NovelToon NovelToon

Agatha Dan Jeno

1

    Agatha membalas lambaian Renami sekilas lalu menghampiri kakaknya yang kebetulan sama sudah menunggu.

"Maaf ya kak, Agatha telat keluarnya.."

Pria yang terlihat cuek itu hanya mengangguk. Tanpa banyak kata Agatha naik ke atas motor ninja sang kakak.

"Jangan sampe gue jemput lo lagi kayak gini. Inget! Gue bukan kakak kandung lo!" terangnya dengan sangat kejam dan terkesan dingin.

Agatha memberengut sedih. Padahal Agatha senang saat tahu kalau dirinya akan memiliki kakak walau bukan kandung. Agatha terlalu kesepian, sendirian di saat sang mama pergi berbisnis.

"Dan inget juga! Kita belum sah saudaraan, bokap gue belum ngiket nyokap lo!" ketusnya lagi lalu mulai melajukan motornya dengan kencang.

Walau takut pada kakaknya itu, terpaksa Agatha memeluknya dari pada terjengkang jatuh ke belakang.

...***...

Hari berikutnya...

Agatha menggigit bibirnya gugup dengan pandangan terus menatap kendaraan yang berlalu lalang.

Katanya hari ini kakaknya akan menjemput tapi sudah dua jam dirinya menunggu, kakaknya itu belum juga muncul.

Agatha semakin cemas saat jam yang melingkar di tangannya menunjukan pukul 17 : 57 WIB.

Suasana sekolahan semakin sepi, bahkan di jalanan pun sedikit jarang kendaraan yang melintas. Satpam sekolah sudah pulang satu jam lalu.

Agatha kembali mendial nomor sang kakak."Engga aktif..." gumamnya dengan mata mulai berkaca - kaca. Rasa takut kian menyapa. Agatha sangat gelisah.

Jam terus berputar, malam pun sudah menjemput. Agatha menangis dengan memeluk lutut. Sepi dan mencekam.

Hingga cahaya menyorot ke arah wajahnya yang basah. Deru mobil pun berhenti, suara pintu mobil yang di tutup kasar pun terdengar.

"Selalu mengganggu!"

Agatha berdiri lalu berlari ke arah sang kakak."Kak Jeno! Hiks.." isaknya penuh kelegaan.

Jeno menarik tangan Agatha cukup kasar lalu mendorongnya masuk ke dalam mobil.

...***...

Jeno menghimpit Agatha yang sudah terpojok di pintu mobil."Lo tahu apa yang udah lo lakuin?" tanya Jeno dengan penuh amarah.

Agatha menggeleng takut, Jeno mendaratkan kecupan di pipi Agatha.

"Gue lagi bercinta sama cewek gue dan gara - gara lo gue harus berhenti!"

Agatha menggigil semakin ketakutan."Agatha engga ganggu kakak, nomor kakak ga aktif.." belanya.

Jeno tersenyum miring lalu memulai aksinya. Agatha hanya bisa menangis dan menjerit.

...***...

Agatha duduk di atas kasur dengan tatapan kosong. Semalam adalah malam terburuk baginya. Teganya Jeno sang kakak tiri memperkosanya di dalam mobil.

Agatha kembali terisak. Di tambah hari ini rumah sangat sepi, sang pelayan cuti dua hari. Sang ibu sibuk dengan peresmian kantor cabang baru. Calon kakak tirinya entah di mana, benar - benar tidak bertanggung jawab!

Sedikit tertatih, Agatha turun dari kasur. Berjalan keluar kamar menuju dapur. Agatha ingin bercerita tapi pada siapa, ingin melaporkan perbuatan kakaknya tapi dia takut.

"Udah bisa jalan?"

Agatha tersentak kaget lalu menoleh ke arah asal suara.

Jeno berjalan ke arahnya lalu berhenti tepat di depan Agatha. Tanpa merasa bersalah.

Agatha mulai bergetar takut, tak berani juga menatap mata Jeno. Soalnya kejadian semalam mulai terbayang dan baginya malam itu terlalu menyakitkan.

Jeno meraih tangan Agatha lalu menuntunnya pelan ke arah dapur.

"Makan!" perintahnya ketus.

Agatha mengangguk kaku lalu duduk dan mulai menyantap makanannya tanpa melirik Jeno yang duduk di seberangnya.

Menit demi menit telah berlalu, Agatha sudah menghabiskan sarapannya walau sebenarnya malas dan tidak berselera.

Agatha mencuri pandangan ke arah Jeno yang sama sepertinya, sudah selesai makannya.

"Soal semalam jangan kasih tahu siapa - siapa.." wajahnya di pasang dingin. Namun sorot matanya penuh ancaman, wajah tampan kakaknya itu tenggelam oleh ekspresi seramnya kini.

Agatha menunduk, hatinya kembali sakit. Nada ucapan Jeno pun begitu dingin dan terdengar kejam. Bukannya meminta maaf, padahal Agatha hanya butuh itu agar jiwanya tenang.

"Agatha a-akan lupain kok, toh Agatha tahu engga akan terjadi lagikan?" tanya Agatha ragu dan takut.

"Kata siapa? Kejadian semalam akan terus terulang.." terang Jeno dengan menyorot tajam mata Agatha yang bergetar dan terguncang.

...***...

Agatha menarik selimutnya dengan masih terus terisak tersedu - sedu. Jeno yang sangat terganggu di samping Agatha, meliriknya tajam.

"Berisik!" bentak Jeno dengan kejamnya.

Agatha menekan mulutnya dengan air mata yang terus mengalir. Agatha ingin meminta tolong, tapi bibirnya seolah bisu. Haruskah dia mengadu? dan menjadi korban perkosaan? Agatha takut dan bingung.

Jeno membawa Agatha agar mendekat ke arahnya dengan sedikit kasar dan memaksa.

"Sampai kapan pun gue engga akan biarin mereka nikah!" desis Jeno di telinga Agatha."gue ancurin lo biar dia sadar! Beraninya dia usik gue dan paksa gue buat setuju!" lanjutnya dengan menatap lurus mata Agatha yang sembab dan bergetar takut.

Agatha tidak mengerti, kenapa harus dia yang di korbankan?

Rahang Jeno mengeras, dengan kasar Jeno melepas Agatha dari kuasanya lalu beranjak meraih celananya yang terongok di lantai.

Ponsel Jeno berbunyi, dengan santai Jeno meraih ponselnya.

"Paan?" tanyanya setelah ponsel menempel di telinganya.

"Engga perlu! Gue udah punya mainan baru kok, gratis juga.." ujarnya seraya menatap Agatha dengan senyum miring.

Jeno menghampiri Agatha lalu mengusap pipinya sekilas. Dengan mata yang basah, Agatha hanya menatap Jeno penuh amarah namun takut juga.

"Gue ke sana sebentar lagi, masih lemes kali, baru beres gue.." jelasnya seraya beranjak menjauhi Agatha lalu meraih kaosnya dan jaket jeansnya.

"Hmm, duluan aja mungkin malam ini gue engga ke sana, oke sip..." sambungan pun terputus.

Jeno memunguti pakaian Agatha yang sobek akibat ulahnya lalu memasukkannya ke dalam tasnya.

Jeno kembali membawa langkahnya menuju lemari Agatha untuk mengambil baju tidur. Jeno menarik Agatha agar duduk, dengan paksa Jeno memakaikan baju Agatha.

Setelah itu Jeno kembali menaiki kasur Agatha yang berantakan lalu menghimpit kedua pipi Agatha dengan tatapan yang tajam penuh peringatan.

"Hati - hati sama pandangan lo! Liatin gue kayak tadi, habis lo sama gue!" ancam Jeno seraya melepas cengkraman di pipi Agatha cukup kasar.

Agatha melembutkan tatapannya lalu mengangguk. Jeno menjauh dan merebahkan tubuhnya di samping Agatha.

"Mereka pulang minggu depan, kita puas - puasin, lusa lo baru boleh sekolah..."

Gelap sudah dunianya, Agatha merasa semua hancur.

...***...

Renami menatap Agatha dalam, tanpa Agatha sadari.

'Beberapa hari terakhir ini Agatha terlihat suram, sekelebat aku bisa lihat kalau dia nangis tiap malem tapi kalau di tanya dia selalu jawab ga papa, mungkin Agatha belum siap cerita...'

Agatha menoleh, menatap Renami heran lalu setelahnya melempar senyum yang di paksakan.

"Aku engga papa, pokoknya jangan di bahas dan di terawang, aku belum siap cerita."

Renami pun mengangguk patuh, tidak ingin melanggar privasi juga.

"Oke, hari ini jadi main?" tanya Renami seraya merapihkan buku ke dalam tasnya.

"Maaf hari ini aku engga bisa."

...***...

Agatha mengekor di belakang Jeno yang kini membawanya ke sebuah tempat sepertinya tongkrongan bersama teman - temannya.

Jeno meraih tangan Agatha sedikit kasar membuat Agatha sedikit meringis.

Jeno menatap semua teman - temannya yang bersorak menyambut kedatangannya.

"Oh jadi ini, ck! Pantes lo betah Jen tapi sayang lo engga suka berbagi!" celetuk Megi yang kini bertos ria dengan Jeno.

Jeno tersenyum miring lalu melirik Agatha yang menunduk takut.

"Kalau bosen gue kasih." jawab Jeno enteng.

Agatha menatap Jeno tak percaya dan bergetar takut. Rasanya dia ingin mengadu pada sang mama tentang perlakuan kakak tirinya itu tapi setiap sang mama di telepon olehnya selalu saja asistennya yang menjawab dengan alasan sibuk mempersiapkan proyek barunya. Sampai tidak terasa waktu pun berlalu, yang membuat Agatha kecewa adalah kenapa sang mama tidak cepat - cepat balik menelponnya.

Jeno menatap semua teman - temannya dengan wajah yang kembali dingin.

"Gimana? Sukses?" tanya Jeno masih dalam posisi berdiri dengan tangan menggengam tangan Agatha.

Agatha hanya sibuk menunduk, benar - benar situasi yang membuatnya sangat tidak nyaman, di tambah kepulan rokok yang menyesakkan.

"Sukses ck! Gue kira barang bagus, udah engga bro!" terang Sahrul yang kini tengah berjongkok tidak jauh dari tempat Jeno berdiri.

Agatha sesekali melirik teman - teman Jeno yang memakai seragam SMAnya berantakan, lusuh namun wajah mereka tidak terlalu buruk, masih masuk ke dalam kategori tampan dan manis, hanya pakaiannya saja yang tidak di tata rapih dan baik.

"Lo yakin engga mau? Ni cewe gede banget bro!" celetuk Megi, cowok yang tengah berdiri di dekat pintu seraya meremas - remas angin seolah memperagakan sesuatu.

Agatha melirik Jeno yang tak berekspresi sama sekali. Agatha curiga kalau calon kakak tirinya ini playboy yang merusak gadis - gadis atau bahkan menjual gadis - gadis pada temannya atau bahkan...

Sepertinya Agatha tidak bisa melanjutkan kembali pikirannya yang semakin tidak jelas menerka - nerka.

Jeno melirik Agatha membuat Agatha tersentak, seperti tertangkap basah karena menatapnya.

Jeno menghimpit kedua pipi Agatha dengan satu tangannya hingga Agatha mendongkak ke arahnya.

"Gue belum puas sama dia." ujar Jeno santai seraya melepaskan pipi Agatha sedikit kasar membuat Agatha mundur satu langkah.

Mata Agatha kian basah, rasanya sakit di perlakukan rendah seperti itu. Agatha menunduk seraya mengusap air matanya.

"Ck! Lo emang selalu ga berperasaan bro!" ledek Oska yang di sambut tawa pelan dari semua teman Jeno.

Tangan yang masih di genggam Jeno bergetar, Agatha benar - benar terluka dan ketakutan.

Jeno menatap tangan Agatha yang ada di genggamannya itu lalu menatap teman - temannya.

"Gue cuma mampir sebentar, sorry.."

...***...

2

Agatha terhenyak saat Jeno melempar tubuh kecilnya ke sofa. Agatha menatap Jeno penuh kekesalan. Rasanya ingin berontak tapi lagi - lagi keberaniannya menguap.

"Tatapan lo!" desis Jeno seraya meraih kasar tangan Agatha, membuat Agatha bangun dengan sedikit terseret.

"Sakit kak" cicit Agatha dengan pandangan yang kembali bergetar takut.

Jeno menarik tengkuk Agatha, dengan rahang mengeras dia tatap Agatha hingga ketakutan.

Jeno masih tidak terganggu, dengan di lingkupi rasa kesal dia melepaskan Agatha.

Jeno merasa semakin tidak terkendali saat menatap Agatha yang semakin mirip dengan sang ibu yang kini entah di mana dengan suami brondongnya.

Wajah dengan ekspresi lembutnya dan senyum hangatnya yang dulu pernah Jeno lihat benar - benar membuat Jeno hanya ingin menyakitinya, membuatnya hancur. Agatha adalah pelampiasannya atas kekecewaannya terhadap kenyataan.

Jeno benar - benar tidak terkendali, bahkan tanpa sadar Jeno hampir saja mencekik Agatha kalau saja isakan Agatha tidak terdengar.

Jeno terengah seraya mundur satu langkah menatap Agatha yang kini semakin terisak dengan tubuh bergetar ketakutan.

Jeno menatap tangan Agatha yang di cekalnya kuat. Jeno melepas tangan Agatha yang kini memerah.

Jeno menyugar rambutnya hingga acak - acakkan lalu menggeram kesal. Di tatapnya kembali Agatha.

"Terlanjur, engga akan bisa mundur.." gumam Jeno seraya menarik Agatha.

...***...

Jeno melilitkan handuknya di pinggang lalu berlalu keluar menghampiri Agatha yang tengah duduk dengan tatapan menatap jendela yang belum tertutup.

terlihat penuh beban dan mati rasa. Jeno berusaha tidak terganggu, semua salah orang tuanya yang mengusiknya.

Jeno mengusap sekilas kepala Agatha."Mandi!" perintahnya dengan tegas. tindakan dan ucapan benar - benar bertolak belakang.

Agatha beranjak dengan lesu, tenaganya benar - benar terasa habis. Jiwanya terasa kosong.

Jeno meraih ponselnya yang terus berdering. Beberapa panggilan tak terjawab dari Oska. Jeno pun mendial nomor Oska.

"Hallo Wa! Ck! Asyik bener muasin si dedek sampe lupa sama kite - kite.." sembur Oska.

Jeno mengabaikannya."Kenapa?" tanyanya malas.

"Oh itu, malam ini kita mau nongkrong di club si Ansor mau ikut? Kalo mau kita pesenin tempat sama cewe haha.." tawa Oskar menggelegar penuh kesenangan.

Jeno masih tidak terganggu."Engga, cape.."balas Jeno seraya membuka kamar mandi.

Jeno menatap Agatha yang berdiri hampir telanjang menghadap kaca tanpa sadar dengan kedatangannya.

Tanpa kata Jeno mematikan sambungan secara sepihak lalu menyimpan ponselnya asal.

Jeno menatap Agatha dari atas hingga bawah, tubuhnya memang bagus, pantas saja dirinya suka.

Belum sempat Jeno mendekati Agatha, ponselnya kembali berdering membuatnya berdecak sekaligus membuat Agatha tersadar.

Jeno meraih ponselnya, ternyata dari sang papa.

"Ada apa?" sapa Jeno saat ponselnya menempel di telinga.

"Kamu sapa papa kayak gitu? Dasar anak bandel! Dan ini apa? Kamu habisin uang buat apa sampe hampir 50 juta. Kamu masih sekolah Jeno!" amuknya di sebrang sana.

Jeno meringis malas."Udah? Jeno tutup!" kesalnya.

"Tunggu! Kamu jaga Agatha kan? Papa pulang minggu depan sama mama Agatha, kita pulang sekaligus bicara soal pernikahan mama Agatha sama papa.."

Dengan tidak sopannya Jeno mematikan sambungan lalu melempar ponselnya hingga rusak terpecah belah di lantai.

Nafas Jeno memburu, merasa kesal karena tidak ada satu pun yang mengerti dirinya. Entah itu ibu entah itu ayahnya, keduanya sama saja hanya berkehendak semaunya tanpa memikirkan perasaannya. Baik dia pun mulai saat ini akan bertindak seenaknya.

Jeno berbalik menatap Agatha yang sudah memakai Kimono.

Jeno menangkup kedua pipi Agatha."Hamil anak gue oke?" tanya Jeno dengan smirk menghiasi bibirnya.

Jeno benar - benar sudah hilang kendali, marah, kecewa, merasa tidak adil. Semua rasa yang menyakitkan seolah terkumpul dalam jiwanya hingga membentuk karakter baru dalam dirinya.

Jeno tidak akan baik lagi, karena kenyataan pun jahat padanya.

***

 "Hamil anak gue oke?"

Setelah mengucapkan itu Agatha pikir dirinya akan kembali melakukan hal terlarang itu. Tapi Jeno malah berlalu pergi meninggalkan rumah, bahkan sudah hampir dua hari Jeno tidak ke rumah dan tidak menjemputnya sekolah.

Agatha melambaikan tangannya ke Renami yang sudah di jemput Omnya.

Agatha duduk di bangku halte yang sudah cukup sepi. Mungkin karena pulangnya kesorean.

Agatha menatap ponselnya dengan penuh keraguan.

Kalau meminta sang kakak untuk jemput takutnya dia akan kembali menyakitinya. Tak ingin mengambil resiko Agatha pun memutuskan untuk membuka app ojek online.

...***...

Agatha menatap sekeliling rumah. Pembantu di rumah sudah pulang dari cutinya, rumah pun tidak terlalu sepi.

"Mau makan apa non? Bibi masakan.."

Agatha menggeleng."Belum mau, Agatha ke atas dulu ya bi. Bibi istirahat aja pasti cape baru nyampe."

"Makasih non.."

Agatha pun berlalu menuju kamarnya dengan lesu. Tugas sekolah benar - benar menumpuk karena sebelumnya tidak sekolah.

Agatha tersentak kaget saat melihat Jeno tengah duduk di kasurnya dengan bermainkan ponsel.

"Udah pulang?" tanya Jeno masih dengan menatap ponselnya.

Agatha melangkah masuk dengan penuh keraguan, menutup pintunya dengan penuh kecemasan.

Jeno memasukkan ponselnya ke dalam saku lalu beranjak seraya melangkahkan kakinya menghampiri Agatha yang berdiri kaku di depan pintu.

Jeno menarik tengkuk agatha lalu mengecup pipi Agatha. Tanpa Jeno sadari, ada rindu yang merasukinya. Setelah melihat wajah ketakutan Agatha, dia merasa lega dan puas.

kalau saja Jeno peka akan perasaannya mungkin dia tidak akan menyakiti lagi Agatha.

...***...

Jeno menyandarkan punggung polosnya ke kepala kasur dengan tangan sibuk mengotak - ngatik ponsel.

Agatha yang berada di sampingnya menggeliat pelan, membuat Jeno melirik ke arahnya dengan acuh.

·Me

Kalo cewek gue udah ada, gue cuma mau uang.

·Bratha

Buat apa? Bokap lo ga kasih emang?

·Me

bokap gue? semua kartu di blokir gara - gara balapan waktu itu habis 50jt..

·Bratha

Gue cuma minta lo ancurin hubungan mereka, gue ga akan bisa diem! Dia selingkuhin gue, berani banget emang dia itu! Soal uang gue kirim mau lo berapa?

·Me

20jt, kalo kartu gue udah balik tenang gue bayar..

Jeno melempar asal ponselnya lalu turun dari kasur, meraih celananya.

Di tatapnya Agatha yang masih terlelap. Dengan tidak berperasaan Jeno menarik tangan Agatha hingga terbangun.

"Bangun! Cepet!"bentak Jeno.

Agatha melenguh lesu."Tangan Agatha sakit kak, kepala Agatha pusing." aku Agatha dengan menatap Jeno sayu.

Jeno berdecak."Ga mau tahu, turun! Mandi! Siap - siap, kita keluar!"

Agatha menarik nafas panjang, padahal dirinya jujur. Kepalanya berat.

...***...

"Semester depan gue mau lo pindah sekolah ke sekolah gue. Gue engga mau sampe lo hamil anak orang" celetuk Jeno dengan masih fokus menatap jalanan.

Agatha menoleh dengan menatap Jeno kecewa dan kesal."Agatha ga pernah ngelakuin hal aneh kayak gitu selain sama kakak.." balas Agatha pelan. Tatapan Agatha semakin terlihat terluka.

"Aneh? Itu normal." santainya. Jeno benar - benar sudah gelap, jiwanya yang baik tenggelam karena luka yang di akibatkan oranf tuanya.

Agatha kembali diam menatap jalanan yang macet di tambah sedang lampu merah. Agatha menoleh saat merasakan tangan hangat Jeno mendarat di tengkuknya.

Jeno menatap Agatha tajam."Lo liatin cowok?" suaranya yang maskulin itu terdengar dingin.

Agatha kebingungan."Ha?" beonya dengan takut.

Jeno memutar kepala Agatha cukup kasar. Agatha kembali menatap ke arah yang sebelumnya dirinya tatap walau sebenarnya saat itu tatapannya kosong.

Di sana ada Kumpulan anak muda yang kini tengah berbincang dan tertawa.

Kepala Agatha kembali di tarik Jeno.

"Apa? Mau ngelak?" tanya Jeno dengan sedikit menjambak rambut Agatha tanpa Jeno sadari.

Agatha menggeleng pelan."Engga, maaf.." cicitnya ketakutan.

Jeno melepas genggamnya itu lalu kembali melajukan mobilnya karena lampu sudah berubah hijau.

"Berani lo main di belakang gue! Abis lo!"ancamnya dengan penuh penekanan.

...***...

3

Agatha meringis pelan, Jeno menuntunnya memasuki mall dengan sedikit kasar. Langkahnya yang lebar dengan susah payah Agatha ikuti.

"Kak tangan Agatha sakit.." lirihnya dengan meringis.

Jeno menoleh dengan tatapan sinis."Diem!" balasnya penuh penekanan.

Jeno membawa Agatha masuk ke dalam toko perhiasan.

"Pilih!" perintahnya dengan ekspresi tak terbaca.

Agatha berdiri di samping Jeno dengan bingung."Pilih?" ulangnya ragu dan takut.

"Cepet!" geram Jeno dengan sedikit memelototi Agatha.

Agatha pun mengangguk cepat dan ketakutan lalu mulai memilih. Ada dua yang mencuri perhatiannya.

"Ya-yang ini atau ini bagus." terangnya dengan ragu, bahkan tak mampu menatap Jeno.

Jeno menatap kedua gelang itu."Oke mba dua - duanya." Jeno pun merogoh saku, mengeluarkan dompet di tangannya. Jeno melirik Agatha yang menunduk sekilas.

***

Agatha kembali menatap jalanan, tubuhnya yang terasa tidak baik di paksa keluar hanya untuk membeli perhiasan itu? Dan rasanya  itu bukan untuknya.

"Pilih!" suara Jeno terdengar dingin.

Agatha menoleh, Jeno meliriknya sekilas."Pilih satu!" bentak Jeno jengkel.

Dengan tergesa Agatha membawa kotak berwarna hitam. Tangannya gemetar walau pelan. Agatha kembali sedih, apakah Jeno tidak bisa lembut sedikit padanya? Apa Jeno sebenci itu padanya?

"Kalau sampe ilang awas aja.." ancam Jeno.

***

Ke esokkan harinya...

Jeno mendesah malas, menatap gadis yang kini berdiri tak jauh darinya. Gadis itu melambai dengan malu - malu. Menjijikan!

Jeno tersenyum seraya menghampiri gadis itu.

'Drama di mulai'

"Udah lama nunggunya?" tanya Jeno ramah.

"Oh engga kok, baru sampe.." balasnya dengan malu - malu.

"Kamu Nita kan?" tanya Jeno masih dengan senyum ramah palsunya.

Gadis itu mengangguk dengan mengulum senyum hangat."Kamu Jenokan hehe.." kekehnya manja.

Jeno mengangguk kecil lalu mengedarkan tatapannya mencari tempat yang nyaman untuk berbincang.

"Mau ke cafe di sana?" tunjuk Jeno.

Nita menatap Cafe itu lalu mengangguk.

"Boleh.."

***

Jeno mengulurkan tissue ke arah Nita."Ada saos di bibir kamu.." ujarnya penuh perhatian.

Nita terdiam sesaat lalu mengulum senyum seraya meraih tissue yang sebelumnya di pegang Jeno.

"Makasih.." balas Nita tersipu.

"Pantes ya kamu terkenal di SMA Mutiar, kamu cantik.." puji Jeno dengan senyumnya yang lebar namun palsu itu.

"Ah kamu bisa aja.." elaknya tersipu.

Jeno menatap Nita dengan tatapan hangat."Kamu udah punya pacar?" tanyanya serius.

"Belum" jawab Nita cepat seraya mengulum senyum.

'Pembohong!'

Jeno tersenyum senang."Woa! bagus dong.." serunya.

"Bagus gimana?"

"Jadi pacar aku mau?" tanya Jeno to the point, sepertinya benar - benar ingin cepat mengakhiri semuanya.

Beberapa hari kemarin Jeno harus berchattan dengan Nita, hingga waktunya untuk bersenang - senang dengan Agatha terganggu. Kalau saja bukan uang yang mendasari, Jeno tidak akan mau.

"Ha? Ga kecepetan?" tanya Nita dengan tawa pelan seraya tersipu.

"Engga dong, justru aku harus gerak cepat, kalo lengah dikit takutnya di ambil orang.."

'Dasar cewek bodoh!'

Nita tertawa pelan dengan rona merah di kedua pipinya."Ah kamu bisa aja.."

"Jadi gimana? Mau ga?" tanya Jeno seraya meraih tangan Nita.

Nita terlihat berpikir lalu tanpa ragu mengangguk."Boleh, iya aku mau, aku nyaman chattan sama kamu, kamu orang baik.."

Jeno tersenyum miring, melepaskan tangan Nita sedikit kasar.

"Baik? Haha, baik gimana?" tanya Jeno dengan wajah yang kini datar.

Nita terdiam, sedikit bingung dengan reaksi yang di lihatnya barusan. Jeno mendorong ponselnya yang terongok di meja ke arah Nita.

"Lo kenal nomor itu?" tanya Jeno dengan acuh.

Nita menatap layar itu dengan serius, tak lama air mukanya berubah tegang.

Nita menatap Jeno kesal. Jeno terkekeh remeh.

"Dia temen gue, tadi sebelum ke sini gue telponan eh kelupaan ga di matiin. Yah ketauan deh, lain kali kalo mau selingkuh hati - hati. Eh tunggu pacar lo yang aslikan buka Bratha tapi Beno ya.." ejek Jeno lalu setelahnya Jeno beranjak, berlalu tanpa kata.

Jeno berjalan dengan begitu santai menuruni tangga Lalu mendial lagi nomor Bratha.

"Udah selesai cepet kirim.."

"Cewek itu di mana?"

"Di cafe gue tinggal.." jawab Jeno seraya memutuskan hubungan secara sepihak.

***

Agatha menatap pintu kamarnya yang kini terbuka.

"Apa? Kangen?" tanya Jeno seraya menghampiri Agatha lalu menarik tangan Agatha hingga berdiri.

Jeno mengusap leher Agatha sekilas."Gimana tiga hari ga ketemu enak? Bebas?" tanya Jeno seraya melepas ikat rambut Agatha.

Agatha hanya diam dengan air muka gelisah.

"Ganti baju, kita keluar.."

***

Agatha dan Jeno masih duduk di dalam mobil yang sudah terparkir.

"Kak, Agatha engga bisa makan pecel Lele.." ujar Agatha pelan.

"Ga mau tahu! Ayo turun!"

Dengan berat Agatha turun lalu menyusul Jeno yang sudah masuk duluan.

Jeno duduk di salah satu meja yang kosong, di susul Agatha.

Pelayan pun menghampiri mereka."Ada yang bisa di bantu? Mau pesan apa mas, mba?" tanya pelayan itu.

"Dua porsi, jus mangga 2, ayam bakar satu, pecel Lele 2.."

***

Agatha benar - benar merasa makannya kali ini adalah siksaan.

Dia benar - benar tidak bisa makan pecel Lele, walau mungkin lelenya dia bisa tapi masalahnya ini sudah di campurkan.

"Makan, engga abis awas!" ancam Jeno berbisik di depan wajah Agatha.

"Agatha ga kuat, kesiksa, mual, sesek.." cicit Agatha dengan mata mulai basah.

Jeno tersenyum miring."Gue emang seneng liat lo susah.." bisik jeno dengan di akhiri kekehan pelan.

Agatha menarik nafas berat. Rasanya benar - benar sakit. Tak bisa kemana - mana, Jeno akan sangat menakutkan jika dirinya menjadi pembangkang, menjadi penurut pun menakutkan apalagi kalau, em rasanya Agatha tidak bisa melanjutkan pemikirannya.

Agatha mendongkak saat mendapatkan elusan di pipinya.

"Makan.." desis Jeno dengan sorot mata tajam.

***

Restoran mendadak ricuh, Agatha yang kini pingsan sudah sangat pucat.

Jeno menggendong Agatha, dengan cepat membawanya ke mobil menuju rumah sakit terdekat.

Wajah Jeno memang datar, tapi dalam hati dia khawatir, dalam artian yang belum ke arah cinta. Jadi kadarnya masih biasa.

Setelah Agatha masuk ruangan, Jeno duduk di ruang tunggu.

"Dengan keluarga pasien Agatha?"

Jeno berdiri."Saya kakaknya dok.." sahut Jeno.

"Mari masuk keruangan saya..."

***

Jeno duduk di kursi sebelah kasur pasien yang di tempati Agatha.

Agatha yang pucat dengan selang nafas di hidungnya, mencuri perhatian Jeno.

Kata dokter, Agatha alergi kacang - kacangan. Telat sedikit nyawa Agatha bisa lewat.

Jeno yang memang keras kepala dengan cepat menepis rasa simpatinya. Dari awal, Melihat Agatha kesulitan adalah keharusan.

Salah atau tidaknya Agatha, dia harus menjadi pelampiasannya.

"Salahin takdir yang bawa lo ke gue Agatha, sampai akhir gue akan berusaha buat lo kesulitan. Gue engga salah! Kalian yang salah!" gumam Jeno dengan penuh keseriusan.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!