Hidden Love
Kicauan burung memenuhi pagi ketika seorang gadis baru saja membuka mata. Mentari belum menampakkan diri, waktu juga masih menunjukkan pukul 06.00 WITA. Tapi, Dyana sudah bangun untuk bersiap-siap ke sekolah.
Dyana masih bungkam seribu bahasa. Dia masih mencoba mengumpulkan kesadarannya. Bisa dibilang kebiasaannya setiap pagi menghayal. Setelah beberapa menit dia baru akan pergi mandi. Meskipun pagi ini Dyana masih merasa sangat ngantuk tapi dia memaksa dirinya untuk tetap bersemangat.
Setelah siap , Dyana yang akrab disapa Dy langsung mengayuh sepedanya menuju sekolah. Perlahan sepeda yang dinaiki Dyana menjauh dari rumah sederhana di ujung gang. Ibunya terus memandangi anaknya itu dengan tatapan heran. Bagaimana tidak, Dyana yang sudah SMA masih saja menguncir rambutnya yang pirang. Warna rambut itu diwariskan oleh Almarhum Bapaknya.
Setelah lima belas menit perjalanan, akhirnya Dyana sampai di SMA N 1 TJ. Dyana yang baru memasuki gerbang seakan disambut siswa-siswi dengan tatapan heran seperti baru kali ini ada siswa SMA yang yang datang menaiki sepeda.
Dyana tak mempedulikan itu semua. Ia langsung memarkirkan sepedanya layak seperti motor-motor lain.
Baru saja Dyana memarkirkan sepedanya, tiba-tiba sahabatnya memanggil menyuruh cepat. Mimiknya menandakan seperti mengatakan sesuatu yang mendesak. Tentunya Dyana yang penasaran langsung berlari menuju ke sumber suara.
Dewi mengisyaratkan Dyana untuk berhati-hati tapi Dyana menghiraukannnya. Saking terlalu fokus ke satu arah, Dyana tak sengaja menabrak seseorang yang baru lewat. Dy terjatuh, lututnya menghantam kerasnya tanah.
"Aduh!" pekik Dyana memejamkan matanya takut. Dulu ia pernah dengan tak sengaja menabrak orang lalu dia dipukul karena menghancurkan belanjaan wanita tersebut.
Melihat gadis yang di depannya terjatuh. Cowok yang tetap berdiri tegak berniat membantu Dyana.
"Hey, kamu tidak apa-apa? Sini aku bantu." Katanya sambil mengulurkan tangan.
Mendengar suara itu, Dyana akhirnya berani melihat melihat siapa yang ia tabrak. Dy tertegun, ternyata seorang cowok ganteng berbadan tegap dan tinggi sedang mengulurkan tangannya.
Ada rasa kagum di hati Dyana. Ternyata cowok di depannya sama sekali tidak marah justru malah menolongnya. Karena masih tidak percaya Dyana tetap diam tak bergeming berusaha meyakinkan dirinya tidak salah lihat.
Cowok itu makin heran dengan cewek yang masih diam terduduk di tanah. Sampai-sampai ia bertanya kembali untuk memastikan.
"Hello! Mau dibantu apa tidak?" katanya sambil membuyarkan lamunan Dyana dengan tangannya.
Dyana terkesiap karena cowok di depannya melambaikan tangan di depan matanya.
"Ah, iya-iya." Jawab Dyana gugup sambil meneima uluran tangan orang di depannya.
"Ganteng sekali," batin Dyana.
Dyana langsung membersihkan lutut beserta roknya. Dyana merasa sangat malu, konyol bercampur gugup melihat ketampanan cowok di depannya.
Baru saja Dyana akan meminta maaf dan berterima kasih tetapi cowok itu keburu hilang dari pandangannya.
Dyana segera mencari-cari menoleh kiri kanan, ternyata dia menghampiri seorang cewek di sana.
"Kenapa sepertinya aku merasa kecewa. Apa karena aku tak sempat meminta maaf?" Perasaan Dyana aneh ketika melihat cowok tersebut buru-buru pergi.
"Yah, sudahlah." Dyana menghempas perasaan anehnya sambil melangkah dengan gontai menuju ke tempat sahabatnya yang masih berdiri mematung melihat ke arah Dyana bergantian ke arah Sastra yang sedang berbincang dengan seorang cewek di sana.
***
Dyana's POV
Aku memang mencintaimu tapi aku tak ingin menyampaikannya.
Bahkan memandang wajahmu saja aku takut.
Aku tahu yang bisa ku lakukan hanyalah mencintaimu dalam diam.
Karena ku tahu hatimu milik orang lain. Biarlah rasa ini tetap sama sejak tiga tahun lalu.
Hatinya seperti berpuisi saat mengingat kejadian memalukan tiga tahun lalu yang telah membuatnya jatuh cinta. Meskipun dalam diam.
Sekarang ini Dy dan sahabatnya duduk di depan kelas. Mereka biasa melakukan ini setiap hari saat jam istirahat
"Sayang, kamu kok kemarin ga balas chat aku? Harusnya kamu tuh setiap detik ada untuk aku. Kamu harus prioritasin aku dong!gimana sih." Dewi langsung mengintrogasi pacarnya yang baru saja ikut duduk
Dewi adalah sahabat Dy yang over protective terhadap pasangannya. Setiap hari ia akan menanyai pacarnya hanya gara-gara chat yang tidak dibalas.
"Aku kan juga punya kesibukan, kamu tolong ngerti ya? Nanti aku ajak jalan deh." Rony, pacar Dewi mencoba untuk merayu agar pacarnya berhenti bertanya hal sepele.
"Tumben. Jalan kemana?" tanya Dewi girang sekaligus penasaran.
"Jalan pulang lah." Cowok yang akrab disapa Ony langsung pergi berlari sambil terbahak-bahak. Dia kabur karena Dewi selalu mengintrogasinya. Padahal dia sengaja tidak membalas pesan Dewi karena jika dibalas ia tidak bisa diajak berhenti mengobrol. Apalagi Rony sangat suka main game di handphonenya.
Dyana yang berada di sampingnya hanya cuek memainkan handphone tanpa peduli dengan sahabatnya. Dyana sudah terbiasa hingga tak peduli dengan rengekan sahabatnya yang memanggil-manggil Rony yang sudah menjauh. Namun, fokus Dyana terganggu ketika seseorang lewat disambut riuh cewek-cewek berteriak.
Sastra lewat di samping kelasnya.
"Sudah ku duga, dia lewat ke sini." Dy bergumam sendiri.
Dewi yang menyadari kemudian bertanya,
"Kenapa kok ngomong sendiri, sih?" Dewi menepuk bahu Dyana keheranan.
Dy lagi-lagi menghiraukan ocehan sahabatnya. Karena orang yang dilihatnya sejak tadi, malah berbelok menuju arahnya. Itu membuat Dyana semakin deg-degan.
Sastra makin dekat terus mendekat, hingga jantung Dy seakan mau lepas dari peradabannya. Dia lalu masuk kelas Dy dan menemui pacarnya yang sedang melancong ke kelasnya. Dy lagi-lagi merasa tersayat saat melihat gebetannya menemui Sekar. Padahal tadi Dy merasa Sastra tersenyum padanya. Tapi, senyum itu sudah membuat Dyana berharap dan terus merasa bawa perasaan setiap kali Sastra lewat di hadapannya.
"Selalu saja seperti ini bertahun-tahun lamanya. Aku hampir tak sanggup." Dyana mengelus dadanya sendiri untuk menguatkan hatinya.
Dewi yang melihat itu langsung peka mengetahui sahabatnya sedang menyukai Sastra. Tapi Dewi memilih diam agar tidak menyakiti perasaan Dyana.
"Ke kantin, yuk!" Dewi menepuk bahu Dyana agar berhenti melamun.
"Yuk!" Jawab Dyana refleks padahal tidak mendengar apa yang Dewi katakan.
Dyana berjalan menuju kantin dengan masih memikirkan apa yang ia rasakan.
"Kenapa kamu harus mencintai orang yang sudah punya pacar. Memangnya tidak ada cowok selain dia?" Tanya Dyana pada dirinya sendiri.
Dyana tak sadar kalau sedari tadi Dewi terus memerhatikannya dengan heran.
"Dy, kamu mikirin apa dari tadi?" Tanya Dewi memecah keheningan.
"Ngga. Cuma mikirin ulangan tadi." Dyana menjawab dengan santai agar Dewi tidak mengetahui Dyana sedang sakit diam-diam menyukai orang yang sudah punya pacar.
"Yaudah. Gausah dipikirin, kamu pasti tetap juara kok." Dewi mencoba menghibur meski tahu Dyana berbohong padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
W.Willyandarin
Keren thor cerita nya 👍👍👍
Jangan lupa mampir di cerita saya yang berjudul cinta abdinegara di tunggu feedback nya 🤗🤗🤗
Terimakasih 🙏🙏🙏
2020-08-14
1
🍾⃝Tᴀͩɴᷞᴊͧᴜᷡɴͣɢ🇵🇸💖
Ahaaaiiii aku penasaran dg Karyamu, alurnya bagus dan ringan. Ada beberapa tanda baca mu yang terbang. Silahkan baca ulang Thor.
Kisah dyana. Seru, aku suka langsung favorit.
Salam OB KERUDUNG BIRU.
2020-08-02
1
Keita Puspa
Halo, thor... Ijinkan saya promosi ya ^^
Untuk yang suka teenlit baca He Is Not My Brother, ya ^^
Mengisahkan seorang gadis yang baru masuk SMA dan terjebak brotherzone dengan sahabat kakaknya sendiri.
2020-06-14
1