Rumah Prisia kini ramai di penuhi oleh keluarga-keluarganya yang ada di Jakarta termasuk saat ini juga ada kedua orang tuanya Yang sama-sama membawa pasangannya masing-masing. Papanya membawa istri baru dan juga anaknya, Mamanya juga tidak mau kalah dia membawa suami barunya dan juga anak balita tentu saja itu anak ibunya dan suami baru.
Mereka duduk di sofa yang mengelilingi meja, semua sibuk dengan urusannya masing-masing, Prisia yang baru saja dari dapur melihat hal itu merasa muak buat apa mereka saat ini berkumpul di sini bukanya mengobrol satu sama lain atau apa eh ini malah saling diam.
Dia memang tahu dan ia sudah menebak jika kedua orang tuanya bertemu atau berkumpul ya jelas seperti ini saling diam atau bertengkar dua opsi itulah yang sering terjadi apabila mereka berdua bertemu. Semua ini ulah Rasya kenapa juga dia harus memberitahu orang tuanya kalau ia sudah kembali ke Jakarta, dimana anak itu sekarang dia yang mengundang semua orang ini malah dianya tidak ada disini dasar anak itu batin Prisia kesal.
"Kau kembali ke Jakarta Tapi tidak pulang ke rumah dan apa ini kau malah menyewa rumah di tempat seperti ini" Waluyo membuka pembicaraan setelah Prisia duduk di antara mereka.
Semua orang langsung memandang ke arah Waluyo. Prisia merasa tak suka saat mendengar perkataan Papanya barusan, ia selalu menganggap remeh sesuatu yang menurutnya tidak selevel dengan dirinya.
" Papa, aku hanya ingin mandiri dan kenapa dengan tempat ini. Tempatnya nyaman kok" kata Prisia berusaha menjawab dengan santai.
"Sudah Papa nggak usah mikirin aku, aku bisa mandiri kok. Oh iya dan untuk Mama nggak usah berkali-kali nyuruh aku untuk masuk ke perusahaan Papa gak usah khawatir sama keuanganku" Lanjutnya lagi menenangkan Waluyo, pandanganya beralih ke Sinta Mamanya yang pura-pura tidak mendengarkan perkataanya barusan.
"Terserah kamu ajalah sekarang" Sinta tampak kesal berjalan pergi meninggalkan tempat menuju ke dapur.
………………
Prisia duduk di Sofa ruang Tv yang berada di rumahnya. Acara kumpul-kumpul tadi akhirnya usai, mungkin jika ia tidak mengusir mereka sampai saat ini semua orang menyebalkan itu masih disini. Mamanya Yang sedikit kekeh untuk tetap di rumahnya perlu perdebatan untuk membuatnya pergi, entah mengapa ia kurang merasa nyaman bersama Mamanya apalagi bersama Suami mamanya masih ada rasa canggung yang menyelimuti relung hatinya.
Setelah duduk sebentar Prisia hanya perlu membereskan makanan-makanan yang masih tersisa di meja soal gelas-gelas minuman sudah terlebih dahulu di bersihkan Mamanya tadi. Selesai membereskan semua ia berjalan ke kamar tamu yang di huni oleh adiknya sebenarnya kemana dia kenapa tidak ada di rumah, apa dia kembali ke rumah Mama atau Papa menyebalkan sekali anak itu. Prisia membuka kamar itu dan blamm kosong tidak ada orang di dalam, mungkin saja sedang bersama teman-temanya sudahlah biarkan saja besok-besok saja ia akan memberikan pelajaran pada adik tersayangnya itu.
Karena hari belum terlalu malam masih menunjukkan pukul 08:00 WIB, Prisia berniat untuk membeli makanan di luar walaupun barusan saja di rumahnya ada acara kumpul-kumpul dan makan-makan, tidak membuat dirinya menikmati acara makan barusan perutnya seakan belum terisi makanan sama sekali rasa lapar begitu saja terus menghinggapi ke perutnya.
"Sepertinya makan bakso super pedas enak nih" kata Prisia pada dirinya sendiri
Prisia keluar dari rumah mengunci pintu berjalan keluar gang untuk mencari bakso Yang ada di pinggiran jalan memang kebetulan rumah kontrakan Prisia tidak jauh dari jalan besar keluar gang saja sudah langsung menjurus ke jalan besar. Sudah di pastikan banyak orang yang berjualan di pinggir jalan salah satunya berjualan Bakso. Prisia bukanlah orang yang pilih-pilih tempat makan gak harus di tempat mewah untuk makan di mana saja di asalkan bisa makan ya makan.
Ia berjalan santai sambil melihat ponselnya yang sedari tadi bergetar disebabkan banyaknya pesan yang masuk. Pesan dari Raka yang mengirimkan begitu banyaknya file serta jadwal-jadwal pekerjaan Bryan selanjutnya sangking tidak fokusnya memperhatikan depan dan hanya terfokus pada ponselnya saja sampai-sampai ia tidak tahu ada seseorang yang mengikutinya sedari tadi bahkan kini semakin mendekat menjulurkan tangannya hendak memegang bahu
"Kak, woy kak" kata seseorang setelah berhasil memegang bahu Prisia dari belakang. Prisia yang refleks langsung memukul perut pria itu.
"Arrggh, sakit tau" rintih kesakitan keluar dari mulut Rasya. Iya laki-laki itu Rasya adik Prisia.
"Aissh kamu, ngagetin aku aja sih dek" kata Prisia kesal sambil melayangkan tangan di udara hendak memukul kepala adiknya.
"Siapa juga Yang ngagetin kakak, Salah sendiri aku panggil dari tadi gak nengok-nengok" balas Rasya tak terima.
"Kapan? aku gak denger kamu manggil-manggil"
"Gimana mau dengar, kakak aja fokus nunduk aja mainin hp"
......***......
"Raka, Raka" suara keras memenuhi Rumah keluarga Teeradon Yang lain. Lebih tepatnya rumah pamannya adik ayahnya anak kedua kakeknya. Suara keras itu tentu saja berasal dari Bryan, laki-laki itu entah darimana masuk rumah tiba-tiba berteriak-teriak tidak jelas memanggil Raka.
"Woy, Kenapa sih teriak-teriak di rumah orang" Raka berlari menuruni tangga sambil memandang kakak sepupunya penuh kekesalan. Bukan hanya Raka yang muncul tetapi juga Bagus dan istrinya juga muncul.
" Ada apa Bryan? " kata Bagus memandang keponakannya penuh pertanyaan.
"Tidak ada apa-apa" Jawab Bryan singkat sambil memandangi orang-orang didepannya
"Kenapa semuanya pada muncul" katanya lagi tanpa rasa bersalah tak berdosa.
"Om sama Bibi masuk saja kembali ke kamar" lanjutnya lagi.
"Kamu ini membuat Om parno saja" setelah mengatakan itu Bagus dan istrinya pergi kembali ke kamar mereka.
Menyisakan Bryan dan Raka yang saling pandang satu sama lain.
"Kenapa kau melihatku seperti itu? " Raka langsung bertanya saat melihat sahabatnya yang terus menatapnya.
"Maaf!! " lirih Bryan
"Hah, " Raka melotot kaget atas apa yang ia dengar barusan. Sesekali ia mengorek-orek telinganya seakan akan apa yang ia dengar barusan tidak Salah. Benarkah tadi seorang Bryan minta maaf padanya.
"Kenapa kau minta maaf? " Tanya Raka tak mengerti.
"Aku, ngantuk. Aku tidur di kamarmu ya" Bryan berjalan pelan menuju tangga yang menghubungkan dengan lantai atas. Meninggalkan Raka yang bertanya-tanya dengan sikap aneh sepupunya barusan. Apa mungkin dia sedang mabuk, dilihat dari cara berjalannya sepertinya iya. Bryan berjalan terhuyung-huyung seperti akan jatuh saat menaiki tangga. Raka terus saja memperhatikan Bryan yang menaiki tangga dengan penasaran.
Kenapa Sepupunya itu, apa ada hubungannya dengan Lena juga soalnya sebelum Bryan datang tadi Lena menelpon dirinya dan berbicara tidak jelas sehingga ia lebih memilih untuk mengabaikannya meskipun ada rasa khawatir.
Raka langsung berlari menaiki tangga menyusul Bryan yang sudah masuk ke dalam kamar.
"Kau sudah mengirim semua file, kepada perempuan kopi? " kata Bryan mulai melantur. ia menjatuhkan dirinya ketempat tidur sambil menyelimuti dirinya sendiri dengan bad cover.
"Perempuan Kopi? Siapa? " Raka mengernyit tak mengerti.
"Sekertaris baru" jawab Bryan dengan suara yang semakin mengecil dan melemah.
"Oh, bilang. Sudah dong tidak kamu suruh saja sudah aku laksanakan. Bagaimana pengertian kan diriku menjadi sepupu dan sekertaris terbaik untuk sepupu gak jelas seperti kamu" Raka membanggakan dirinya sendiri. Sementara yang di ajak berbicara sudah terlelap ke alam mimpi.
T.B.C
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
ira
masih nyimak alurnya
2024-10-02
0
Susiehilmansyah
radq bingung raka rasya ach..lanjut thor..
2021-04-07
0
Parti ❤ ☕🌹
bryan mabuk yaaa
2021-04-01
0