Agatha Dan Jeno
Agatha membalas lambaian Renami sekilas lalu menghampiri kakaknya yang kebetulan sama sudah menunggu.
"Maaf ya kak, Agatha telat keluarnya.."
Pria yang terlihat cuek itu hanya mengangguk. Tanpa banyak kata Agatha naik ke atas motor ninja sang kakak.
"Jangan sampe gue jemput lo lagi kayak gini. Inget! Gue bukan kakak kandung lo!" terangnya dengan sangat kejam dan terkesan dingin.
Agatha memberengut sedih. Padahal Agatha senang saat tahu kalau dirinya akan memiliki kakak walau bukan kandung. Agatha terlalu kesepian, sendirian di saat sang mama pergi berbisnis.
"Dan inget juga! Kita belum sah saudaraan, bokap gue belum ngiket nyokap lo!" ketusnya lagi lalu mulai melajukan motornya dengan kencang.
Walau takut pada kakaknya itu, terpaksa Agatha memeluknya dari pada terjengkang jatuh ke belakang.
...***...
Hari berikutnya...
Agatha menggigit bibirnya gugup dengan pandangan terus menatap kendaraan yang berlalu lalang.
Katanya hari ini kakaknya akan menjemput tapi sudah dua jam dirinya menunggu, kakaknya itu belum juga muncul.
Agatha semakin cemas saat jam yang melingkar di tangannya menunjukan pukul 17 : 57 WIB.
Suasana sekolahan semakin sepi, bahkan di jalanan pun sedikit jarang kendaraan yang melintas. Satpam sekolah sudah pulang satu jam lalu.
Agatha kembali mendial nomor sang kakak."Engga aktif..." gumamnya dengan mata mulai berkaca - kaca. Rasa takut kian menyapa. Agatha sangat gelisah.
Jam terus berputar, malam pun sudah menjemput. Agatha menangis dengan memeluk lutut. Sepi dan mencekam.
Hingga cahaya menyorot ke arah wajahnya yang basah. Deru mobil pun berhenti, suara pintu mobil yang di tutup kasar pun terdengar.
"Selalu mengganggu!"
Agatha berdiri lalu berlari ke arah sang kakak."Kak Jeno! Hiks.." isaknya penuh kelegaan.
Jeno menarik tangan Agatha cukup kasar lalu mendorongnya masuk ke dalam mobil.
...***...
Jeno menghimpit Agatha yang sudah terpojok di pintu mobil."Lo tahu apa yang udah lo lakuin?" tanya Jeno dengan penuh amarah.
Agatha menggeleng takut, Jeno mendaratkan kecupan di pipi Agatha.
"Gue lagi bercinta sama cewek gue dan gara - gara lo gue harus berhenti!"
Agatha menggigil semakin ketakutan."Agatha engga ganggu kakak, nomor kakak ga aktif.." belanya.
Jeno tersenyum miring lalu memulai aksinya. Agatha hanya bisa menangis dan menjerit.
...***...
Agatha duduk di atas kasur dengan tatapan kosong. Semalam adalah malam terburuk baginya. Teganya Jeno sang kakak tiri memperkosanya di dalam mobil.
Agatha kembali terisak. Di tambah hari ini rumah sangat sepi, sang pelayan cuti dua hari. Sang ibu sibuk dengan peresmian kantor cabang baru. Calon kakak tirinya entah di mana, benar - benar tidak bertanggung jawab!
Sedikit tertatih, Agatha turun dari kasur. Berjalan keluar kamar menuju dapur. Agatha ingin bercerita tapi pada siapa, ingin melaporkan perbuatan kakaknya tapi dia takut.
"Udah bisa jalan?"
Agatha tersentak kaget lalu menoleh ke arah asal suara.
Jeno berjalan ke arahnya lalu berhenti tepat di depan Agatha. Tanpa merasa bersalah.
Agatha mulai bergetar takut, tak berani juga menatap mata Jeno. Soalnya kejadian semalam mulai terbayang dan baginya malam itu terlalu menyakitkan.
Jeno meraih tangan Agatha lalu menuntunnya pelan ke arah dapur.
"Makan!" perintahnya ketus.
Agatha mengangguk kaku lalu duduk dan mulai menyantap makanannya tanpa melirik Jeno yang duduk di seberangnya.
Menit demi menit telah berlalu, Agatha sudah menghabiskan sarapannya walau sebenarnya malas dan tidak berselera.
Agatha mencuri pandangan ke arah Jeno yang sama sepertinya, sudah selesai makannya.
"Soal semalam jangan kasih tahu siapa - siapa.." wajahnya di pasang dingin. Namun sorot matanya penuh ancaman, wajah tampan kakaknya itu tenggelam oleh ekspresi seramnya kini.
Agatha menunduk, hatinya kembali sakit. Nada ucapan Jeno pun begitu dingin dan terdengar kejam. Bukannya meminta maaf, padahal Agatha hanya butuh itu agar jiwanya tenang.
"Agatha a-akan lupain kok, toh Agatha tahu engga akan terjadi lagikan?" tanya Agatha ragu dan takut.
"Kata siapa? Kejadian semalam akan terus terulang.." terang Jeno dengan menyorot tajam mata Agatha yang bergetar dan terguncang.
...***...
Agatha menarik selimutnya dengan masih terus terisak tersedu - sedu. Jeno yang sangat terganggu di samping Agatha, meliriknya tajam.
"Berisik!" bentak Jeno dengan kejamnya.
Agatha menekan mulutnya dengan air mata yang terus mengalir. Agatha ingin meminta tolong, tapi bibirnya seolah bisu. Haruskah dia mengadu? dan menjadi korban perkosaan? Agatha takut dan bingung.
Jeno membawa Agatha agar mendekat ke arahnya dengan sedikit kasar dan memaksa.
"Sampai kapan pun gue engga akan biarin mereka nikah!" desis Jeno di telinga Agatha."gue ancurin lo biar dia sadar! Beraninya dia usik gue dan paksa gue buat setuju!" lanjutnya dengan menatap lurus mata Agatha yang sembab dan bergetar takut.
Agatha tidak mengerti, kenapa harus dia yang di korbankan?
Rahang Jeno mengeras, dengan kasar Jeno melepas Agatha dari kuasanya lalu beranjak meraih celananya yang terongok di lantai.
Ponsel Jeno berbunyi, dengan santai Jeno meraih ponselnya.
"Paan?" tanyanya setelah ponsel menempel di telinganya.
"Engga perlu! Gue udah punya mainan baru kok, gratis juga.." ujarnya seraya menatap Agatha dengan senyum miring.
Jeno menghampiri Agatha lalu mengusap pipinya sekilas. Dengan mata yang basah, Agatha hanya menatap Jeno penuh amarah namun takut juga.
"Gue ke sana sebentar lagi, masih lemes kali, baru beres gue.." jelasnya seraya beranjak menjauhi Agatha lalu meraih kaosnya dan jaket jeansnya.
"Hmm, duluan aja mungkin malam ini gue engga ke sana, oke sip..." sambungan pun terputus.
Jeno memunguti pakaian Agatha yang sobek akibat ulahnya lalu memasukkannya ke dalam tasnya.
Jeno kembali membawa langkahnya menuju lemari Agatha untuk mengambil baju tidur. Jeno menarik Agatha agar duduk, dengan paksa Jeno memakaikan baju Agatha.
Setelah itu Jeno kembali menaiki kasur Agatha yang berantakan lalu menghimpit kedua pipi Agatha dengan tatapan yang tajam penuh peringatan.
"Hati - hati sama pandangan lo! Liatin gue kayak tadi, habis lo sama gue!" ancam Jeno seraya melepas cengkraman di pipi Agatha cukup kasar.
Agatha melembutkan tatapannya lalu mengangguk. Jeno menjauh dan merebahkan tubuhnya di samping Agatha.
"Mereka pulang minggu depan, kita puas - puasin, lusa lo baru boleh sekolah..."
Gelap sudah dunianya, Agatha merasa semua hancur.
...***...
Renami menatap Agatha dalam, tanpa Agatha sadari.
'Beberapa hari terakhir ini Agatha terlihat suram, sekelebat aku bisa lihat kalau dia nangis tiap malem tapi kalau di tanya dia selalu jawab ga papa, mungkin Agatha belum siap cerita...'
Agatha menoleh, menatap Renami heran lalu setelahnya melempar senyum yang di paksakan.
"Aku engga papa, pokoknya jangan di bahas dan di terawang, aku belum siap cerita."
Renami pun mengangguk patuh, tidak ingin melanggar privasi juga.
"Oke, hari ini jadi main?" tanya Renami seraya merapihkan buku ke dalam tasnya.
"Maaf hari ini aku engga bisa."
...***...
Agatha mengekor di belakang Jeno yang kini membawanya ke sebuah tempat sepertinya tongkrongan bersama teman - temannya.
Jeno meraih tangan Agatha sedikit kasar membuat Agatha sedikit meringis.
Jeno menatap semua teman - temannya yang bersorak menyambut kedatangannya.
"Oh jadi ini, ck! Pantes lo betah Jen tapi sayang lo engga suka berbagi!" celetuk Megi yang kini bertos ria dengan Jeno.
Jeno tersenyum miring lalu melirik Agatha yang menunduk takut.
"Kalau bosen gue kasih." jawab Jeno enteng.
Agatha menatap Jeno tak percaya dan bergetar takut. Rasanya dia ingin mengadu pada sang mama tentang perlakuan kakak tirinya itu tapi setiap sang mama di telepon olehnya selalu saja asistennya yang menjawab dengan alasan sibuk mempersiapkan proyek barunya. Sampai tidak terasa waktu pun berlalu, yang membuat Agatha kecewa adalah kenapa sang mama tidak cepat - cepat balik menelponnya.
Jeno menatap semua teman - temannya dengan wajah yang kembali dingin.
"Gimana? Sukses?" tanya Jeno masih dalam posisi berdiri dengan tangan menggengam tangan Agatha.
Agatha hanya sibuk menunduk, benar - benar situasi yang membuatnya sangat tidak nyaman, di tambah kepulan rokok yang menyesakkan.
"Sukses ck! Gue kira barang bagus, udah engga bro!" terang Sahrul yang kini tengah berjongkok tidak jauh dari tempat Jeno berdiri.
Agatha sesekali melirik teman - teman Jeno yang memakai seragam SMAnya berantakan, lusuh namun wajah mereka tidak terlalu buruk, masih masuk ke dalam kategori tampan dan manis, hanya pakaiannya saja yang tidak di tata rapih dan baik.
"Lo yakin engga mau? Ni cewe gede banget bro!" celetuk Megi, cowok yang tengah berdiri di dekat pintu seraya meremas - remas angin seolah memperagakan sesuatu.
Agatha melirik Jeno yang tak berekspresi sama sekali. Agatha curiga kalau calon kakak tirinya ini playboy yang merusak gadis - gadis atau bahkan menjual gadis - gadis pada temannya atau bahkan...
Sepertinya Agatha tidak bisa melanjutkan kembali pikirannya yang semakin tidak jelas menerka - nerka.
Jeno melirik Agatha membuat Agatha tersentak, seperti tertangkap basah karena menatapnya.
Jeno menghimpit kedua pipi Agatha dengan satu tangannya hingga Agatha mendongkak ke arahnya.
"Gue belum puas sama dia." ujar Jeno santai seraya melepaskan pipi Agatha sedikit kasar membuat Agatha mundur satu langkah.
Mata Agatha kian basah, rasanya sakit di perlakukan rendah seperti itu. Agatha menunduk seraya mengusap air matanya.
"Ck! Lo emang selalu ga berperasaan bro!" ledek Oska yang di sambut tawa pelan dari semua teman Jeno.
Tangan yang masih di genggam Jeno bergetar, Agatha benar - benar terluka dan ketakutan.
Jeno menatap tangan Agatha yang ada di genggamannya itu lalu menatap teman - temannya.
"Gue cuma mampir sebentar, sorry.."
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
Erviana Erastus
benar2 bejat loe jeno moga loe dapat balasan yg setimpal
2023-03-05
0
Marmott🐻
jeno kenapa kejam banget sih
2021-10-19
0
Adelina Damayanti
AQ udah 4x baca
2021-09-02
0