"Tidak, aku tidak bisa mengajukan perceraian ini. Aku tidak bisa mengecewakan ibuku, tetapi jika kau ingin bercerai aku bisa mewujudkannya. Kau hanya perlu menjelaskan kepada ibuku dan ibumu bahwa perceraian kita terjadi atas dasar keinginanmu. Semudah itu, bagaimana?” Dika menaikkan alisnya, kembali menyandarkan tubuhnya di punggung kursi. Seringai licik terlihat jelas di wajah Dika.
Katakanlah Kinar mulai kehilangan kewarasannya, sebab setelah mendengar kalimat yang tiada nurani terlontar dari mulut Dika membuatnya membuka mulut lebar-lebar dan tertawa terbahak-bahak.
“Hahahaha.. Dika Mahendra, dengarkan aku baik-baik. Meski setelah apa yang aku ucapkan kau akan menampar atau membunuhku sekali pun, aku tidak takut dan tidak akan menyesalinya.” Kinar merobek map coklat itu, “Kau ingin aku menandatangani surat perjanjian perceraian ini, bukan? Lalu setelah satu tahun kita akan resmi bercerai, begitu?” Kinar melemparkan robekkan map coklat yang berisi surat perjanjian perceraian itu ke atas, berhambur berjatuhan di lantai.
“Kinar, jangan keterlaluan!!” Dika menaikkan volume suaranya. Matanya membukat sempurna, mata yang tidak terlalu besar itu tetap terlihat menakutkan.
“Keterlaluan, kau bilang? Apa kau yakin kau tidak salah mengucapkannya padaku, bukankah kalimat itu seharusnya akulah yang mengatakannya padamu?” Tak mau kalah, Kinar kembali menaikkan volume suaranya.
“Kalimat yang baru saja kau ucapkan bukan hanya menyalahi janjimu kepada ayahku, Dika. Tetapi juga menyalahi janjimu kepada Tuhan-Mu. Sebenarnya apa maumu?” Kinar menegakkan kepalanya, pandangan keduanya beradu. Tidak ada sedikit pun rona ketakutan di wajah Kinar. Dagunya terangkat lurus, seiring tatapan tajamnya seperti mata elang yang siap mencabik tubuh mangsa.
Dari mana datangnya kekuatan ini? Baguslah, semakin dia tidak tahan dengan pernikahan ini bukankah semakin bagus. Batin Dika.
“Well, kalau memang kamu tidak bahagia dengan pernikahan ini. Kita bisa mengakhiri semuanya secepat mungkin, tapi perpisahan itu atas permintaanmu dan keinginanmu.” Dika tersenyum sinis.
“Kau pikir aku akan menyerah, begitu? Jika kau mau, kau saja yang mengajukan perceraian ini. Aku tidak akan melanggar janji kepada ayahku.” Tak kalah dari Dika, Kinar menyeringai lebih sinis.
“Kau menantangku?!!” Dika kembali menaikkan volume suaranya, terdengar maksimal di gendang telinga Kinar.
“Seperti yang baru kau dengar, aku tidak akan menyerah. Aku tidak akan mengorbankan diriku demi ambisimu, aku tahu kau mencintai wanita dalam foto itu bukan? Wanita cantik yang sedang memainkan jemari lentiknya di atas tuts piano.”
“Kinara Amalia...!! Jaga bicaramu!” Seketika Dika bangkit dari tempat duduknya, melangkah mendekati Kinar dan mengayun tinggi-tinggi telapak tangannya.
Kinar ikut berdiri dan mendekatkan wajahnya, memberi isyarat bahwa dirinya tidak takut dengan tamparan yang akan di layangkan Dika. Urung, Dika menarik kembali tangannya dan menjatuhkan kasar tubuhnya di atas sofa. Begitupun dengan Kinar.
“Dengar, Tuan Dika Mahendra. Jika kau ingin berpisah dariku, lakukanlah sendiri atas dasar permintaanmu, dengan begitu bukan aku yang melanggar janji melainkan dirimu. Dan aku tidak akan di salahakan oleh ibuku dan ibumu atas perpisahan ini. Tetapi jika kau tidak mau melakukannya, maka nikmatilah pernikahan ini. Hidup satu atap dengan wanita yang akan mengutukmu sepanjang hari!"
Kinar menarik napas, berat. Ia kembali membuka mulutnya. “Mulai saat ini, aku tidak akan memanggilmu dengan sebutan Tuan. Aku akan memanggil namamu, suka tidak suka itu urusanmu! Dan tolong kembalikan hand phone milikku. Jika tidak, aku akan mengatakan semuanya kepada ibumu. Biarkan ibumu mengetahuainya, betapa kejam dan tidak berperasaan anak kebanggaanya.”
“Kau akan menyesalinya, Kinar!" Nada suara Dika mengancam.
“Aku sudah menyesali keadaan ini jauh-jauh hari, ternyata laki-laki yang aku nikahi hanyalah laki-laki yanga arogan dan tidak memiliki perasaan.” Jawab Kinar tak kalah tajam.
“Aku sarankan agar kau tidak pernah melibatkan perasaanmu denganku. Aku tidak akan bisa mencintaimu.” Kata Dika. Kalimat yang keluar dari mulut Dika seperti duri yang menancap di hati Kinar. Perihnya akan selalu diingat oleh Kinar.
“Hahaha.. aku khawatir kau yang akan melibatkan perasaan denganku. Dan di saat itu, aku tidak akan pernah memberimu cinta barang sedikit pun.” Kata Kinar.
“Kau terlalu percaya diri, Kinar.” Kata Dika.
“Aku mempelajarinya darimu, Dika.” Kata Kinar.
“Tidak ada gunanya berdebat denganmu. Ken akan mengembalikan hand phone milikmu.” Dika mengepalkan tangannya, ia salah mengira. Dika pikir, Kinar hanya seekor tikus kecil yang tidak memiliki kekuatan untuk sekadar menyuarakan pendapatnya. Ternyata, seekor tikus itu bisa berubah menjadi seekor kucing liar yang memiliki cakar tajam.
“Baguslah, kau tenang saja. Aku akan menjadi istri yang baik di mata ibumu, aku cukup pandai dalam berakting. Mulai sekarang, atur hidup kita masing-masing.” Kata Kinar manantang.
“Kinara, jangan melewati batasmu!” Dika membentak, memukul lengan sofa. Kinar sedikit terkejut, tapi dia tetap bisa menguasai dirinya.
“Kau tidak perlu cemas, aku akan tetap mematuhi point peraturan yang kau buat. Aku tetap berada dalam kendalimu, tapi mulai hari ini kau tidak bisa menyakitiku sesuka hatimu. Oh.. Dan juga, aku tidak akan ikut campur urusanmu dengan wanita manapun. Pastikan ibuku, ibumu dan adikku tidak mengetahui kelakuan bejadmu!” Kinar bangkit dari tempat duduknya, membuka tas dan mengeluarkan smart phone pemberian Dika, melemparya begitu saja ke atas meja. “Ini ku kembalikan padamu.” Kinar melangkah menjauh meninggalkan Dika, kalimat menantang yang keluar dari mulut Kinar benar-benar luar biasa.
Ken hanya mematung, membeku sejadi-jadinya, entah bagaimana ada wanita yang begitu tidak tahu diri meninggikan suaranya di depan Dika Mahendra. Keberanian yang entah harus di banggakan atau harus disesali.
Dika, mengepalkan tangannya memukul lengan sofa.
“Ken.”
“Iya Tuan.” Jawab Ken.
“Hari ini antarkan wanita itu. awasi dan laporkan kegiatannya secara berkala.” Dika mengibaskan tangannya, memberi isyarat agar Ken segera menghilang dari pandangan matanya.
“Baik Tuan.” Ken mengangguk sopan dan berlalu pergi.
Sementara Kinar terus memacu langkahnya, sampai berhenti di bagian depan mansion. Nampak seorang laki-laki paruh baya yang tersenyum sopan sembari membungkukkan badannya. Usianya sekitar lima puluh tahunan, dengan tubuh tidak terlalu gemuk pun tidak terlalu kurus, sebagian rambutnya sudah berganti warna dari hitam menjadi putih. Senyumnya hangat, mengingatkan Kinar pada ayahnya. Keriput nampak terlihat jelas di seluruh permukaan kulitnya, rambut putihnya tersisir rapi dengan belah pinggir. Memakai kemeja putih dengan jas hitam, celana dan sepatunya pun nampak senada dengan jas yang dikenakannya.
Dari arah belakang Ken datang menghampiri. “Oh, ini Pak Budi, Nyonya. Beliau yang akan mengantar, Nyonya.” Ken memperkenalkan dengan sopan.
Laki-laki itu ternyata adalah pak Budi, supir pribadi Kinar yang akan melaporkan semua tempat yang di datangi Kinar. Pak budi hanya melayangkan senyum sopan, Kinar mengangguk dan tersenyum. Pak Budi canggung melihat Kinar bisa membalas senyumannya, seorang supir biasa yang hanya menggantungkan hidupnya dari uang gajinya sebagai supir pribadi keluarga Mahendra.
Nyonya baru terlibat pertengkaran dengan Tuan, tetapi dia masih bisa tersenyum. Ini terlihat seperti sesuatu yang luar biasa. Batin Ken.
“Baiklah, silakan, Nyonya.” Pak Budi membuka pintu mobil, mempersilakan Kinar untuk masuk ke dalam mobil.
“Maaf pak Budi, hari ini saya yang akan mengantar Nyonya ke kampus.” Cegat Ken.
Pak budi mengerti, dia undur diri dan menyerahkan kunci mobil kepada Ken.
“Kenapa, Ken? Tuanmu yang memintanya?” Tanya Kinar.
“Iya, Nyonya.” Ken mengangguk sopan, ia membuka pintu mobil dan mempersilakan Kinar dengan sopan.
“Terserah saja Ken, lakukan apa pun yang tuanmu inginkan.” Kinar masuk ke dalam mobil.
Mobil terus melaju, menembus jalanan yang hanya ditumbuhi pepohonan tinggi menjulang di kiri dan kanan jalan. Tak berapa lama mobil mulai keluar dari area hutan, nampak beberapa rumah dan bangunan yang berbaris rapi. Kinar tersenyum, setidaknya dia bisa menghirup udara segar, langit yang terlihat terang dengan matahari yang malu-malu untuk keluar.
\=\=\=>Bersambung 💕💕
🌹Please, klik Like 🖒 Klik Favorit ❤ Tinggalkan Komentar 💬 Beri Rate bintang 5, bagi Vote yang banyak dan follow author. Terima kasih 🌹🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 170 Episodes
Comments
Ratu Kalinyamat
maju yetus kibar pantang mundur sdh kadung kmu yerdampar di dunia bis atau suami kejam itu.
2023-08-25
1
🍾⃝ͩᴅᷞεͧsᷠsͣ 𝐀⃝🥀
aku suka puncak kesabaran nya Kinar thor, meski ini novel lama tapi cukup menarik hingga di bab ini 🤭
Semoga Kinara bisa mempertahankan harga diri dan membuat Dika semakin tak berdaya 🤣
2023-07-10
2
Dwi apri
bagus kinar....lawan aja si dika biar ga keterlaluan dia
2023-06-01
0