9

Jeno mengusap peluh di pelipisnya. Pelanggan di restoran Jepang hari ini benar - benar banyak.

Jeno mengambil pekerjaan sampingan di dekat club, lumayan untuk menambah penghasilan dan biaya untuk persalinan nanti.

"Mas boleh minta sendok, anak saya belum bisa pake sumpit.."pinta wanita matang yang langsung di angguki oleh Jeno dengan ramah.

Berbeda dengan Jeno yang asli, selalu terlihat kejam, pemarah, dan dominan.

"Jen, ambil bahan di belakang soal sendok gue ambil alih.."ujar Faul -rekannya- seraya menepuk bahu Jeno sekilas lalu berlalu.

Jeno berjalan dengan wajah pucatnya, hari ini badannya benar - benar terasa berat dan kurang nyaman.

"Jen, ini bawa ke dapur ya.."ujar Rama -rekannya juga- saat berpapasan.

Jeno hanya mengangguk. Rama menyipitkan matanya.

"Kenapa? Lo sakit? Pucet Jen.."

***

Jeno meraih bajunya di loker yang di sediakan oleh restoran.

Jeno mengusap peluh yang terus membasahi keningnya. Perutnya terasa sedikit mual, kepalanya pun terasa pening.

"Jen, ada yang cari lo di depan.."

Jeno hanya mengangguk lalu bergegas merapihkan pakaiannya dan mengambil tasnya untuk sekalian pulang.

Jeno berjalan keluar restoran, di sana Agatha melambai dengan Septian berdiri di belakangnya.

Setelah sampai di depan Agatha, Jeno meraih pinggang Agatha seraya menatap Septian meminta penjelasan.

"Gue liat Agatha lagi jalan di trotoar mau ke club gue katanya, gue kasih tahu dia kalo lo lagi kerja disini.."

Jeno menatap Agatha kurang suka.

"Kenapa ga telpon?" tanya Jeno dingin.

Septian menepuk bahu Jeno."Gue duluan.."pamitnya yang di abaikan Jeno.

Agatha melambai kearah Septian."Hati - hati.."ucapnya.

Setelah Septian pergi, Agatha menatap Jeno sedikit takut.

"Maaf, Agatha cuma mau tahu kakak kerja di mana. Agatha bosen di rumah kak.." keluh Agatha dengan bibir mengerucut.

Jeno kembali mengabaikan Agatha lalu membawanya berjalan kearah halte.

Jeno duduk dengan Agatha di sampingnya. Jeno menoleh saat usapan terasa di keningnya.

"Keringetan kak, cape ya?" tanya Agatha dengan senyum menenangkan.

Jeno kembali mengabaikan Agatha.

"Apa kita kembali aja ke rumah di Jakarta?" sambung Agatha pelan.

Jeno sontak menatap Agatha dengan pandangan marah.

Agatha langsung merutuki kebodohan mulutnya."Maaf.." cicit Agatha.

Jeno menatap bus yang melaju kearahnya lalu menarik Agatha agar berdiri.

***

"Gue masih bisa usaha cari uang, gue udah berusaha selama ini. Gue emang belum bisa jamin kehidupan lo nanti dan guekan udah bilang lo cuma harus nurut dan itu perintah yang ga bisa lo ubah! Dan soal urusan uang biar gue yang usaha!" ujar Jeno seraya berlalu meninggalkan Agatha yang terdiam di ambang pintu kamar.

Menatap Jeno yang kini hilang di balik pintu kamar mandi. Tak lama dari itu Jeno keluar dengan keadaan segar.

Agatha menghampiri Jeno membuat Jeno menghentikan langkahnya. Agatha melingkarkan tangannya ke pinggang Jeno.

"Maafin Agatha kak, ga maksud gitu kok, makasih udah mau usaha.." bisik Agatha di dalam pelukan Jeno dan masih bisa di dengar Jeno.

Jeno melepaskan pelukan Agatha."Hm, ganti baju terus tidur.."acuhnya.

Agatha menahan lengan Jeno membuat Jeno menoleh kearahnya lagi.

"Boleh Agatha pinjem kemeja kak Jeno?"

Jeno terdiam sesaat lalu kembali acuh."Terserah.."jawabnya malas - malasan.

***

Jeno menjambak rambut belakangnya dengan kesal, di tatapnya tajam Agatha yang tengah menunduk dengan kemeja yang kebesaran milik Jeno.

"Kenapa sampe kayak gini?" tekan Jeno geram.

Agatha menatap Jeno."Agatha cari - cari yang nyaman dan kemeja ini yang bikin Agatha nyaman.." jelasnya dengan memelas, meminta pengampunan pada Jeno karena sudah membudalkan semua pakaiannya hingga menjadikan kamar mereka seperti kapal pecah.

Jeno yang hendak mengistirahatkan tubuhnya terpaksa harus membantu Agatha membereskan kamar lebih dulu.

"Lipatnya salah kak.."

Agatha meraih kaos di tangan Jeno lalu mulai memperagakan bagaimana seharusnya.

"Tuhkan rapih.."ujar Agatha dengan senyuman.

Jeno membawa semua baju di kasur lalu dilemparkan kelantai.

"Ga mau tahu! Gue kesel! Beresin sendiri" ketus Jeno dengan sangat keras kepala.

Waktu berlalu begitu cepat dan cukup lama.

Agatha melirik jam di nakas. 22.30 wib.

Agatha meregangkan tubuhnya lalu bergegas menaiki kasur dengan mata melirik Jeno yang sepertinya sudah terlelap.

Dengan hati - hati Agatha melilitkan tangannya kepinggang Jeno. Memeluknya dan mencari posisi ternyaman.

Tak lama dari itu Agatha terlelap dan dengan waktu bersamaan Jeno membuka matanya, melirik Agatha yang tengah memeluknya.

Di pandangnya Agatha dengan tatapan tak terbaca.

Kilas balik...

"Lipatnya salah kak.."

Agatha meraih kaos di tangan Jeno lalu mulai memperagakan bagaimana seharusnya.

Jeno memperhatikan gerak tangan Agatha yang lincah.

"Tuhkan rapih.."ujar Agatha dengan senyuman membuat Jeno tersadar dari kemesumannya.

Jeno menarik nafas kasar seraya membawa semua baju di kasur lalu di lemparkan kelantai dengan jengkel.

"Ga mau tahu! Gue kesel! Beresin sendiri"ketus Jeno dengan sangat keras kepala.

Jeno merebahkan tubuhnya lalu memejamkan matanya dengan sedikit mengintip Agatha yang hanya menatap ke arahnya tanpa melawan, malah mulai kembali merapihkan bajunya dari awal.

Waktu berlalu begitu cepat dan cukup lama.

Agatha melirik jam di nakas. 22.30 wib.

Agatha meregangkan tubuhnya lalu bergegas menaiki kasur dengan mata melirik Jeno yang sepertinya sudah terlelap.

Jeno yang sama sekali tidak tidur hanya bisa merasakan pergerakan Agatha.

Dengan hati - hati Agatha melilitkan tangannya kepinggang Jeno. Memeluknya dan mencari posisi ternyaman.

Jeno sempat mengintip Agatha yang terlihat nyaman memeluknya dalam diam.

Samar Jeno mengulum senyumnya, hanya sesaat.

Tak lama dari itu Agatha terlelap dan dengan waktu bersamaan Jeno membuka matanya full lalu melirik Agatha yang tengah memeluknya.

Di pandangnya Agatha dengan tatapan tak terbaca.

"Gue udah rampas hidup lo dengan paksa, kenapa lo ga kabur?" tanyanya yang jatuhnya seperti gumaman yang tak mungkin Agatha bisa dengar.

Jeno mengecup kening Agatha lalu memejamkan matanya dengan posisi wajah terbenam di rambut Agatha.

***

Jeno terbangun tengah malam, sesuatu yang berat menimpa tangannya membuat Jeno menoleh.

Agatha terlihat meringkuk lucu dan lelap. Wajah polosnya terlihat murni, Jeno hanyut.

Sepertinya malam ini Jeno hanya akan menatap Agatha yang terlelap, Jeno sudah tidak mengantuk lagi.

" Cantik.." gumam Jeno tanpa sadar.

Tangannya terulur perlahan, menyingkirkan helai rambut yang menghalangi wajah mulus Agatha.

Jeno ingin anak yang seperti Agatha, baik dan begitu sabar. Jeno berharap anaknya tidak akan seperti dirinya.

Jeno akui dia takut akan karma tapi tidak ada yang tahu nantinya. Jeno mendekatkan wajahnya ke wajah Agatha lalu mencium kening dan hidung Agatha bergantian dan pelan tentunya.

Jeno mengusap kepala Agatha sekilas lalu kembali menatap Agatha. Mengabaikan waktu yang terus maju.

Terpopuler

Comments

Densi dama Yanti

Densi dama Yanti

lanjut Thor

2024-06-11

1

Fiyah Ofieyah

Fiyah Ofieyah

meskipun jeno jahat tapi msih mau bertanggung jawab menafkahi. bekerja keras 🤗

2021-01-30

1

Ani Nurkhanifah

Ani Nurkhanifah

asalkan perhatian

2020-12-26

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!