Psychopath Prince

Psychopath Prince

-1- Dibalik Senyuman

"Astaga. Jika dia tersenyum manis seperti itu setiap hari, aku bisa diabetes."

"Siapa?" Wanda mengikuti pandangan sahabatnya dari bangku dimana mereka sedang duduk. Lalu pandangannya jatuh pada salah satu senior yang pernah menjadi ketua OSPEK saat mereka menjadi mahasiswa baru sebulan lalu. "Ah Senior itu?"

Flo sang sahabat menoleh menatap sahabatnya aneh. Lalu kedua tangannya mengguncang bahu Wanda dengan gemas. "Ku tebak, kau pasti tidak ingat namanya."

"Memang tidak." Wanda terkekeh. Lalu berusaha melepaskan guncangan Flo dengan jari-jemari mungilnya. "Lagipula aku tidak akan berurusan dengannya."

"Huh, lucu sekali. Aku penasaran bagaimana selera mu akan cowok. Aku mengenalmu sejak SMA tapi tidak pernah melihatmu berkencan sama sekali. Atau...." Flo mendekatkan wajahnya kepada Wanda seakan meneliti wajah Wanda baik-baik.

"Apa?"

"Kau Lesbi?" Flo bergeser menjauh dari Wanda dan mendekap dadanya dengan kedua tangan.

"HAH?!" Lalu Wanda tertawa geli sambil mendekap perutnya. Lucu sekali, bagaimana sahabatnya mengira dia lesbi karena tidak pernah berkencan selama 19 tahun ini.

"Tapi serius, kau tidak tertarik sama sekali dengan Kak Yuzen?"

"Kak Yuzen?"

"Ketua OSPEK itu, Wanda ku sayang!"

"Oh." Wanda menoleh ke arah di mana Yuzen tadi berdiri sambil berbincang dengan salah satu dosen. Pria itu masih disana. Tampak mempesona dengan senyum yang terus diuraikannya. "Dia tampan."

"Nah kan!"

Wanda masih memandang pria itu. Pria itu jangkung. Mungkin tingginya 180cm. Wajahnya dipahat sangat sempurna. Dan Wanda dengar dia mahasiswa berprestasi dengan status terpandang. Tipe pria yang sangat Wanda hindari. Karena biasanya pria sesempurna itu pasti memiliki kekurangan yang tersembunyi.

"Tapi terlihat brengsek." Wanda melanjutkan. Yah, mana ada pria sempurna nan kaya raya yang tidak brengsek.

Flo melotot kan matanya kearah Wanda dan kembali mengguncang bahu sahabatnya. "Hei, kau tahu. Hidupnya itu se-flat hidupmu. Sama-sama tidak pernah berkencan."

Kini gantian Wanda yang melotot. "Tidak mungkin. Yah lagipula kau tidak mengenalnya kan."

Wanda penasaran, lalu kembali menatap pria itu. Bagaimana bisa pria sesempurna itu tidak pernah berkencan? Tapi kemudian tatapan mereka bertemu. Awalnya pria itu menatapnya datar, lalu senyuman manis dilemparkan padanya sebelum kemudian pria itu memilih berbalik dan berlalu pergi. Sepertinya pria itu memang suka tersenyum kepada siapa saja tanpa alasan.

"Lihat. Dia tersenyum pada kita! Bukankah dia sangat ramah?"

Ramah?

Wanda tidak merasa seperti itu. Setelah diteliti, Justru senyum itu terasa memiliki banyak arti dan mengintimidasi. Seakan pria itu ingin menyampaikan sesuatu lewat senyuman.

Mungkin hanya perasaan Wanda saja.

...✾n-o-t✾...

Wanda perjalan menyusuri koridor. Koridor terlihat ramai tapi dia sangat merasa ketakutan saat ini. Dia mencoba untuk melawan rasa takutnya. Dia takut akan orang asing. Dia takut berada di keramaian. Selama ini dia hanya bersahabat dengan Flo. Flo selalu menjaganya, menenangkannya, dan selalu membantunya membuat pertemanan dengan orang lain. Meski berhasil menjalani pertemanan dengan teman-teman sekolahnya, Wanda selalu merasa ketakutan saat terlalu dekat dengan mereka tanpa Flo.

Kini, karena tak ingin terlalu membebani Flo, Wanda memilih jurusan yang berbeda dengan Flo. Bahkan mereka berbeda gedung dan hanya bertemu sesekali seperti tadi pagi.

Flo juga butuh kehidupan pribadinya. Berteman dengan orang lain, berbelanja tanpa perlu menenangkannya, berkaraoke beramai-ramai bahkan ke Club tanpa perlu mencemaskan nya, terlebih berkencan dengan orang yang dicintainya. Wanda tak ingin merusak kehidupan percintaan Flo. Sudah cukup Flo mengorbankan hidupnya.

Wanda berhenti saat mencapai lokernya yang berada di barisan paling ujung. Gadis itu membuka lokernya dan mendesah saat mendapati banyak surat dan coklat didalam sana.

"Hei Wanda, penggemarmu sepertinya bertambah banyak." Seorang teman sekelasnya di beberapa mata kuliah menyapanya sambil lalu sebelum kemudian fokus dengan lokernya sendiri yang berada 2 loker dari milik Wanda. Wanda hanya menyapanya sekilas lalu fokus kembali pada lokernya.

"Kenapa di jaman secanggih ini masih banyak yang mengirim surat?" Wanda mendesah. Dia merasa semakin gelisah karena surat - surat yang diterimanya kini bertambah 2 kali lipat. Dan dapat dipastikan dari orang yang berbeda-beda. Ada 7 surat didalam sana dan 2 kotak coklat serta 1 boneka.

"Hei, kau mau coklat? Aku alergi coklat." Wanda memanggil gadis yang tadi menyapanya. Gadis itu masih sibuk membereskan lokernya sendiri. Dan jujur, Wanda tak ingat namanya.

"Huh apa?"

Wanda kembali mengulang, "Mau coklat? Aku alergi coklat."

Gadis itu tersenyum senang. "Serius? Aku suka coklat. Tapi kau yakin memberikannya padaku? Itu kan dari penggemarmu."

"Ambil saja."

"Oke, thanks ya." gadis itu memasukkan coklat kedalam tasnya serta mengambil buku dari dalam loker dan dimasukkan kedalam tas. Lalu menutup lokernya. "Wanda, kupikir kau harus menerima salah satu dari mereka. Bukankah tidak nyaman menerima banyak surat seperti itu? Terasa seperti diteror. Bukankah begitu?"

Wanda mengangguk. "Kau benar. Aku sedikit merasa ketakutan."

Gadis itu sedikit terkekeh. "Yah, bisa saja diantara mereka ada yang sedikit psiko. Jika kau punya pacar, dia akan bisa melindungimu." Gadis itu tersenyum. "Aku tidak berusaha menakut-nakutimu. Jangan dianggap serius. Hei, aku pergi dulu. Sampai jumpa di kelas."

Dan gadis itu berlalu pergi.

Wanda kembali menatap lokernya. Gadis itu benar. Bagaimana jika ada yang berbuat berlebihan?

Wanda menutup lokernya sangat keras. Lalu kemudian bergegas dari sana. Lebih baik dia berada di keramaian. Meski ketakutan tapi tidak akan ada yang menyakitinya.

Tanpa disadarinya seorang pria berdiri di sudut loker yang sedikit agak gelap. Mendengar semua percakapan tadi dan melihat semua gerak gerik Wanda. Topi yang tadi dipakainya dilemparkannya kasar. Dan sebuah tinju keras terarah ke pintu loker dengan serampangan.

Dia tidak suka.

Dia tidak suka saat ada banyak mata tertarik pada gadisnya bahkan hendak menarik perhatian gadisnya. Dia sangat tidak suka.

Barisan loker itu terlihat sepi tanpa orang. Lalu pria itu berjalan kearah loker milik Wanda. Membukanya secara paksa dan merenggut semua surat disana.

"Lihat, apa yang bisa kulakukan pada kalian semua. Berani sekali bajingan kotor seperti kalian mencoba menarik perhatian gadisku."

...✾n-o-t✾...

"Kau sudah dengar kabar? 7 mahasiswa senior kita dari berbagai jurusan diserang oleh orang tak dikenal kemarin. Dan parahnya semuanya dalam kondisi kritis."

Wanda mengangkat sebelah alisnya. Tapi kemudian dia kembali menyendokkan nasi soto yang tinggal setengah di mangkoknya. Lagipula itu bukan urusannya. Untuk apa dia peduli. Flo yang melihat betapa tidak pedulinya Wanda merasa gemas dengan gadis itu.

"Ayolah Wanda, simpati sedikit dong."

Wanda mendongak dari mangkoknya dan menatap Flo jengah. "Aku lapar Flo. Dan itu urusan mereka. Paling-paling mereka sedang konflik biasa."

Flo menatap sekitar, kantin sangat sepi kini apalagi di jam 4 sore saat akhir pekan seperti ini. Flo menyeruput jus jeruknya sejenak sebelum mendekatkan wajahnya pada Wanda. "2 dari mereka pernah menembakmu didepan umum dan satu lainnya pernah memberimu bunga."

Wanda tersentak. Sebelum sesaat kemudian ekspresinya kembali normal. "Lalu?"

"Tidakkah kau merasa aneh?"

Wanda menggeleng. Lalu kembali melanjutkan makan hingga soto dalam mangkuknya habis tak bersisa. Ayolah seharian ini dia belum memakan apapun.

Flo sendiri mengecek jam tangannya sebelum kemudian berdiri. "Hari ini aku yang bayar, ok. Aku harus segera pergi."

"Kemana?"

Flo tersenyum lebar, sebelum kemudian memekik, "Kencan dong!"

"Huh, kencan?" Wanda ikut berdiri, mengikuti Flo kearah kasir. "Kau punya pacar?"

Flo mengangguk.

"Siapa?"

"Ra-ha-si-a." Flo menekankan setiap katanya, membuat Wanda menjadi penasaran. Wanda pun kemudian cemberut dan memilih bersedekap menatap Flo yang membayar dengan raut kesal.

"Mbak, pesan Siomay. Masukin ke dalam tagihan dia." Lalu Wanda berlalu kembali ke mejanya. Memilih pura-pura tidak mendengar saat Flo berteriak padanya.

"Astaga, 1 mangkuk soto dan nasi kurang untukmu?!" Teriak Flo dari kasir. Tapi gadis itu kemudian tersenyum dan memilih berlalu pergi setelah membayar semuanya.

Wanda yang ditinggalkan hanya duduk termenung. Tidak ada orang di kantin. Bahkan mungkin hanya segelintir orang yang ada di kampus seluas itu. Hari sudah menunjukkan pukul setengah 5. Tapi Wanda suka suasana itu. Sepi dan sunyi. Dia tidak merasa tertekan.

Rambutnya yang menyentuh punggung tertiup angin lembut, membuat setiap helai menjadi berantakan. Hidungnya mancung dengan mata bulat yang tampak polos. Tubuh gadis itu mungil, tingginya hanya mencapai 155 cm. Dan tubuhnya cenderung kurus, karena dia selalu setia melewati Jam makan jika tak diingatkan sahabatnya. Meski begitu, semua orang berkata Wanda sangat cantik. Yah, walau dengan baju buluk dan rambut yang lebih sering disisir oleh tangan.

Dia bahkan masuk ke sekolah ini karena biaya siswa. Maklum saja. Hidupnya serba kekurangan. Makan saja sering Flo yang membayar. Menjadi sebatang kara benar-benar menyedihkan.

"Ini Siomay-mu."

Wanda mendongak dan mendapati seorang pria jangkung berdiri di samping mejanya dengan seporsi siomay.

"Oh, terimakasih." Wanda menerima siomay itu. Meraih sendoknya dan mulai menyuap siomay yang tampak menggiurkan di piringnya.

Wanda berusaha tidak mendongak. Tapi gadis itu sadar bahwa orang asing itu duduk tepat didepannya, tepatnya orang yang mengantar siomay - nya tadi.

Wanda tak ingin menegur. Teguran hanya akan memulai percakapan. Dan dia merasa tertekan dengan orang asing. Sial. Dia sudah menyukai kesunyian ini tapi kenapa pria didepannya harus duduk disana? Bukankah masih banyak bangku kosong? Dan tampaknya pria itu bahkan tak membawa makanan apapun. Hanya terduduk didepannya dengan pandangan kearah.... Wanda.

Wanda semakin merasa takut.

"Kurasa dulu kau tak sediam ini."

Deg.

Siapa pria itu? Seolah-olah mengenalnya saja!

Tapi Wanda tetap bungkam. Dia memilih memakan dengan cepat. Tepat saat sendok terakhir siomay nya masuk ke dalam mulut, Wanda langsung berdiri. Meraih tasnya dan segera pergi dengan langkah cepat.

"Dan seingatku kau selalu pemberani. Kenapa kau berakting seolah-olah polos?"

Wanda terus berjalan. Langkah kaki dibelakangnya terasa berat. Pria itu mengikutinya. Gadis itu bisa melihat bayangan pria itu dan gadis itu menjadi semakin kalut. Tanpa berpikir lagi Wanda berlari sangat kencang. Berbelok kearah taman dan terus berlari hendak kearah gerbang universitas. Namun dalam waktu kurang dari 1 menit, pria itu menangkapnya.

Wanda bergetar, pria itu mendekap nya erat. Dan gadis itu benci di sentuh seintim itu oleh orang asing.

Wanda mulai meracau. Kesadarannya seakan perlahan-lahan hilang dan gadis itu memberontak minta dilepaskan. Namun pria itu justru menyeringai. Dia suka menyentuh gadis itu, gadisnya. Hanya dirinya yang boleh menyentuh gadis itu.

"LEPASKAN, KAU SIAPA?!"

"***, tenanglah. Aku kekasihmu." pria itu tersenyum lebar setelah berhasil mengatakan kalimat yang selalu diidamkan nya. "Sudah 2 tahun dan sesuai perjanjian aku boleh mengejarmu lagi setelah kau lulus SMA. Kau harus menerimaku lagi."

"LEPAS... LEPAS... LEPHHHAS..... HIKS. IBU, TOLONG HIKS... IBU ADA ORANG JAHAT. LEPAAHSS."

"Sayang tenanglah. Lihat aku."

Wanda semakin tak terkendali. Dengan kalap dipukulnya tubuh pria itu dengan tangan mungilnya yang mungkin takkan terasa sakit bagi pria itu. Tapi Wanda ingin mencoba. Namun kemudian pria itu mencengkram kedua lengannya dengan satu genggaman tangan besarnya. Lalu tangan satunya mencengkram pipi Wanda dan memaksa gadis itu untuk menatapnya.

Wanda membelalakkan matanya. Dia kenal pria itu.

"Kak... Yuzen?" Suara parau keluar dari bibir Wanda. Gadis itu ketakutan tapi juga bingung. Bagaimana bisa pria itu disini? Wanda tak kenal Yuzen, hanya sekedar tahu bahwa dia ketua OSPEK sebulan yang lalu. apakah pria itu salah orang hingga menyebutnya kekasih? "Lepaskan... Aku." Wanda merasa tenggorokannya kering, berteriak-teriak membuatnya lelah.

"Ya sayang?" Yuzen menguraikan senyumannya dengan sangat menawan.

Deg.

Tapi....

Senyum itu kembali terasa aneh. Wanda kini sadar, senyuman itu seakan sedang berusaha menarik perhatian, seakan sedang merindu, dan penuh obsesif.

"Aku ingin pulang. Tolong lepaskan aku."

Wanda sadar sejak menjadi mahasiswa baru sebulan yang lalu, dia kerap merasa dikuntit. Tapi Wanda kira itu hanya orang-orang iseng yang menyukainya dan tidak berbahaya. Tapi setelah melihat Yuzen. Entah kenapa ia yakin pria itulah yang sepertinya mengikutinya selama ini.

Pria itu.... Aneh. Bahkan caranya tersenyum. Flo bilang senyum pria itu manis. Tapi bagi Wanda, terlalu manis hingga terkesan mengerikan.

"Ayo kita pulang." Yuzen melepaskan Wanda, sebagai gantinya pria itu menggenggam tangan gadis itu erat.

"Aku ingin pulang sendiri. Lepaskan aku."

Yuzen berhenti. Menatap Wanda intens sebelum kemudian mendekatkan bibirnya dan mengecup dahi Wanda.

"Aku sudah sangat bersabar selama sebulan ini."

"AKU BAHKAN TIDAK MENGENALMU!"

Yuzen kembali mendekap Wanda. Memeluk gadis itu sangat erat. "Kau gadisku. Kekasihku. Jangan bilang kau tidak mengenalku." Entah Wanda salah dengar atau tidak, tapi pria itu terdengar putus asa. "Apa perlu aku melukai sahabatmu agar kau tak punya tempat pulang lagi? Seperti 7 pria sialan yang berani menggodamu itu?! KAU BILANG AKAN MEMPERTIMBANGKAN AKU SETELAH KAU LULUS SMA SAAT AKU MENDATANGIMU LAGI! JANGAN MENCOBA MEMBOHONGIKU!"

Ketakutan Wanda memuncak. Mendengar bentakan itu membuatnya semakin kehilangan fokus. Keringat dingin mengucur dari dahi dan telapak tangannya. Air mata pun mengalir dengan deras. Hal kedua yang ditakutinya selain orang asing adalah bentakan. Dan jika kedua hal itu digabungkan bisa saja membuat Wanda kehilangan kesadaran.

Seperti kini, beberapa detik setelah bentakan itu, Wanda terhuyung dan jatuh pingsan.

"Sayang, kau selamanya milikku."

...✾n-o-t✾...

Terpopuler

Comments

Tutik Nur Hidayati

Tutik Nur Hidayati

Omg

2021-03-20

0

Tutik Nur Hidayati

Tutik Nur Hidayati

misterius

2021-03-14

0

Sept September

Sept September

semangat kakakkkk

2020-09-15

0

lihat semua
Episodes
1 -1- Dibalik Senyuman
2 -2- Tangkap Aku Kalau Bisa
3 -3- Kepribadian Lain
4 -4- Jangan Sentuh Milikku
5 -5- Pria Posessif
6 -6- Hiburan Malam
7 -7- Menempel Padamu
8 -8- Pria Romantis?
9 -9- Pembalasan
10 -10- Wendy
11 -11- Wendy (2)
12 -12- Kecantikan Tersembunyi
13 -13- Kecantikan Tersembunyi (2)
14 -14- Akan Kerengkuh selalu
15 -15- Mesum
16 -16- Kau Mencintaiku?
17 -17- Kabar Tak Terduga
18 -18- Trending Topic
19 -19- Sah!
20 -20- Ketahuan
21 -21- Bisikan
22 -22- Ciuman Nakal
23 -23- Tertangkap
24 -24- Panas Membara
25 -25- Gangguan Pagi Hari
26 -26- Sang Pangeran dan Putri
27 -27- Sang Pangeran dan Putri (2)
28 -28- sakit
29 -29- Sakit (2)
30 -30- Pagi yang Cerah
31 -31- Memasak
32 -32- Mertua
33 -33- Insiden Kecil
34 -34- Sekeping Masa Lalu dan Lamaran
35 -35- Sekeping Masa Lalu dan Lamaran (2)
36 -36- Pembantaian
37 -37- Pantulan
38 -Secret Chapter- Pertemuan Pertama
39 -Secret Chapter- Pertemuan Pertama (2)
40 -38- Rumah Sakit
41 -39- Bertemu
42 -40- Histeris
43 -41- Pembunuh Bayaran
44 -42- Dalam Lingkup Air Mata
45 -43- Kembali Ke Kampus
46 -44- Sahabat?
47 -45- Misi Hanzel
48 -46- Tersingkapnya Tirai Kebenaran
49 -Secret Chapter- Tabir Masa Lalu
50 -Secret Chapter- Tabir Masa Lalu (2)
51 -Secret Chapter- Tabir Masa Lalu (3)
52 -47- Kenyataan Pahit
53 -48- Ketakutan Yuzen
54 -49- Ayo Menikah!
55 -50- Kamar Mandi
56 -51- Sesi Pertanyaan
57 -52- Ayo Jadi Cantik!
58 -53- Peringatan
59 -54- Hanzel dan Targetnya
60 -55- Wendy dan Flo
61 -56- Hadiah Balasan dari Yuzen
62 -57- Perhatian Yuzen
63 -58- Gaun Pengantin
64 -59- Nominasi Pemilihan
65 -60- Kartu Undangan
Episodes

Updated 65 Episodes

1
-1- Dibalik Senyuman
2
-2- Tangkap Aku Kalau Bisa
3
-3- Kepribadian Lain
4
-4- Jangan Sentuh Milikku
5
-5- Pria Posessif
6
-6- Hiburan Malam
7
-7- Menempel Padamu
8
-8- Pria Romantis?
9
-9- Pembalasan
10
-10- Wendy
11
-11- Wendy (2)
12
-12- Kecantikan Tersembunyi
13
-13- Kecantikan Tersembunyi (2)
14
-14- Akan Kerengkuh selalu
15
-15- Mesum
16
-16- Kau Mencintaiku?
17
-17- Kabar Tak Terduga
18
-18- Trending Topic
19
-19- Sah!
20
-20- Ketahuan
21
-21- Bisikan
22
-22- Ciuman Nakal
23
-23- Tertangkap
24
-24- Panas Membara
25
-25- Gangguan Pagi Hari
26
-26- Sang Pangeran dan Putri
27
-27- Sang Pangeran dan Putri (2)
28
-28- sakit
29
-29- Sakit (2)
30
-30- Pagi yang Cerah
31
-31- Memasak
32
-32- Mertua
33
-33- Insiden Kecil
34
-34- Sekeping Masa Lalu dan Lamaran
35
-35- Sekeping Masa Lalu dan Lamaran (2)
36
-36- Pembantaian
37
-37- Pantulan
38
-Secret Chapter- Pertemuan Pertama
39
-Secret Chapter- Pertemuan Pertama (2)
40
-38- Rumah Sakit
41
-39- Bertemu
42
-40- Histeris
43
-41- Pembunuh Bayaran
44
-42- Dalam Lingkup Air Mata
45
-43- Kembali Ke Kampus
46
-44- Sahabat?
47
-45- Misi Hanzel
48
-46- Tersingkapnya Tirai Kebenaran
49
-Secret Chapter- Tabir Masa Lalu
50
-Secret Chapter- Tabir Masa Lalu (2)
51
-Secret Chapter- Tabir Masa Lalu (3)
52
-47- Kenyataan Pahit
53
-48- Ketakutan Yuzen
54
-49- Ayo Menikah!
55
-50- Kamar Mandi
56
-51- Sesi Pertanyaan
57
-52- Ayo Jadi Cantik!
58
-53- Peringatan
59
-54- Hanzel dan Targetnya
60
-55- Wendy dan Flo
61
-56- Hadiah Balasan dari Yuzen
62
-57- Perhatian Yuzen
63
-58- Gaun Pengantin
64
-59- Nominasi Pemilihan
65
-60- Kartu Undangan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!