Hari pertama bekerja dan untuk pertama kalinya bekerja di Indonesia. Membuat diri Prisia merasa aneh tak tenang. Apalagi ia harus bekerja dengan seorang yang telah ia tabrak waktu itu di bandara dan membuat kopernya tertukar serta menorehkan noda pada baju CEO nya. Teringat ingatan waktu itu rasanya Sia ingin mengutuk dirinya sendiri, begitu ceroboh dan egoisnya waktu itu. Bagaimana jika CEO nya mengingat dirinya apa kabar ia nanti.
Bukankah ini hari pertamanya bekerja, kenapa CEO itu malah menyuruh untuk membawa proposal ke Cafe bawah kantor ini. Memang Perusahaan NBR group mengusung konsep seperti perusahaan - perusahaan luar negeri yang juga sekaligus membangun Cafe di bawah perusahaan mereka. Tak heran banyak yang ingin berbisnis dengan perusahaan besar ini, ide-ide mereka begitu cemerlang dan kreatif.
Prisia membawa setumpuk proposal dengan kedua tangannya, jalannya seakan terhuyung-huyung karena begitu banyak tumpukan. sehingga menghalangi pandangan jalan. Sia berjalan mendekat sambil menghembuskan nafas kasar hari pertama bekerja sudah menderita seperti ini dan lihat dengan santai dan nikmatnya sang bos menyesap Americano milik sambil menyilang kan kaki seakan begitu menikmati
Menaruh proposal pelan di atas meja, mendorong kursi dan duduk sambil memperhatikan bos nya yang hanya diam saja tanpa membuka atau memeriksa semua proposal yang sudah ia bawa
"Bagus,.. Ayo kembali ke kantor" Bryan memperhatikan berkas-berkas yang sudah tersusun rapi di depannya setelah sesapan terakhir kopi miliknya habis.
"Apa? " Mata melotot tak percaya memandang sang CEO yang tanpa rasa bersalah atau minta maaf padanya telah melenggang pergi menuju lift yang menghubungkan ke Kantor.
Tunggu baru saja Bosnya naik lift, Jadi di kafe ini juga ada liftnya yang langsung terhubung ke ruangan atas. Lalu kenapa tadi ia lewat tangga. Kesal sudah Sia kali ini, hari pertama bekerja untuknya adalah hari yang buruk, bagaimana bisa ia di permainkan seperti ini.
Kini Prisia sudah sampai di ruangan Bryan dengan bernafas dalam-dalam menahan gejolak emosi yang entah mungkin kapan saja akan keluar.
"Kenapa, Kau marah sama saya" kata Bryan dingin, menatap Perempuan didepannya yang sepertinya sedang memendam emosi padanya.
"Aku tidak butuh pegawai yang gampang emosian, baru di tes seperti ini sudah marah dan menatap saya dengan pandangan seolah-olah ingin membunuh" Gumam Bryan dingin dan menusuk. Sambil membuka lembar demi lembar proposal yang harus ia tandatangani.
Diam hanya diam yang bisa Prisia lakukan, mencoba bersabar menghadapi orang di depannya. Jangan buat masalah ini hari pertamamu Prisia kira-kira begitulah yang terus ia ucapkan sedari tadi. Dia harus sabar tenang mungkin memang seperti itu sikap bosnya, maklum harus maklum. Mau melawan juga ia tidak bisa dia hanyalah pegawai baru, Yang bisa ia lakukan hanyalah diam. Sehingga amarah yang sudah terkumpul sedari tadi harus secepat mungkin ia redam.
"Bapak barusan mencoba mengetes saya, oke saya terima pak" Prisia berusaha menerima
"Sekarang kau boleh pulang" Suruh Bryan dengan masa Yang masih fokus pada lembar-lembar kertas proposal di depannya.
"kok pulang pak, ini belum jam kerja" Prisia bingung bagaimana bisa ia sudah disuruh untuk pulang sementara ini belum jam pulang kerja. Apa ia tidak di terima di perusahan ini, mana mungkin ia tidak diterima jelas-jelas kualifikasinya sangat memenuhi yah walaupun bentuk tubuhnya yang tidak terlalu ideal. Maksud ideal tidak terlalu seksi seperti para sekertaris-sekertaris lain. Tapi, soal intellectual ia sangat memenuhi kualifikasi.
"Besok kau berangkat lagi" Bryan yang melihat tidak ada jawaban sama sekali menyadari jelas sekertaris barunya ini berfikir ia tidak di terima di perusahaan miliknya ini.
"Saya habis ini juga ingin pulang. Jadi, kau tidak ada pekerjaan" lanjut Bryan beralasan. Ya hanya alasan sebenarnya ia malu berhadapan dengan Prisia, ia sudah ingat dimana ia bertemu wanita di depannya saat ini. Kenapa ia harus malu , tentu saja malu di koper nya saat itu berisi sesuatu yang aneh.
...***...
Di rumah Prisia membanting pintu kulkas dengan kesal. Mimpi apa ia bisa memiliki bos yang begitu menjengkelkan padahal ini baru hari pertama bekerja. Bagaimana kedepannya nanti ia akan menghadapi orang itu
"Astaga, kenapa bos ku begitu. tahu gitu mending aku kerja di Luar Negeri saja" gerutu Prisia kesal
Prisia meneguk air minum langsung dari botolnya, dengan masih menahan emosi. Setelah selesai ia menaruh botol minum itu dengan kasar di atas meja sehingga menimbulkan suara yang lumayan keras.
"Kenapa? Sepertinya kau sedang kesal" Sebuah suara muncul dari belakang Prisia
"Kau masih disini" Ternyata Rasya yang baru saja keluar dari kamar tamu rumah Prisia. Memang Rasya dari kemarin memang menginap di rumah kakaknya. Alasannya ia malas untuk pulang ke rumah.
"Gimana hari pertamamu bekerja Kak, menyenangkan? " Tanya Rasya sekilas ia memperhatikan wajah kakaknya dan langsung mengernyit heran dengan ekspresi wajah yang di tampakkan Prisia saat ini.
"Tidak menyenangkan ya" Lanjutnya lagi
"begitulah, rasanya membuatku naik darah saja saat mengingat wajah orang itu" Prisia semakin kesal.
"Udahlah berhenti kerja aja, mending kerja di perusahaan Papa aja sana" Gumam Rasya ragu, wajahnya juga berubah was-was memperhatikan kakaknya yang terus saja menatapnya.
"Udah gak usah ngasih saran aneh-aneh ke aku" tidak terlalu menganggap serius omongan adiknya Prisia langsung melenggang pergi. Usul adiknya bagus sih menyuruh dirinya bekerja di perusahan ayah mereka. Tapi, ia malas untuk bekerja di sana ia masih bisa bekerja sesuai keinginannya berkerja di perusahaan Papanya malah kemungkinan membuatnya pusing.
jelas pusing, ia harus menghadapi saudara tiri sekaligus ibu tirinya yang tentu saja tidak suka dengan dirinya. Pernah suatu ketika ia bertengkar hebat dengan saudara tirinya cuman gara-gara persolan sepele yaitu kendaraan. Sama-sama memiliki mobil dan sama-sama di belikan oleh Papanya tetapi model miliknya lebih bagus, saudara tirinya seakan tidak terima dan bilang pada ibunya. Ibu tirinya itu bilang pada ayahnya dan Ayahnya bilang kepadanya untuk meminjamkan mobil miliknya pada saudara tirinya itu padahal saat itu ia benar-benar harus memakai mobil itu untuk mengikuti kompetisi di sekolah. Karena hal itu ia harus gugur untuk menjadi pemenang.. apa nggak menjengkelkan sekali, apa salahnya sih punyanya lebih bagus kan wajar Papanya membelikan lebih baik untuknya toh itu juga hadiah karena telah mendapat juara kelas.
Aish gara-gara Rasya Prisia jadi mengingat kenangannya dulu sebelum pergi ke Luar Negeri, sebuah kenangan yang tidak patut untuk di ingat lagi.
Menyebalkan mengingat itu semua, apalagi mengingat perceraian kedua orang tuanya yang begitu egois satu sama lain. Kenapa mereka tidak memikirkan anak-anaknya terlebih dahulu sebelum bercerai.
Dan soal ibunya kenapa ia malah menikahi sahabat ayahnya kan suasana diantara mereka menjadi aneh. Ya Ibunya menikah dengan sahabat kecil ayahnya, walaupun ayahnya mengijinkan tetapi kan di pandang sangat aneh, dan ia canggung saat bertemu ayah tirinya.
Pusing jika memikirkan itu, lebih baik ia tidur. Dan istirahat yang cukup menyiapkan mental menghadapi hari esok di kantor berhadapan dengan CEO nya nya yang menyebalkan sangat. Apa mungkin Bryan sudah ingat soal kejadian waktu itu di Bandara Bali.. Bodo amat ingat atau tidak ia tidak takut menghadapi bosnya itu.
T.B.C
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 151 Episodes
Comments
Lotus girl
Kak Thor, aku mampir... like+fav+rate done ya :)
2021-11-06
0
Susiehilmansyah
thor kenapa dwngan ceo selalu angkuh dingin dan tampan swh..
2021-04-07
0
Parti ❤ ☕🌹
ngakak bayangin isi koper🤣
2021-04-01
5