Pendekar Batari Mahadewi: Perjalanan Menemukan Jati Diri
Badai baru saja berlalu. Belakangan ini hujan lebat sering turun disertai dengan angin kencang yang tak segan segan merobohkan pohon-pohon besar dan menerbangkan atap-atap rumah yang rapuh.
Beberapa orang mulai tampak keluar rumah, memandangi beberapa pohon tumbang dan sampah-sampah bertebaran oleh hujan badai yang baru saja usai.
Mereka belum menyadari kehadiran sosok bayi menangis dalam keranjang di bawah pohon beringin di halaman rumah seorang janda tua yang bernama Nyi Kunyit. Mungkin seseorang telah menaruhnya di sana. Mungkin sejak badai belum berhenti. Tak ada seorangpun yang tahu setelah kemudian Nyi Kunyit tergopoh-gopoh keluar rumah karena mendengar suara bayi menangis.
Bayi dalam keranjang itu basah kuyup dan sedikit berlumpur. Nyi Kunyit sangat kaget dan tanpa berfikir panjang, ia buru-buru membawa bayi itu ke dalam rumah untuk dimandikan dan dibungkus dengan kain bersih agar badannya hangat.
‘Oh, bayi perempuan cantik yang malang, siapakah gerangan yang membuangmu’. Nyi Kunyit berkata dalam hati. Namun Nyi Kunyit diam-diam heran dan tak habis pikir, bagaimana bayi ini bisa bertahan dalam badai dan bagaimana bisa bayi ini tetap segar berseri dan mengeluarkan cahaya keemasan?
Ini merupakan pengalaman pertama Nyi Kunyit merawat bayi karena seumur hidup, ia belum pernah mempunyai anak sejak ia menikah hingga suaminya meninggal.
Sebetulnya usia Nyi Kunyit belum terlalu tua, kira-kira 45 tahun usianya. Namun kehidupannya yang susah membuatnya tampak terlihat tua dan rapuh.
Sejak dulu, ia dan mendiang suaminya selalu berharap agar memiliki keturunan, namun Dewata belum juga mengabulkan keinginannya. Sejak suaminya meninggal, Nyi Kunyit hidup sendiri dan ia juga tak pernah berfikir untuk menikah lagi.
‘Kenapa hari ini terasa menjadi hari yang serba kebetulan’, batin Nyi Kunyit. Semalam ia bermimpi akan mendapatkan seorang anak, dan hari ini ia menemukan bayi perempuan mungil yang cantik.
Yang ada dalam benak Nyi Kunyit adalah bahwa bayi itu adalah bayi perempuan biasa saja; seorang bayi mungil yang dibuang oleh orang tuanya. Ia tak tahu kalau bayi itu merupakan bayi yang istimewa.
Masalahnya, Nyi Kunyit tidak siap dengan kedatangan bayi yang tiba-tiba itu. Ia tak tahu harus merasa senang atau bingung. Yang ada dalam pikirannya saat itu hanyalah mencarikan susu dan meminta bantuan para tetangga. Tak mungkin ia merahasiakan kedatangan bayi itu.
“Gadis kecil, kuberi nama kau Batari Mahadewi” bisik Nyi Kunyit. Lalu bayi itu mulai menangis.
####
Nyi Kunyit menggendong Batari Mahadewi menuju ke rumah tetangganya yang kebetulan juga memiliki seorang bayi.
“Nyi Santan…Nyi Santan….” Nyi Kunyit memanggil tetangganya yang kebetulan baru saja melahirkan beberapa hari yang lalu. Ki Janur, suami Nyi Santan membukakan pintu rumahnya. “Ada apa Nyi…astaga, bayi siapa ini Nyi Kunyit?” Ki Janur keheranan karena ia tahu bahwa tak mungkin Nyi Kunyit memiliki bayi.
“Panjang ceritanya Ki Janur, tapi bisakah saya minta tolong kepada Nyi Santan untuk menyusui bayi ini? Sepertinya ia sudah kelaparan. Saya menemukannya di bawah pohon beringin tadi setelah hujan.”
“Baiklah Nyi, mari silahkan masuk. Istri saya kebetulan sedang menemani anak kami di kamar.” Mereka berdua membawa Batari Mahadewi yang masih bayi itu ke dalam. Nyi Santan yang sedari tadi mendengar percakapan Ki Janur dan Nyi Kunyit segera menyambut bayi itu karena sangat penasaran.
“Oh, sungguh bayi perempuan yang cantik sekali…” Kata Nyi Santan yang kemudian bergegas menyusui Batari Mahadewi.
####
Tak ada seorangpun yang tahu bahwa bayi itu adalah perwujudan dari pusaka dewata yang kelak akan tumbuh menjadi gadis sakti yang ditakdirkan akan membunuh Kalapati, sang raja raksasa yang tak terkalahkan bahkan oleh dewa sekalipun.
Raksasa itu menjadi sangat sakti karena ia sedang menjalani tapa untuk 1000 tahun lamanya. Sebentar lagi, ia akan selesai dalam 1000 tahun pertapaannya.
Dalam pertapaannya itu, ia hanya ingin menjadi raksasa paling sakti yang tak bisa dibunuh oleh siapapun, bahkan para dewa. Tentu saja para dewa khayangan tahu maksud dan keinginan Kalapati itu bertapa selama 1000 tahun. Namun untuk menggagalkannya tidaklah mudah. Para dewa pantang menyerang siapapun yang bertapa, namun hanya bisa menggodanya agar ia gagal dalam bertapa.
Kalapati itu adalah raksasa yang teguh hatinya, ia tak tergoda sekalipun selama menjalani pertapaannya. Kalau sampai ia berhasil mencapai tujuannya, tentu dunia manusia dan dunia khayangan akan kehilangan keseimbangannya.
Selama raja raksasa itu menjalani pertapaannya, para dewa juga bersiap menciptakan penangkalnya, yakni sebuah senjata sakti yang kelak akan hidup layaknya manusia. Senjata itu bukanlah dewa, bukanlah manusia, bukanlah siluman, dan bukan juga raksasa; hanya sebuah senjata yang bernyawa dan hidup seperti dan dalam wujud manusia.
Tentu saja untuk menciptakan senjata dewata itu bukanlah pekerjaan mudah bagi para dewa, butuh 100 dewa sakti yang bekerja sama untuk menciptakannya, termasuk Dewa raja, dan dewa-dewa sakti lainnya.
Itupun, masing-masing dari para dewa harus menyerahkan separuh dari mustika dewanya untuk menciptakan energi pada senjata itu. Bagi para dewa yang telah memberikan separuh mustikanya, maka kekuatannya juga akan berkurang separuh. Butuh 100 tahun untuk memulihkan kembali kekuatannya seperti sedia kala.
Masalahnya, senjata para dewa itu selesai ditempa bertepatan dengan selesainya tapa sang raksasa. Senjata itu juga akan memiliki kekuatan penuhnya ketika semua segel energi dalam tubuhnya terbuka. Tak ada yang bisa membuka segelnya kecuali dirinya sendiri, entah berapa puluh tahun waktu yang diperlukan agar segel itu bisa terbuka semua. Dengan demikian, malapetaka yang akan segera terjadi tak bisa dihindari.
Tujuan utama raksasa itu bertapa adalah untuk menguasai khayangan dan mengenyahkan para dewa yang tinggal di sana. Sebentar lagi ia akan bisa mencapai mimpinya, membalaskan dendamnya sebagai bangsa raksasa yang selama ini selalu dijauhi dan disingkirkan, bahkan dibunuh oleh para dewata.
Dalam dunia yang telah diciptakan oleh sang penguasa semesta, dunia dewa atau khayangan merupakan dunia tertinggi. Di bawahnya, ada dunia tengah yang dihuni oleh para manusia, raksasa, binatang dan tumbuh-tumbuhan. Sementara dunia bawah dihuni oleh para setan dan siluman penghuni neraka.
Selama ini, dunia dewa merupakan dunia terkuat yang bisa menentukan nasib dunia di bawahnya. Para dewa membinasakan para raksasa bukan karena tanpa alasan. Namun demikian, para dewa tak bisa sepenuhnya memusnahkan semua raksasa. Apabila itu terjadi, maka seluruh dunia akan kehilangan keseimbangan, dan imbasnya adalah musnahnya dunia bawah, tengah dan dunia dewata itu sendiri.
Hal ini juga berlaku untuk semua dunia, para raksasa juga tak bisa memusnahkan semua manusia atau dengan kata lain, tak boleh ada satu pihakpun yang musnah, meski binatang sekecil semut sekalipun, karena semua unsur itu merupakan pilar-pilar yang menjaga keseimbangan dan keberlangsungan kehidupan dunia.
Lalu bagaimana jika Kalapati ini memusnahkan seluruh dewa untuk memuaskan dendamnya? Tentu ketiga dunia itu akan hancur, termasuk Kalapati itu sendiri. Inilah yang ditakutkan para dewa; Kalapati akan mendapatkan kekuatan dan kesaktian, namun bukan kecerdasan.
Ketika Kalapati selesai menuntaskan tapanya, seketika itu pula pusaka dewata juga selesai ditempa. Pusaka itu memiliki bentuk yang terus menerus berubah-ubah dengan kilau cahaya keemasan yang menandakan sebagai puncak energi.
Senjata itu tak bisa digunakan oleh siapapun. Senjata itu harus hidup dan membunuh Kalapati atas kehendaknya sendiri. Maka untuk menyamarkan keberadaannya, para dewa mengubahnya dalam wujud bayi manusia.
Senjata itu akan tumbuh dan hidup layaknya manusia. Apabila para dewa mengubahnya menjadi binatang, maka senjata itu hanya akan tumbuh menjadi binatang yang kuat dan tak memiliki kecerdasan. Dan apabila senjata itu diubah dalam bentuk raksasa, maka kelak ia akan menjadi raksasa pula yang justru akan menjadi musuh para dewata.
Demikianlah, bersamaan dengan naiknya Kalapati ke khayangan, salah satu dewa membawa pusaka yang berbentuk bayi tersebut turun ke dunia manusia dan akan tumbuh besar menjadi manusia hingga kelak ia mencapai kesempurnaannya yang sanggup membinasakan sang Kalapati.
Sementara Nyi Kunyit menemukan bayi tersebut, sang Kalapati telah memporak-porandakan seisi khayangan, membunuh sebagian besar dewa utama, dan memenjarakan raja dewa sebab sebagaimana raksasa itu, raja dewa tak bisa dibunuh oleh siapapun.
Selebihnya, para dewa yang selamat lari ke segala pelosok penjuru dunia. Menjalankan tugasnya secara diam-diam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 358 Episodes
Comments
✪⃟𝔄ʀ
baru nemu
2024-11-17
2
Bang Roy
awal ceritanya dmn nih....lokasinya
2022-10-12
0
Toni Hartono
🏀⚾🥎🏐🎾🥎⚾⚽
2022-07-28
0