihat ada dua orang pengunjung dan beberapa orang dibelakangnya tapi sepertinya bukan satu tim yang hendak order menuju kearahnya.

" Selamat siang, silakan mau pesan apa? ada yang bisa dibantu? " Tak lupa menyunggingkan senyum.

" Mba, kami mau secangkir latte dan secangkir cappuccino "

" Baik, ada lagi? "

" Dua potong cheese cake "

" Ok, apa ada tambahan lagi? "

" Sudah itu saja mbak "

" Baik satu latte dan satu cappuccino, ditambah 2 potong cheese cake " Veln mengkonfirmasi ulang.

Setelah keduanya mengangguk, Veln langsung mengulurkan kertas billnya. Dan diakhir transaksi tak lupa mengeluarkan kalimat pamungkas.

" Terima kasih, silakan ditunggu dimeja anda dan selamat menikmati "

Pelanggan berikutnya pun langsung memajukan langkahnya yang sedari tadi menunggu giliran, memesan dua gelas espresso, sepertinya mereka benar-benar niat ingin menikmati kopi disiang menjelang sore ini. Dan pelanggan selanjutnya karena membawa tim lebih banyak jadi mereka pun mengorder lebih banyak dari pelanggan yang sebelumnya yaitu satu gelas americano, dua gelas espresso, secangkir mochaccino dan secangkir cappuccino ditambah beberapa makanan pendamping lainnya seperti dua potong croissant, roti bakar, cheese cake dan strowberry cake yang bertujuan untuk memunculkan sensasi rasa berbeda pada kopi yang diminumnya.

Satu persatu pengunjung pun berlalu dari hadapan Veln dan bergegas menuju meja pelanggan. Dan seperti biasa sembari menunggu orderan datang mereka asik berbincang-bincang terlebih dahulu, ada juga yang sibuk dengan masing-masing ponselnya.

Liana berdiri dengan nampan dan secangkir kopi disamping Veln.

" Apaan tuh? "

" Mochaccino "

" O.. buat? "

" Boss.. Kamu anterin ya bu kelantai dua, keruangan boss "

" Ih.. ogah ah "

" Please dong bu "

" Bak buk bak buk, memang kapan aku nikah sama bapak mu!!! "

Liana nyengir " Ayolah anterin ya? " Memohon " Kamu tau nggak sih, aku tuh suka deg deg nggak jelas tau kalo ketemu si boss "

" Bilang aja jamu naksir sama si boss "

" Sial " gerutu Liana " Makanya biar tidak terjadi hal-hal yang diinginkan, aku minta bantuan sama kamu "

" Enggak " Ucap Veln tegas " Suruh Mila aja tuh " Sembari menunjuk orangnya " Atau Yana " Veln merekomendasikan.

" Sama aja kampret, mereka sama deg-degannya kalo ketemu sama si boss. Lebih parahnya lagi, katanya mereka takut diajak Nikah. Hahaha "

" Diajak nikah gundul mu " Sambil menjitak jidat Liana pelan " Kalo ngarep jangan ketinggian, daripada bermimpi dijadiin istri mending turunin dikit tingkat khayalannya dijadiin selirnya kek atau selingkuhannya, Hahahaa. Lagian kalo mau minta pertolongan yang sopan dong, masa aku dikatain kampret!itu kan namanya keterlaluan "

Liana cengengesan.

" Iya tau mereka pada lebay kalo sudah membahas si boss alias orang nomor satu ditempat ini " Cletuk mas Ali yang sedang berdiri tak jauh dari mereka " Ada yang berasa jantungnya mau copot lah, matanya susah berpaling ke yang lain lah kalo sudah liat si boss, ngomong jadi gagap, mendadak keringet dingin keluar, aneh-aneh lah pokoknya kacau. Padahal saya juga nggak kalah cakep dari si boss " Percaya diri.

Serentak Veln dan Liana saling berpandang mata mendengar kata-kata terakhir Chef Ali alias Mas Ali. Lalu tertawa bersamaan, bukan maksud menghina hanya saja merasa lucu dan geli saja dengan tingkat kepercayaan diri yang dimiliki oleh Mas Ali.

" Baiklah, serahkan padaku " Veln mengalah dan merebut nampan dari tangan Liana " Kalo jantung aku sampai copot kamu tanggung jawab ya! "

" Nggak akan lepas bu, karena dari semua karyawan wanita disini.. keliatannya kamu yang paling tenang. Terbukti, setelah turun dari lantai atas sampai sekarang tidak terdengar suara puja-pujian dari mulut kamu sebagai tanda kekaguman terhadap si boss. Raut wajah juga masih normal.. biasa aja, datar seperti tidak merasa baru ketemu malaikat yang turun dari langit menuju bumi " Berlebihan.

Veln langsung ngleos dengan nampan beserta isinya. Ora urus. Tegas tanpa ragu-ragu menuju tangga, sebelumnya berpapasan dengan Mila.

" Semangat " Sambil cengengesan Mila memberikan semangat.

" Mau nitip salam nggak? " Goda Veln.

" Ha ha haa " Mila malah ngakak merasa sedikit agak konyol.

Lalu, Veln hanya membalas dengan menyunggingkan senyum.

Kembali dia melanjutkan langkahnya menuju lantai dua, menaiki satu persatu anak tangga.

Satu dua tiga empat lima enam tujuh delapan.. membatin dalam hati, menghitungi satu persatu tiap anak tangga yang ia lewati sampai ujung. Benar-benar seperti agak kurang kerjaan.

Setelah sampai dilantai dua bergegas Veln menyusuri jalan menuju ruangan boss nya. Ditatapnya cangkir yang berisikan cappuccino didepan matanya. Mengingatkan Veln dengan kata-kata Liana, soal Barista Nomor Satu.

Apa benar-benar dia seorang Barista?bahkan Liana sampai mendudukkanya diurutan nomor satu?! tidak terlalu berlebihankah???!memang setinggi apa seni yang dimilikinya?sampai-sampai bang Dika harus rela diposisikan menjadi yang nomor dua?!! lihat saja gayanya dengan pakaian formil begitu, mengenakan lengan panjang dan celana katun begitu sudah bak pengusaha besar tingkat internasional tapi tetap terlihat kaku. Jadi mana mungkin kan orang sekaku dia menjadi Barista??! tau sendiri profesi Barista identik dengan orang-orang yang memiliki nilai seni dan ketelatetan tinggi! nah orang ini boro-boro memiliki nilai seni tinggi dan telaten yang ada dia itu tipe-tipe orang yang nggak sabaran, terbukti dari proses wawancara tadi saja dia bahkan tidak mau menunggu lama jawaban atas pertanyaan yang dia lontarkan.

Ya ampun, maaf kan aku Tuhan. Xixixi. Entah kenapa dari awal selalu berpikiran yang tidak-tidak dengan orang itu. Ha ha haa. Veln merasa geli sendiri, menyadari atas prasangka, umpatan atau apalah tentang bossnya sendiri.

Bersambung..

Hallo.. Baca novel receh kedua author juga ya berjudul Menggoda. Tks😙

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!