-2- Tangkap Aku Kalau Bisa

Pria itu terduduk di sebuah sofa, tepat di samping jendela besar yang kini menampakkan langit malam. Segelas Wine mahal berada di tangannya, tampak enggan dia minum. Pria itu menunduk, menatap gelas di tangannya lalu beralih kearah sosok yang terbaring tak sadarkan diri di ranjangnya.

Brengsek!

Dibanting nya gelas yang ada di genggamnya pada meja dihadapannya. Lalu gagang gelas yang masih utuh dengan ujung bergerigi tajam akibat bantingan tadi digores nya pada lengannya.

“Sudah 3 jam sayang, kapan kau bangun?” Pria itu menatap lirih pada sosok yang terbaring diranjang dari sudut kamar. Bahkan darah yang mulai menetes deras dari luka yang dibuatnya, tak terasa sama sekali. Pria itu menggores berkali-kali.

Rasa sakit itu seakan mengobati rasa bersalahnya karena membuat gadisnya pingsan.

“Bangun.”

Suaranya semakin tenggelam. Rasa sedih dan bersalah semakin dominan seiring waktu yang terus terlewati. Pria itu bangkit. Menjatuhkan gagang gelas yang di genggamnya dan berjalan kearah ranjang dengan darah yang menetes dari lengan kirinya.

“Bangun sayang, kumohon.” Pria itu bersimpuh dipinggir ranjang. Menggenggam tangan gadis itu dan menatap intens. Menunggu detik demi detik gadis itu tersadar.

Tapi jarum jam terus berputar, semakin lama terasa semakin mengerikan.

Tok.

Tok.

Tok.

Pria itu mengabaikan ketukan di pintu. Namun sebuah suara familiar terdengar dari luar.

“Tuan, makan malam sudah siap.” Pelayan itu terdiam sebentar. “Tuan besar dan nyonya ada di bawah menunggu anda.”

Yuzen mengedipkan matanya cepat mendengar kalimat terakhir. Pria itu bangkit dengan terburu-buru dan segera meraih kotak P3K. Tanpa banyak berpikir di bebatnya perban pada lengannya yang terluka. Di bebatnya dengan tebal namun asal, yang penting luka itu tak meneteskan darah. Lalu diraihnya sebuah kemeja lengan panjang dari lemarinya dan segera berganti pakaian.

Yuzen menoleh kearah gadisnya.

Sejenak ekspresi pria itu berubah kelam. Dia tak akan membiarkan siapapun menghalanginya, termasuk orangtuanya.

Dengan langkah mantap, pria itu berjalan ke arah ranjang. Duduk dipinggir ranjang dan mengelus surai gadis itu.

“Sayang, bangunnya ditunda dulu ya. Jangan buat keributan. Nanti papa dan mama tahu kamu disini.”

Cup!

Dikecup nya dahi gadis itu dan Yuzen segera keluar dari kamar.

Ah… orang tuanya itu kenapa bisa sekali pulang di waktu seperti ini.

Sial.

...✾n-o-t✾...

Wanda mengusap kedua matanya pelan. Kepalanya pusing dan saat membuka matanya terasa berkunang-kunang. Setelah berhasil mengumpulkan kesadarannya gadis itu terpaku. Matanya menjelajahi seluruh kamar dengan dahi yang semakin mengernyit dalam.

Heran.

Gadis itu kembali mengusap matanya.

“Ini kamar siapa?” Bisiknya.

Kamar itu luas sekali dan perabotan nya pun tampak mahal. Cat-nya pun sungguh unik dengan perpaduan warna maroon, abu-abu,  dan hitam yang dicat acak hingga memberikan kesan yang mengagumkan. Lalu di sudut ruangan Wanda melihat sebuah meja belajar dengan banyak kertas diatasnya serta rak buku yang memenuhi satu sisi dinding. Tapi matanya terpaku pada pecahan gelas dibawah meja di dekat jendela.

Seseorang duduk disana tadi.

Siapa?

Wanda berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi. Namun kemudian, segalanya menjadi jelas. Gadis itu tiba-tiba merasa takut. Matanya dengan cepat berkeliling berusaha menemukan jejak pria itu. Apa ini kamarnya?

Tapi kemudian bernafas lega saat tak menemukan tanda-tanda keberadaan pria itu.

Wanda berusaha bangkit. Berjalan perlahan menuju meja belajar itu. Tapi langkahnya terhenti sebelum benar-benar mencapai meja belajar. Gadis itu kembali melangkah mundur. Semakin bergidik ngeri.

Di sana, diatas meja belajar berserakan foto candidnya sangat banyak. Kaos kebesaran berwarna hitam dipadukan jeans putih. Bukankah itu baju yang dikenakannya 2 hari lalu? Sepertinya foto itu baru dicetak. Dan yang semakin bertambah mengerikan adalah 3 frame foto yang terpajang diatas meja belajar.

Foto dirinya dan pria itu.

Wanda ngeri sekaligus heran. Dia tak merasa mengenal seorang Yuzen. Tapi kenapa ada fotonya dan pria itu disana? Tampak saling kenal dan saling mengasihi.

Ini gila.

Siapa pria itu?

Wanda berkeliling mengedarkan pandangannya. Lalu matanya berhenti pada pintu kamar yang tertutup. Gadis itu berjalan tergesa kearah pintu.

Masa bodoh siapa pria itu. Yang pasti dia harus keluar dari sini. Pria itu terlalu aneh bagi Wanda.

Dengan cepat diputarnya kenop pintu, tapi sial, terkunci. Wanda berbalik kearah jendela, dan melihat jendela itu tak berteralis. Gadis itu tersenyum senang. Dihampiri nya jendela itu dan kemudian dibukanya dan melongok kebawah.

Ah hanya 2 lantai. Tidak masalah. Lagipula Wanda jago panjat tebing. Tapi untuk berhati-hati Wanda membuka lemari pria itu. Mengambil 3 lembar seprai dan mengikatnya menjadi 1. Diikatnya salah satu ujung seprai pada kusen jendela dan membiarkan satu ujungnya yang lain jatuh ke tanah. Setelah memastikan terikat kuat, Wanda mulai berpegangan pada seprai. Mulai turun dengan sangat handal. Kakinya berpijak pada dinding luar rumah dan tangannya berpegangan erat pada seprai.

Wanda turun sedikit demi sedikit. Tapi petaka itu datang.

Wanda meneguk ludahnya susah payah. Sial sekali. Ternyata lantai 1 tepat dibawah kamar pria itu adalah ruang makan yang menghadap ke halaman belakang. Dan kini, pria itu menatapnya dengan mata membelalak sesaat sebelum kemudian menjadi panik.

Astaga, Wanda harus cepat kabur!

...✾n-o-t✾...

“Kenapa tidak memberi kabar jika akan pulang?”

Yuzen baru turun dan segera menghampiri orangtuanya yang sudah duduk di meja makan. Tampak menunggunya untuk segera makan bersama.

Pria itu mengecup pipi mama-nya sebelum benar-benar duduk di kursinya.

“Kau tampak tidak senang kami pulang. Apa kau bersenang-senang tanpa kami, hm?” Sang ayah terkekeh. Tentu saja dia tahu betul bagaimana putranya. Tidak. Bukan berarti Yuzen anak liar yang suka clubbing atau melakukan hal buruk saat orangtuanya tidak ada. Hanya saja pria itu suka menyendiri dan mandiri. Tapi sayangnya istrinya itu sungguh suka memanjakan dan memantau Yuzen selaku anak mereka satu - satunya. Jadi, tentu saja Yuzen suka sendirian dirumah.

“Tentu saja aku senang kalian pulang. Ngomong-ngomong urusan bisnisnya sudah selesai?”

Sang mama berpindah tempat dan memilih duduk disebelah putranya. Memeluk putranya dan bersender pada bahu tegap pria itu. Ah anaknya yang mungil ternyata sudah dewasa. “Ah mama merindukanmu.”

“Belum. Kami masih harus menyelesaikan konflik perusahaan di Macau. Kacau sekali disana. Banyak sekali laporan tidak jelas. Papa harus menyelidiki dalang-dalang yang sudah menggelapkan dana disana.”

“Yah mama merengek ingin pulang karena merindukanmu. Dan papa-mu itu tidak mau ditinggalkan mama dan justru ikut pulang.” Rajuk Sang Mama. Suaminya itu benar-benar tidak mau ditinggal. Padahal dia tidak melakukan apapun di Macau, tapi suaminya itu kukuh mengajaknya ikut kesana.

Yuzen sendiri terkekeh dan mengerti bagaimana perasaan Papa-nya. Dia pun seperti itu, merasa sangat merindukan gadisnya saat tak berada disisi gadis itu. Apa ini keturunan? Apa setiap pria di keluarga ini akan jatuh cinta begitu parahnya?

Ah Yuzen tak ambil pusing.

Yang penting gadis itu kini ada dikamarnya, masih terlelap dan bisa dilihatnya sepanjang hari…..

Tapi kemudian matanya membelalak.

Gadis itu….

Disana….

Bergelantungan dengan berpegangan pada kain panjang ditangannya. Tampak handal dan sedang menatapnya tak kalah kaget.

Yuzen cepat-cepat menatap orang tuanya bergantian dan mendesah lega saat kedua orang tuanya tak melihat kejadian itu. Tapi perasaan pria itu dengan cepat berubah dan menjadi panik saat sadar gadis itu sedang mencoba kabur.

Sialan.

Yuzen lupa.

Gadisnya bisa melakukan apapun. Gadis kesayangannya memang sangat liar.

Ekspresi Yuzen menggelap. Dikepalnya kedua tangannya erat. Menahan gejolak rasa marah dan panik yang menghinggapi. Yuzen tak akan melepaskan gadis itu.

“Pa, Ma…. Yuzen sepertinya tidak bisa ikut makan.” Hanya kalimat itu yang bisa Yuzen sampaikan dan pria itu segera melepaskan pelukan Sang Mama. Dengan cepat pria itu berlari ke halaman belakang. Tidak menghiraukan pertanyaan orangtuanya yang merasa heran dengan anak mereka.

Yuzen mengedarkan pandangannya pada halaman belakang yang gelap. Tak banyak cahaya yang menyinari halaman belakang. Hanya sebuah lampu yang terpasang di dinding pagar.

Yuzen meneguk ludahnya. Halaman belakang rumahnya luas. Belum lagi tersambung langsung dengan halaman depan jika melewati sisi samping kanan dan kiri rumah. Dan ada sebuah kolam renang dihalaman samping kanan rumah. Ah sial.

Yuzen meraih ponselnya.

“Sebar para pengawal diam-diam disetiap sisi rumah. Jangan buat keributan dan membuat curiga orangtuaku. Aku ingin kau memastikan tidak ada seorang gadis yang keluar dari rumah ini. Dan pastikan semua pelayan mencari diam-diam di dalam rumah. Ingat, cari gadis yang kubawa pulang tadi. Dia berusaha kabur” Yuzen segera memutuskan telponnya saat mendapatkan jawaban ‘ya’ dari kepala pelayannya.

Tanpa sepengetahuan orangtuanya, seluruh pekerja dirumah ini patuh padanya karena Yuzen memberikan gaji tersendiri bagi pekerja dirumahnya terlepas dari gaji yang diberikan orangtuanya. Dan jumlahnya lebih besar dari yang orangtuanya berikan. Jadi, pekerja di rumahnya mendapatkan gaji yang fantastis karena mendapatkan 2 kali lipat. Yah, asal para pekerja itu tutup mulut dengan apa yang dilakukannya.

Yuzen menyeringai senang. Ini permainan kesukaannya. Di seluruh rumah yang luas ini dia akan mencari gadisnya yang berusaha kabur. Tenang saja sayang, aku akan menangkapmu dan kupastikan kau tidur diranjangku malam ini.

Yuzen ingin melonjak. Oh astaga, dia senang sekali. Rasa panik tadi hilang tak berbekas karena dia sudah memastikan gadis itu takkan bisa keluar dari rumah ini.

...✾n-o-t✾...

Wanda bernafas dengan tersengal-sengal. Sialan sekali. Setelah memutari rumah ini dengan berbekal semak-semak dan cahaya yang minim, dia tidak bisa menemukan celah untuk kabur. Ada setiap penjaga disetiap sudut rumah dan itu menghalangi niat Wanda yang ingin memanjat dinding pagar rumah.

“Perasaan tadi waktu dilihat dari jendela atas tidak ada pengawal sebanyak ini yang menjaga setiap sudut rumah.”

Wanda sudah kehabisan ide. Tak mungkin dia berduel dengan para pengawal berbadan kekar itu. Bisa mati ditonjok dia.

Lalu, Wanda menatap rumah besar yang berdiri kokoh. Satu-satunya jalan adalah bersembunyi didalam rumah sampai pergantian shift para pengawal itu. Dan sepertinya sampai esok hari.

Dia harus sembunyi. Dia tak ingin pria aneh itu menemukannya.

Wanda mengendap-endap masuk kedalam rumah. Sangat hati-hati. Dia sudah seperti pencuri sekarang, jika orang melihatnya dia pasti sudah digiring ke seluruh komplek dan dilempari batu sebelum kemudian dibawa ke kantor polisi karena dituduh hendak mencuri.

Menurutmu dimana tempat teraman untuk bersembunyi?

Wanda yakin sekali pria itu sedang mencarinya. Lihat saja, beberapa pelayan yang tiba-tiba saja mondar-mandir di Koridor dengan tak wajar. Aneh sekali.

Lalu matanya terpaku pada sepasang paruh baya yang masuk kedalam sebuah kamar dilantai 1. Ah, mereka orang tua kak Yuzen?

Wanda mengedikkan bahunya. Hendak berbalik dan kembali mengendap-endap, tapi kemudian sebuah ide muncul tiba-tiba dikepalanya.

Wanda tersenyum senang.

...✾n-o-t✾...

Bruk!

“Yes!” Wanda memekik senang dengan nada tertahan. Gadis itu menoleh ke sekitarnya dan yakin keadaan aman, gadis itu menyeret seorang gadis pelayan yang baru saja dipukul tengkuknya hingga pingsan kedalam kamar mandi didekat sana.

Wanda menatap pelayan itu dengan penuh sesal. Merasa bersalah karena sudah membuatnya pingsan. Tapi dengan cepat dihapuskannya pikiran itu. Ini semua salah pria itu yang membuatnya harus melakukan ini.

Gadis itu segera melepas bajunya dan menukarnya dengan baju pelayan yang dipakai sang pelayan. Gadis itu meringis dan mengucapkan maaf sebelum benar-benar melepaskan baju gadis itu.

Alhasil, baju itu benar-benar kebesaran ditubuh pendek nan kurusnya. Astaga dia tenggelam.

Setelah berhasil bertukar baju. Wanda kembali menyeret gadis pelayan itu dan dengan susah payah dimasukkannya ke dalam bathup. Gadis itu memperbaiki posisi Sang pelayan sebelum kemudian menutup tirai bathup.

Selesai.

Tahap selanjutnya….

Wanda berjalan santai menuju kamar kedua paruh baya tadi. Rambutnya tergerai menutupi sebagian wajahnya. Diketuknya kamar itu dan tak lama kamar itu terbuka.

“Maaf tuan, saya ingin menyampaikan bahwa tuan muda ingin berbicara dengan kedua orangtuanya dihalaman belakang.”

“Yuzen?” pria paruh baya itu menatap istrinya yang sudah berdiri disampingnya. “Tumben sekali anak itu ingin bicara.” Padahal anaknya itu jarang sekali bercerita.

“Maaf tuan, saya tidak tahu. Saya hanya diperintah tuan muda.” Wanda menunduk takut - takut.

Pria itu mendesah kecil. “Baiklah. Kau boleh kembali aku akan menemuinya sebentar lagi.”

“Baik tuan. Saya permisi dulu.” Wanda berbalik. Menyunggingkan senyum kecil meninggalkan kedua paruh baya itu yang saling menatap.

Wanda bersembunyi dibawah tangga. Memperhatikan pasangan paruh baya itu yang mulai berjalan menuju halaman belakang.

Setelah pasangan paruh baya itu tak terlihat lagi, Wanda segera berlari masuk ke dalam kamar. Matanya berkeliling menatap sekitar dan memutuskan bersembunyi dibawah tempat tidur.

Akhirnya….

Pria itu tak akan mencarinya sampai kedalam kamar orangtuanya. Wanda yakin sekali.

...✾n-o-t✾...

Terpopuler

Comments

Sept September

Sept September

aku mampir yaaaa

2020-09-15

0

vhiit widianti s 💕

vhiit widianti s 💕

hihihi jd lucu 😅

2020-09-08

2

💢💞lee__sali💓💢

💢💞lee__sali💓💢

kynya seru

2020-07-30

0

lihat semua
Episodes
1 -1- Dibalik Senyuman
2 -2- Tangkap Aku Kalau Bisa
3 -3- Kepribadian Lain
4 -4- Jangan Sentuh Milikku
5 -5- Pria Posessif
6 -6- Hiburan Malam
7 -7- Menempel Padamu
8 -8- Pria Romantis?
9 -9- Pembalasan
10 -10- Wendy
11 -11- Wendy (2)
12 -12- Kecantikan Tersembunyi
13 -13- Kecantikan Tersembunyi (2)
14 -14- Akan Kerengkuh selalu
15 -15- Mesum
16 -16- Kau Mencintaiku?
17 -17- Kabar Tak Terduga
18 -18- Trending Topic
19 -19- Sah!
20 -20- Ketahuan
21 -21- Bisikan
22 -22- Ciuman Nakal
23 -23- Tertangkap
24 -24- Panas Membara
25 -25- Gangguan Pagi Hari
26 -26- Sang Pangeran dan Putri
27 -27- Sang Pangeran dan Putri (2)
28 -28- sakit
29 -29- Sakit (2)
30 -30- Pagi yang Cerah
31 -31- Memasak
32 -32- Mertua
33 -33- Insiden Kecil
34 -34- Sekeping Masa Lalu dan Lamaran
35 -35- Sekeping Masa Lalu dan Lamaran (2)
36 -36- Pembantaian
37 -37- Pantulan
38 -Secret Chapter- Pertemuan Pertama
39 -Secret Chapter- Pertemuan Pertama (2)
40 -38- Rumah Sakit
41 -39- Bertemu
42 -40- Histeris
43 -41- Pembunuh Bayaran
44 -42- Dalam Lingkup Air Mata
45 -43- Kembali Ke Kampus
46 -44- Sahabat?
47 -45- Misi Hanzel
48 -46- Tersingkapnya Tirai Kebenaran
49 -Secret Chapter- Tabir Masa Lalu
50 -Secret Chapter- Tabir Masa Lalu (2)
51 -Secret Chapter- Tabir Masa Lalu (3)
52 -47- Kenyataan Pahit
53 -48- Ketakutan Yuzen
54 -49- Ayo Menikah!
55 -50- Kamar Mandi
56 -51- Sesi Pertanyaan
57 -52- Ayo Jadi Cantik!
58 -53- Peringatan
59 -54- Hanzel dan Targetnya
60 -55- Wendy dan Flo
61 -56- Hadiah Balasan dari Yuzen
62 -57- Perhatian Yuzen
63 -58- Gaun Pengantin
64 -59- Nominasi Pemilihan
65 -60- Kartu Undangan
Episodes

Updated 65 Episodes

1
-1- Dibalik Senyuman
2
-2- Tangkap Aku Kalau Bisa
3
-3- Kepribadian Lain
4
-4- Jangan Sentuh Milikku
5
-5- Pria Posessif
6
-6- Hiburan Malam
7
-7- Menempel Padamu
8
-8- Pria Romantis?
9
-9- Pembalasan
10
-10- Wendy
11
-11- Wendy (2)
12
-12- Kecantikan Tersembunyi
13
-13- Kecantikan Tersembunyi (2)
14
-14- Akan Kerengkuh selalu
15
-15- Mesum
16
-16- Kau Mencintaiku?
17
-17- Kabar Tak Terduga
18
-18- Trending Topic
19
-19- Sah!
20
-20- Ketahuan
21
-21- Bisikan
22
-22- Ciuman Nakal
23
-23- Tertangkap
24
-24- Panas Membara
25
-25- Gangguan Pagi Hari
26
-26- Sang Pangeran dan Putri
27
-27- Sang Pangeran dan Putri (2)
28
-28- sakit
29
-29- Sakit (2)
30
-30- Pagi yang Cerah
31
-31- Memasak
32
-32- Mertua
33
-33- Insiden Kecil
34
-34- Sekeping Masa Lalu dan Lamaran
35
-35- Sekeping Masa Lalu dan Lamaran (2)
36
-36- Pembantaian
37
-37- Pantulan
38
-Secret Chapter- Pertemuan Pertama
39
-Secret Chapter- Pertemuan Pertama (2)
40
-38- Rumah Sakit
41
-39- Bertemu
42
-40- Histeris
43
-41- Pembunuh Bayaran
44
-42- Dalam Lingkup Air Mata
45
-43- Kembali Ke Kampus
46
-44- Sahabat?
47
-45- Misi Hanzel
48
-46- Tersingkapnya Tirai Kebenaran
49
-Secret Chapter- Tabir Masa Lalu
50
-Secret Chapter- Tabir Masa Lalu (2)
51
-Secret Chapter- Tabir Masa Lalu (3)
52
-47- Kenyataan Pahit
53
-48- Ketakutan Yuzen
54
-49- Ayo Menikah!
55
-50- Kamar Mandi
56
-51- Sesi Pertanyaan
57
-52- Ayo Jadi Cantik!
58
-53- Peringatan
59
-54- Hanzel dan Targetnya
60
-55- Wendy dan Flo
61
-56- Hadiah Balasan dari Yuzen
62
-57- Perhatian Yuzen
63
-58- Gaun Pengantin
64
-59- Nominasi Pemilihan
65
-60- Kartu Undangan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!