Setelah pertemuannya dengan harimau hutan, Batari Mahadewi mengalami perubahan dalam banyak hal. Meski ia belum sepenuhnya memahami tentang kekuatan yang tersimpan dalam dirinya, namun ia tahu bahwa ia berbeda dengan anak-anak lain di usianya.
Sejak saat itu, ia belum pernah lagi menginjakkan kaki di hutan karena Nyi Kunyit melarangnya. Ia tidak takut sebenarnya, dan justru penasaran. Ia hanya ingin menjaga perasaan ibunya.
Di usianya yang ke 7 itu, Batari Mahadewi terlihat jauh lebih dewasa dari usia yang sebenarnya. Segel pertama yang telah terbuka di usianya yang ke 2 tahun juga secara otomatis mempengaruhi kemampuan Batari Mahadewi dalam menyerap pengetahuan di sekitarnya.
Kadang ia merasa sedih dan kesepian. Ia tak pernah benar-benar memiliki teman. Ia tak bisa menikmati permainan anak-anak seusianya seperti Rangga anak Nyi Santan ataupun anak-anak dar tetangga lainnya. Terkadang ketika bermain dengan teman-temannya, ia lebih suka memperhatikan mereka, mengajari sesuatu yang belum mereka ketahui, atau memperingatkan mereka untuk berhati-hati.
Batari Mahadewi anak yang pemberani. dikala anak-anak lain tak berani bermain di tempat-tempat yang dianggap angker, ia justru malah datang ke sana, melihat-lihat, merasakan energi tertentu, dan mempelajari aksara-aksara yang muncul di tempat-tempat itu.
Batari Mahadewi sangat haus akan pengetahuan. Sayangnya, Nyi Kunyit dan orang-orang disekitarnya bukanlah orang-orang yang memiliki pengetahuan luas. Mereka hanyalah masyarakat biasa sehingga tak banyak yang bisa dipelajari oleh Batari Mahadewi kecuali hal-hal dalam keseharian.
Ia lebih banyak belajar dari alam. Sedikit banyak ia memahami bahwa gerak tubuh binatang merupakan isyarat yang bisa dibaca. Pernah ia sesekali mencoba untuk berkomunikasi dengan binatang, namun sayangnya ia belum mampu melakukannya dengan baik. Ia hanya bisa memahami perilaku binatang.
Ia juga bisa merasakan bahwa tumbuh-tumbuhan juga memiliki indera yang jauh lebih banyak dari manusia dan jauh berbeda bentuknya. Apabila manusia bisa menggunakan telinga, hidung, lidah, kulit, dan matanya untuk merasakan dunia. Satu bagian tumbuhan seperti misalnya daun memiliki puluhan indera yang berbeda, namun fungsi dasarnya sama, yakni untuk hidup dan merasakan dunia.
Yang aneh, tumbuhan ini bisa merekam peristiwa yang terjadi di sekitarnya, sehingga pada dasarnya tumbuhan bisa memantulkan kembali segala hal yang pernah terjadi di situ.
Batari Mahadewi belum terlalu bisa membaca guratan tanda, misalnya pada pohon-pohon besar yang menyimpan sejarah panjang. Namun ia bisa dengan mudah mempelajari dan kemudian membaca aksara, baik aksara manusia ataupun aksara siluman. Hal ini mengalir begitu saja. Namun karena keterbatasan aksara yang bisa ia temui di lingkungannya, maka tak banyak hal yang bisa ia baca.
Itulah sebabnya, ketika Batari Mahadewi sedang sendirian, ia akan berjalan-jalan di sekitar pepohonan, mencari pohon-pohon besar yang berusia puluhan atau ratusan tahun, untuk belajar membaca sejarah masa lalu yang terekam dalam batang pohon itu. Kelak ketika ia dewasa, ia bisa sepenuhnya menafsirkan semua tanda yang tercatat dalam pepohonan, bebatuan, dan segala hal yang memancarkan energi.
Batari Mahadewi tak penah menceritakan kemampuannya yang di luar nalar ini kepada siapapun. Ia berfikir bahwa tak akan ada seorangpun yang mempercayainya.
Pernah pada suatu hari, seusai bermain dengan teman-temannya di sungai, ia tak lekas pulang. Hari hampir petang. Ia sedang asyik duduk di atas batu besar, memandangi langit yang mulai mengeluarkan guratan jingga, mendengar kecipak air, suara burung, dan merasakan desir angin yang tak putus menerpa tubuhnya. Ia lalu tertidur.
Dalam tidurnya itu, ia tak menyadari kehadiran seekor ular besar yang bergerak sangat perlahan mendekatinya. Tentu ular ini bukan sembarang ular, melainkan siluman ular yang berusia ratusan tahun. Maka energi dari segel pertama yang telah terbuka belum bisa merasakan kedatangan ular tersebut.
Dengan sangat perlahan, siluman ular itu membuka mulutnya dan menelan Batari Mahadewi secara utuh. Di dalam perut ular itu, Batari Mahadewi terbangun dari tidurnya. Ia kaget karena tiba-tiba ia berada di sebuah ruang kosong yang sangat luas.
Dinding-dinding dalam ruang kosong itu penuh dengan aksara siluman yang bentuknya jauh berbeda dengan aksara yang sering ia lihat di lingkungannya.
Aksara siluman di dalam ruang kosong itu merupakan segala pengetahuan yang mengandung kesaktian siluman ular. Setiap siluman akan menyimpan pengetahuannya dalam tubuhnya. Dari dalam perut ular itulah Batari Mahadewi mempelajari aksara siluman untuk pertama kalinya.
Selama tujuh hari Batari Mahadewi berada dalam perut siluman ular dan selama itulah ia belajar aksara siluman dan mempelajari segala pengetahuan dari siluman ular itu.
Lalu apa yang terjadi setelah siluman ular itu menelan Batari Mahadewi? Siluman ular itu merasakan sakit perut yang amat sangat karena tak bisa mencerna dan menyerap Batari Mahadewi dan juga tak bisa memuntahkannya. Ia tak menyangka bahwa ia akan salah memilih mangsa.
Sebaliknya, tubuh Batari Mahadewi terus menerus menyerap energi dari siluman ular itu dan ia sendiripun tak bisa menghentikannya selain merasakan begitu saja energi besar yang menerobos masuk dalam tubuhnya, mengalir dalam darahnya.
Setelah sepenuhnya menguasai ilmu dari siluman ular itu, lantas ia menyerap seluruh energi dari siluman ular lalu
mengeluarkannya dalam jumlah besar sampai perut siluman itu meledak. Inilah pertama kalinya Batari Mahadewi belajar ilmu beladiri dan belajar caranya mengelola energi; menyerap, menyimpan dan mengeluarkan dengan kekuatan tertentu.
Dalam waktu tujuh hari itu, warga desa Cemara Seribu gempar karena mendengar cerita hilangnya Batari Mahadewi. Mereka mencari ke seluruh pelosok desa dan hasilnya nihil. Nyi Kunyit lemas dan sempat kehilangan kesadaran beberapa kali serta tak henti-hentinya menangisi anaknya yang hilang.
Setelah keluar dari dalam perut ular, Batari Mahadewi bergegas pulang. Dari jauh, Nyi Kunyit yang melihat kedatangannya segera berteriak menyambut, “Anakkuuuuu….kemana saja kau nak?” seru Nyi Kunyit sambil menangis sesengukan.
“Maafkan aku ibu, beberapa hari ini aku tersesat di hutan.”Jawab Batari Mahadewi. “Oh anakku, kenapa kamu masih bermain di hutan? Bukankah ibu melarangmu?” balas Nyi Kunyit.
“Sudahlah ibu, jangan bersedih. Yang penting aku selamat.” Jawab Batari Mahadewi sambil tersenyum menenangkan ibunya. Ia tak mau orang yang paling ia sayangi itu terlalu khawatir atas keselamatannya. Bukankah ibu masih ingat di hutan waktu itu? Bahkan seekor harimaupun tak bisa melukaiku. Jadi ibu tak perlu mengkhawatirkanku. Aku pasti akan pulang dan bertemu ibu. Sampai kapanpun aku akan menjaga ibu."
Nyi Kunyit hanya bisa diam dan lega. Ia tahu benar akan kekuatan ajaib Batari Mahadewi dan ia tak pernah menceritakannya kepada siapapun tentang kejadian saat ia dan Batari Mahadewi bertemu harimau di hutan waktu itu yang menjadi sebuah pengalaman yang tak akan pernah ia lupakan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 358 Episodes
Comments
Bang Roy
belajar dari alam
2022-10-12
0
Garuda Phoenix
good job
2022-05-31
1
Rihan Jamaien
ibu selalu sayang anak anaknya🥰🥰🥰🥰
2022-05-10
1