Cinta Sang CEO Tampan
"Gue masih di Bali, nanti jemput gue di Soetta oke" panggilan telpon langsung ditutup begitu saja oleh sebelah pihak.
"Rempong banget sih tuh orang, nanti gue juga bakal sampai di Jakarta" lontaran kekesalan kembali terucap dari bibir manis Prisia Narendra. Matanya memandang ke sekeliling bandara Ngurah Rai Bali, sambil memegang koper ditangan kanannya. Netra matanya menajam di kala melihat seorang pemuda yang berlari kearahnya. Bukanya mendekat atau menunggu pemuda itu menghampiri dirinya Prisia justru berlari menjauh seakan tidak ingin bertemu pemuda itu.
Larinya begitu cepat tanpa melihat depan, karena ia terus memperhatikan belakangnya takut jika ia akan tertangkap sehingga menghiraukan jalan didepan.
Brakkk
Sudah bisa dipastikan jelas ia menabrak seseorang yang berjalan didepannya
"Yakk, Kau buta ya" teriak seorang pria berkemeja biru laut menunduk memperhatikan kemejanya yang kotor akibat tumpahan kopi dingin miliknya.
Sementara Prisia yang memiliki tubuh kecil jelas terpental jatuh ke lantai karena menabrak pria tinggi tegap itu dan kopernya juga terlempar ke sisi pria yang ia tabrak.
"Maaf, maaf tuan" Prisia mencoba bangkit dari jatuhnya dan langsung mengambil salah satu koper disisi pria itu.
"Apa maaf mu bisa membuat kemeja ku bersih" Tanya pria itu sakartis.
"Sekali lagi saya minta maaf tuan, dan maaf saya harus segera pergi" Prisia langsung berlari pergi tanpa menghiraukan teriakan dua pria yang kini meneriaki dirinya.
"Kau, ya kau wanita sialan. Kau pergi kemana tanpa mau tanggung jawab" Teriak Pria berkemeja biru laut.
"Prisia, Prisia tunggu.. " Teriak pria satu lagi yang baru datang.
"Bryan Teeradon, kau membuatku susah saja" teriak seorang perempuan yang baru saja datang.
"Kenapa kau kesini? Dimana Raka? " Tanya Bryan sambil meraih koper disampingnya. Sementara Lena memperhatikan Bryan dari ujung kaki sampai ujung kepala dengan seksama.
"Why? Apa yang membuatmu memperhatikan ku seperti itu? aku tahu, aku tampan" Lena menoyor kepala Bryan seenaknya.
"Kau, " geram sudah Bryan
"Lihat dirimu sekarang, berantakan begini" Lena menggerakkan telunjuknya dari atas kebawah didepan wajah Bryan.
"Jangan bahas tampilan ku, ayo pergi. " Bryan berjalan pergi mendahului Lena yang masih geleng kepala tak percaya ia bisa menyukai seorang Bryan Teeradon.
"tadi kau tanya Raka kan? dia sudah ada di hotel mu. " kata Lena sesaat dia telah menyamai langkah
"Apa" tak percaya sudah satu jam ia menunggu di Bandara ternyata orang yang ia tunggu sudah istirahat dengan tenang di hotel. Memang harus diberi pelajaran itu sepupu sialan.
"cepatlah, kau lambat sekali Lena" sudah terlanjur emosi memuncak menguasai dirinya. Sehingga membuat Bryan tak sadar bahwa Lena sudah mendahuluinya didepan.
........
Setelah menempuh perjalanan udara Bali-Jakarta. Kini Prisia sudah sampai di bandara Soekarno-hatta, tangannya menggerakkan jari-jari manisnya membuka ponsel yang tadi sempat ia matikan selama penerbangan. Begitu banyak pesan masuk ke dalam ponsel miliknya sampai-sampai ia bingung harus membalas yang mana dulu, ketika ia menscrooll di kontak masuk jarinya berhenti dan matanya melihat sebuah pesan dari seorang yang tak bernama namun bersimbol hati. Tanpa berniat untuk membukanya Prisia langsung menghapus pesan itu dan kembali mematikan ponselnya dan membuangnya begitu saja ke tong sampah yang berada di luar bandara.
"Haii, " seru seorang dari arah parkiran Bandara.
Prisia tersenyum ketika melihatnya, ia berjalan mendekat menghampiri pemuda itu yang dirasa lebih muda dari Prisia.
"Lama ya nunggu gue" Tanya Prisia sambil mengelus rambut pemuda itu.
"Apaan sih, gue bukan anak kecil" tepis pemuda itu mengambil alih koper dari pegangan Prisia.
"Iya-iya tau-tau. kamu bukan anak kecil lagi" Prisia langsung masuk kedalam mobil
"ehmm" deheman keluar dari mulut Rasya untuk memecah kesunyian didalam mobil saat ini.
"Tanya saja, kalau mau tanya" seakan Prisia mengerti tentang apa yang dipikirkan adiknya.
"Kau, patah hati kan?" Tanya Rasya terus terang
"hemm"
"kita pulang saja ke rumah Mama, oke" seakan Rasya mengerti apa yang dibutuhkan kakaknya saat ini. Pilihan paling tepat memang ke rumah mamanya walaupun ada Ayah tirinya ketimbang ke rumah papanya yang ada Ibu tirinya.
"Gak, gue mau pulang ke rumah gue sendiri"
"memang kau punya rumah"
"Punya, masih kontrak. hhee" jawab Prisia sambil menunjukan giginya
"aku tidak menuntut penjelasan darimu sekarang, karena aku adikmu. aku tunggu kau cerita sendiri padaku" ucapan penuh kedewasaan yang tidak dikira akan keluar dari mulut seorang Rasya Narendra
"gimana kabar semuanya? selama aku tidak di rumah"
"Baik-baik saja"
"Kuliahmu bagaiman, awas kalau kau jarang masuk kampus" Prisia memperhatikan adiknya yang fokus menyetir. sepertinya adik kecilnya dulu kini telah tumbuh menjadi seorang pemuda yang dewasa. Walaupun usia mereka terpaut 4 tahun tapi Rasya memiliki sifat yang lebih dewasa darinya buktinya saat ini sudah tidak bertemu kurang lebih satu tahun membuat pemikiran Rasya lebih dewasa.
"Baik, lebih baik darimu" kata Rasya
"Sombong, " Prisia mencubit lengan adiknya pelan
"Kau tinggal dengan siapa sekarang" tanya Prisia penasaran dengan kehidupan adiknya saat ini
"Aku tinggal dengan siapa-siapa, kadang aku tinggal di rumah mama kadang aku tinggal di rumah Papa. sesuka ku aku nyaman dimana"
"Enak jadi dirimu, gak pusing"
"enaklah, ketimbang you. Terlalu bucin, makanya jangan bucin-bucin"
"anak kecil, jangan sok tau diem" sebenarnya benar apa kata Rasya barusan ia benar-benar telah bucin terlalu jadi budak cinta sehingga sekarang harus menerima akibatnya sendiri. Prisia-Prisia
"eh, malah ngelamun" kata Rasya melihat kakaknya yang hanya diam menatap ke depan dengan kosong.
"Mau jalan-jalan dulu gak nih kak" tawar Rasya siapa tahu kakaknya itu mau pergi kemana gitu
"gak ah, langsung aja anterin gue ke alamat yang udah gue kasih tau tadi" Prisia menyandarkan kepalanya ke kursi mobil sambil memejamkan matanya rapat-rapat. Sungguh melelahkan pikiran dan badannya.
"Kok, kakak gue ini makin aneh. kadang-kadang pakek gue lo, kadang-kadang aku kamu.dasar-dasar korban bucin" batin Rasya sambil sesekali memperhatikan kakaknya yang sudah memejamkan mata.
Mobil melaju dengan sedang membelah jalanan Jakarta yang penuh dengan keramaian khas ibu kota. Waktu sudah menunjukan sore hari menjelang magrib sehingga semakin padatnya jalanan ibu kota yang penuh keramaian. Hingga mobil berhenti disebuah Gang yang tidak memungkinkan mobil untuk masuk, Rasya bingung dengan lingkungan sekitar benarkah ini akan menjadi tempat tinggal kakaknya . Kakaknya akan tinggal di tempat seperti ini?mana mungkin seorang Prisia Narendra.
"Kak, Kak Sia" menggoyang-goyang tubuh kakaknya yang terlelap tidur
"Apa?" masih memejamkan matanya
"Bangun dulu, Lo serius tinggal disini" kata Rasya memperhatikan Gang didepannya
"Iya"
"Gue bilang mama sama papa nih, kalau lo tinggal disini"
" Udah diem, bawain koper gue"
"Kak"
"Apa.?udah gak usah khawatir. gue disini gak lama kok gue butuh untuk nenangin diri dulu dan jangan bilang mama papa. gue disini juga buat belajar mandiri" Prisia tidak menghiraukan adiknya yang masih ragu-ragu untuk berjalan masuk ke gang menuju rumah persembunyiannya
"Lo beneran kak" ujar Rasya saat sampai didepan rumah yang terlihat lumayan dari yang lainnya.
"Serius Lah, udah tenang aja. Gue disini sementara kok..gue juga udah dapet kerjaan disini jadi gak usah khawatir oke"
"terserah lo ajalah" Rasya langsung masuk kedalam rumah saat rumah itu sudah dibuka oleh Prisia.
T.B.C
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
ira
baru mampir 😁 seperti nya seru jg cerita nya
2024-10-02
0
Mistin Mistin
kayanya seru
2022-12-30
0
lina
hai thor mampir lagi nih
2022-10-12
0