Wanita Pengganti

Wanita Pengganti

Bab 1

Lisa meregangkan otot-otot tangannya karena beberapa jam berkutat dengan laptopnya. Lisa pun mengambil ponsel miliknya yang sejak tadi dia senyap kan. Rupanya ada beberapa panggilan masuk dan pesan dari sahabatnya. Lisa memutar kedua bola mata malas dan memilih mengabaikannya karena jam sudah masuk waktunya untuk bekerja. Gadis berusia dua puluh dua tahun itu melangkah menuju kamar mandi dan bersiap untuk pergi ke toko kue dan kopi tempatnya bekerja.

Tidak butuh waktu lama untuk Lisa mempersiapkan dirinya, selain itu juga waktunya sudah mepet mana sempat Lisa bersantai-santai.

Dia tidak mau terlambat sampai di tempat kerjanya. Sudah bagus dia di terima di sana karena Lisa sedang kuliah dan hanya bisa kerja part time saja. Sebenarnya gaji Lisa dari menulis juga lumayan, hanya saja dia harus tetap bekerja untuk mencukupi segala biaya hidupnya.

"Semangat, meski belum tidur dari semalam!" ucap Lisa saat mematut dirinya di depan cermin.

Lisa pun keluar dari kamar kostnya dan menuju garasi tempat motornya bertengger. Lisa memang tinggal di kost-kostan elit, tapi dengan harga terjangkau dan memang khusus untuk mahasiswa. Tempatnya juga strategis. Dekat dengan kampus dan tempatnya bekerja.

"Neng, ini ada titipan dari Mas Dion!" kata satpam yang berjaga.

Lisa menghentikan langkahnya dan mengambil paper bag yang diberikan Pak Slamet.

"Makasih, Bapak! Aku berangkat kerja dulu ya," kata Lisa ramah.

Hari ini adalah hari Sabtu dan suasana kost sepi karena kebanyakan dari mereka pulang kampung atau sedang ada kegiatan di kampus. Lisa sendiri memanfaatkan weekend untuk bekerja meski semalam tidak memejamkan matanya karena harus menyelesaikan novel yang sedang tayang di salah satu aplikasi novel online.

"Hati-hati ya, Neng."

"Siap!" Lisa mengacungkan jempolnya, lalu memakai helm dan menyalakan mesin motor, meninggalkan halaman tempat dia tinggal.

***

"Tumben datang lebih cepat dari biasanya?" ledek Hanum, teman kerja Lisa.

Lisa menyimpan tasnya di loker. Toko kue tempat dia bekerja memang terkenal dan sangat ramai. Apalagi di waktu weekend seperti ini.

"Het dah ya, telat Lo ngomel dateng cepet Lo komen. Heran gue punya temen kayak Lo!" protes Lisa sambil terkekeh.

Hanum juga ikut terkekeh lalu menyodorkan segelas latte hangat.

"Gue tahu Lo nggak tidur semalam," kata Hanum. Dia sangat tahu betul kebiasaan Lisa.

"Lo emang temen terbaik dah yak!" puji Lisa sambil menepuk pundak Hanum.

"Kalau gitu gue duluan ya," pamit Hanum.

Lisa mengangguk sebagai jawaban. Dia pun merogoh saku seragamnya untuk mengambil ponsel yang sejak tadi belum dia lihat. Lisa pun menepuk kening karena lupa dengan paper bag pemberian Dion. Lisa membuka kembali lokernya dan mengambil paper bag itu. Rupanya ada bekal makanan untuknya dan sebuah surat.

cantik makan yang banyak ya, jangan sampai lupa makan karena kamu sibuk bekerja. Aku nggak mau kamu sampai sakit.

"So sweet banget sih kamu!" gumam Lisa sambil menyeruput latte miliknya.

Lisa membawa paper bag itu ke dalam dan dia akan membukanya nanti jika sudah jatah jam makan siang. Tadi dia sudah sempat sarapan roti. Lisa memanfaatkan bekal dari Dion itu untuk makan siang supaya menghemat pengeluaran.

"Sarapan dulu, sayang. Nanti kamu sakit!"

Lisa mencebik saat mendengar suara dari Hanum. Entah sejak kapan dia ada di belakang Lisa.

"Apa sih, Num. Sirik aja Lo! Makanya gih cari pacar jangan biar ada yang merhatiin!" ledek Lisa.

Hanum tertawa, "Nggak usah pacaran ah, mau langsung nikah aja!" ucap Hanum.

Lisa geleng kepala, lalu meletakkan paper bag pada meja. Lisa melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Masih ada waktu lima belas menit lagi toko roti itu buka dan beberapa karyawan disibukkan oleh roti-roti yang sudah matang. Ini memang masih sangat pagi dan Dion rajin sekali mengirimkan bekal sarapan untuk Lisa jika dirinya bekerja.

"Sarapan dulu, gue nggak mau kalau maag Lo kambuh ya," kata Hanum mengingatkan.

"Udah tadi makan__"

"Roti? Dan Lo sekarang ngopi! Heran gue! Masih lama, Lisa. Lo nanti aja kerjanya. Gue aja yang beresin."

Lisa terharu memiliki teman sebaik Hanum. Lisa juga selalu membantu Hanum, dia sama seperti Lisa yang hidup sebatang kara. Hanya nasibnya saja tidak seberuntung Lisa yang bisa kuliah dengan uang hasil jerih payahnya sendiri. Ya nggak semua sih, karena ada tabungan peninggalan kedua orang tuanya sebelum meninggal. Maka dari itu, Lisa akan selalu membalas kebaikan Hanum.

Lisa menarik salah satu kursi dan duduk sambil membuka isi bekal yang Dion siapkan. Pacarnya itu selalu perhatian padanya dan pandai memasak juga.

"Num, cobain deh. Gue nggak bakal abis ini!" Lisa menyodorkan kotak itu, kebetulan Hanum memang hendak sarapan dulu, dia membawa segelas susu yang baru saja dia buat.

Toko itu memang mengharuskan karyawannya sarapan sebelum melakukan aktivitas. Jadi jangan heran kalau jam setengah enam mereka sedang bersantai. Toko buka ketika para pekerja kantoran mulai berdatangan, karena toko tersebut terletak di dekat gedung-gedung pencakar langit dan universitas tempat Lisa bekerja.

"Wah enak ini, pacar Lo emang baik banget ya. Pantes Lo datang pagi bener ternyata cuma mau pamer ini?" tanya Hanum.

Lisa terkekeh, Hanum memang selalu bercanda meski ucapannya itu pedas. Lisa tidak pernah mengambil hati karena pada dasarnya Hanum itu baik dan sudah banyak membantu Lisa.

"Wah enak nih! Bagi dong, Lis!" kata Mbak Vivi yang baru saja muncul dari dapur.

Belum sempat Lisa menjawab, wanita berusia lima tahun lebih tua dari Lisa pun sudah mengambil sepotong sandwich nya.

"Gue belum juga jawab, Mbak!" Lisa mencebikkan wajahnya.

"Gue tahu kok Lo bakal bilang iya," kata Vivi sambil tertawa.

Hanum pun tertawa. Hanya di tempat kerja dia bisa tertawa karena tidak merasa kesepian. Hanum sendiri sudah lama bekerja di sana. Begitu juga dengan Mbak Vivi.

"Buruan deh nikah, enak lho kalau udah nikah," kata Mbak Vivi.

"Kata orang yang hidupnya selalu bahagia atas pernikahannya," celetuk Lisa.

Tentu saja Lisa tahu bagaimana kehidupan tentang pernikahan. Seorang penulis seperti Lisa kan sudah terbiasa menulis hal-hal tentang rumah tangga. Apalagi novel-novel Lisa ini selalu menguras emosi dan air mata para pembacanya.

"Iya ya, bener juga." Mbak Vivi mengangguk.

"Nikmatin masa muda Lo deh ya. Kalau gitu gue balik lagi, habis ini kalian siap-siap! Semua sudah tertata rapih di tempatnya masing-masing. Makasih ya, Lisa, sarapannya." Mba Vivi pun kembali ke dapur untuk bekerja.

Dia berada di bagian pengolahan kue dan roti. Jadi sangat sibuk karena banyak juga pesanan hari ini.

"Nggak salah gue bergaul sama seorang penulis, jadi banyak hal yang bisa gue pertimbangkan!" ucap Hanum yang selalu bermimpi untuk nikah muda.

"Anjir, jangan sampai gue bikin impian Lo hancur ya!"

Hanum hanya menggeleng, rasanya ada benarnya juga ucapan Lisa dan Mbak Vivi. Pernikahan tidak seindah itu dan seperti sekarang Hanum akan lebih giat lagi bekerja untuk menyenangkan diri sendiri.

"Kita kerja yuk, jangan galau ya!" ucap Lisa yang sudah mulai melihat raut perubahan wajah Hanum.

Hanum mengangguk, Lisa harap bisa membawa Hanum keluar dari permasalahannya. Meski hidup Lisa juga tidak mulus-mulus banget yang penting dia memiliki laki-laki seperti Dion. Laki-laki penuh perhatian dan pengertian karena jadwal Lisa yang sangat padat. Laki-laki itu tidak pernah mengeluh karena jarang bertemu dengannya. Juga Dion adalah tipe laki-laki setia yang sulit ditemukan di zaman sekarang.

triinggg

Ponsel Lisa berdering. Ada pesan masuk dan Hanum melirik ke arah ponsel Lisa.

Lisa membuka banyak pesan yang dikirim oleh sahabatnya juga Dion.

[Sarpan udah di makan belum, sayang?]

Lisa mengulum senyumnya. Lalu dengan cepat membalas pesan dari Dion.

[Udah dong. Udah habis malah.]

Tidak lupa Lisa mengirim foto kotak bekal yang sudah kosong itu. Bila tidak, Dion akan memintanya sebagai bukti jika sudah dimakan. Dion tidak mau Lisa sampai sakit karena terlambat mengisi perutnya.

[Selamat bekerja ya, sayang. Nanti aku jemput pulang kerjanya.]

Lisa melirik ke arah Hanum yang sedang menghabiskan susu coklatnya.

"Lo bawa motor gue ya. Lo jangan pulang naik angkot!" Lisa menyerahkan kunci motor miliknya.

"Gue tuh selalu takut bawa motor Lo, Lisa! Lo tahu sendiri kalau gue tinggal__"

"Nginep di kost gue. Di situ juga ada kunci kamar gue." Lisa tidak mau membantah.

Ini juga kesempatan untuk Lisa membantu Hanum agar bisa terbebas dari belenggu pahitnya kehidupan yang dia jalani.

"Serius?" Tatapan Hanum seketika berbinar.

Lisa mengangguk dan Hanum langsung memeluknya. Hanum selalu betah jika tinggal di kost milik Lisa yang rapih dan nyaman itu. Andai Hanum bisa tinggal di sana, sudah pastilah dia akan selalu semangat bekerja.

"Gue mau kencan soalnya."

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Ratna Rau

Ratna Rau

lanjut thor

2020-04-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!