Cukup lama Kinar menangis, setelah menyemangati dirinya sendiri Kinar bertekad untuk bertahan demi ibu dan adiknya. Diliriknya sebuah jam bulat dengan background bunga mawar merah yang tergantung rapi di dinding kamarnya. Jarum jam menunjukkan pukul empat pagi, masih terlalu dini untuknya bersipa-siap ke kampus. Hari ini adalah hari pertamanya menimba ilmu di tempat baru, entah apakah Kinar akan suka kampus itu atau sebaliknya.
Tetapi matanya juga tak mau terpejam lagi, akhirnya Kinar memilih bangkit dari ranjang. Menyapu bersih sisa air mata yang membasahi pipinya dan berjalan gontai.
Kinar mengambil tas yang tergantung di sisi kanan di samping meja belajarnya. Kinar memasukkan beberapa buku pelajaran, dompet dan kartu tanda penduduk. Diperhatikan dengan seksama, tidak ada ya berubah kecuali statusnya yang sudah tertera menikah . Tidak ada semangat sedikit pun, seandainya ini adalah rumahnya mungkin Kinar lebih memilih meringkuk, melipat tubuhnya di atas ranjang dan kembali memejamkan mata.
Kinar melangkah menuju kamar mandi, menanggalkan seluruh pakaiannya. Sesampainya di dalam kamar mandi, mata Kinar terbelalak, mulutnya menganga. Bagaimana tidak, di dalam bangunan yang begitu mewah Kinar bisa menemukan kamar mandi yang seperti ini. Kinar hanya menemukan ember berwarna hitam, mirip sekali seperti ember yang sering di gunakan Kinar untuk mencuci pakaian di rumahnya yang dulu, ember itu sudah terisi air sampai setengah bagian, ada gayung berwarna hijau yang mengambang di atas permukaan air.
"Hahaha benar-benar ironi, apa aku sedang kembali pada masa penjajahan. Apa bedanya coba?" Kinar menggerutu.
Haaahh.. Kinar menghela napas, berat. Entah sudah berapa banyak Kinar menghela napas, yang pasti sudah tidak bisa dihitung dengan kesepuluh jarinya. Miris memang, pemandangan ini berbanding terbalik dengan kamar mandi pribadi milik Dika. Jika diibaratkan mungkin seperti langit dan bumi.
Kamar mandinya sangat kecil, seperti ukuran toilet umum. Hanya ada ember, gayung dan keran yang menimbuklan suara gemericik ketika dihidupkan. Ah, dan sebuah gantungan yang terpaku rapi di tembok. Gantungan yang biasanya Kinar gunakan untuk menggantung handuk ketika membersihkan tubuh di rumahnya. Gantungan baju biasa, yang banyak dijumpai di pasar malam tempat di mana Kinar sering menghabiskan uang.
Kinar terbahak. “Hahaha aku heran, bisa-bisanya ada bangunan seperti ini di mansion yang begitu mewah. Apa aku sedang berada dalam cerita dongeng bawang merah dan bawang putih?” Kinar terus menggerutu sembari menyalakan keran air. “Jika memang iya, aku lebih memilih menjadi ibu tirinya saja, akan ku racuni dia sampai mati.” Kinar meraih gayung berwarna hijau itu dan mengambil segayung air lalu menyiramnya ke atas kepala.
Haaachhiii.. Kinar menggigil sampai suara bersinnya terdengar begitu keras. “Aih, apakah ini air yang baru keluar dari kulkas? Dingin sekali.” Kinar benar-benar kesal, tak henti-hentinya ia menggerutu.
“Bukan main, di kamar mandinya yang mewah itu bahkan ada pengatur suhu air. Sementara di tempatku, boro-boro. Hanya ada air yang dinginnya menembus tulang.” Kinar kembali menggerutu.
Haaachii.. ia kembali bersin. “Bisa mati kedinginan aku.” Kinar mempercepat gerakan tangannya, melakukan gerakkan berulang mengambil air lalu menyiramkan ke seluruh bagian tubuhnya.
Beeerrrr... Kinar menggigil, dia kembali tertawa di sela-sela kedinginan yang mendera tubuhnya. “Aku seperti baru keluar dari Freezer, huuachiii....” Entahlah, sudah berapa kali Kinar bersin. Ia mengggosok bagian ujung hidungnya dengan jari telunjuk, membuat ujung hidungnya memerah.
Kinar berjalan mendekati lemari baju, membukanya dan menatap kosong ke arah lemari. Nampak gaun-gaun mahal yang tergantung rapi, sebagian lagi di tumpuk. Kinar mencoba memilih salah satu gaun yang menurutnya lebih manusiawi untuk dikenakan ke kampus.
“Aku itu mau ke kampus, bukan ke acara Fashion Show.”
Cukup lama Kinar membolak-balik gaun yang tergantung rapi itu, namun tidak ada yang sesuai dengan seleranya. Ia pasrah di depan lemari yang terbuka, menutup matanya lalu memilih secara acak salah satu gaun itu.
“Semoga ini bisa digunakan, bim salabim.” Kinar merapal mantra berharap tangannya menjatuhkan pilihan pada gaun yang tepat.
Setelah memegang salah satu gaun yang dipilihnya secara acak, Kinar membuka sebelah matanya. Nampak gaun berwarna merah terang tanpa lengan yang hanya memiliki seutas tali penghubung di bahunya. Kedua matanya terbuka, membulat sempurna. “Ya Tuhan, ini bukan pakaian. Seutas tali ini bisa saja patah, apa selera laki-laki itu seperti ini?” Kinar jengah, ia melempar gaun merah muda itu ke atas kasur. Nampak secarik kertas mencuat keluar. “Apa itu?” Kinar mendekat ke ranjang dan membawa tubuhnya duduk di tepi. Kinar memegang kertas itu, nampak angka 1 yang diikuti angka nol di belakangnya. Satu, dua, tiga, Kinar mulai menghitung ada berapa jumlah angka nolnya, seketika matanya kembali membulat. “Astaga, harga gaun ini sepuluh juta. Yang benar saja? Di pasar malam harga baju paling mahal sekitar tiga ratus sampai empat ratus ribu, itupun belum ditawar, jika ditawar mungkin bisa lebih murah lagi.”
Kinar menggelengkan kepala tidak percaya. “Harga sebuah gaun saja bahkan bisa untuk membeli satu motor matic. Yah, walaupun motor bekas.” Kinar kembali melempar gaun itu, ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Memutar otak untuk menyelesaikan masalah pakaian yang harus dikenakannya ke kampus.
“Harganya sangat mahal, gaunnya seperti kekurangan bahan, belum lagi warnanya merah. Jika aku berada di arena adu banteng mungkin aku bisa mati karena menjadi target serangan.”
Tiba-tiba sebuah ide gila muncul di dalam otaknya. Seringai licik nampak terlihat di wajahnya. Ia segera melepas tag price yang masih tergantung di gaun itu. Segera mengenakannya, menyisir rambut dan menguncirnya dengan model ekor kuda.
Kinar menyapu wajahnya dengan bedak tabur dan mengoleskan tipis liptint berwarna nude ke bibirnya. Meraih tas yang mengembang sempurna seperti ada sebuah balon di dalamnya, entah benda apa saja yang dibawa Kinar di dalam tas itu. Kinar mencibir ketika melihat deretan hight heels yang mungkin memiliki harga yang sama mahalnya dengan gaun yang saat ini Kinar kenakan. “Siapa yang mau bersusah payah dengan heels itu.” Kinar membuka koper miliknya dan mengeluarkan sepatu kets kesayangannya, sepatu yang selalu nyaman di gunakan untuk berjalan bahkan sampai berlari.
Kriiiettt....
Pelan sekali Kinar membuka pintu kamar, ia mengeluarkan kepalnya sementara tubuhnya masih di bagian dalam kamar. Menoleh ke kiri dan ke kanan, tiba-tiba tubuhnya berjingkat ketika mendengar salah seorang pelayan menyapanya. “Selamat pagi Nyonya. Saya Bibi Ane, pelayan pribadi Nyonya. Jika Nyonya membutuhkan sesuatu, Nyonya bisa memanggil saya.” Pelayan yang menyebut dirinya bibi Ane itu membungkukkan badan dan menyapa Kinar sopan, diiringi senyum yang mengembang di sudut bibirnya.
“Ah, selamat pagi juga bibi Ane. Apa sepagi ini sudah ada aktivitas?” Kinar menanyakan hal bodoh. Bibi Ane hanya tersenyum dan menggaruk kepalanya.
Seorang laki-laki yang Kinar kenal mendekat
“Selamat pagi Nyonya?” Ken tersenyum sopan.
“Ah,pagi juga Ken. Kebetulan aku sedang mencarimu.” Kinar bahagia bisa melihat Ken sepagi ini, setidaknya Ken adalah satu-satunya orang yang bisa Kinar ajak bicara.
Ken kembali tersenyum, ia mengibaskan tangan ke arah Bibi Ane memberi isyarat agar ia segera menajauh. Bibi Ane hanya mengangguk sopan dan berlalu pergi.
\=\=\=\=> Bersambung 💕💕
🌹Mohon dukungannya.. jangan lupa klik Like🖒, klik Favorit❤, tinggalkan Komentar💬, Beri rate bintang 5, beri vote yang banyak, beri tip dan follow author. Makasih🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Ratu Kalinyamat
rumit se x biarpun dikasih pelayan pribadi tpi utk ap juga smua iti. tak memb7st kinar bsa bahagia juga ko
2023-08-25
0
Sitti Wahyuni
somoga kinar ntar d kampus dapat sahabat yg baik hatj
2020-12-12
0
🌟🌹🐧 KyuRo121 🐧🌹🌟 HpsAkun
Kenapa Dika bgt kejam , menempatkan istrinya di kamar kecil , ya Allah... 😭 apa memang hrs spt itu , jgn karena gadis desa berbeda kasta , lalu dgn seenaknya diperlakukan spt itu , Kinara , kamu gadis yg tangguh , Ku yakin kamu pst bisa menaklukkan hati suamimu. yg keras itu. berjuanglah Kinara 😭😭❤️❤️
2020-10-06
2