Lisa tersenyum saat melihat kekasih hati sudah berada di depan toko tempat dia bekerja. Lisa pun bergegas melangkah untuk segera menemui kekasih hati yang selama seminggu ini tidak bertemu karena kesibukan masing-masing, tapi wajah Lisa mendadak masam saat beberapa gadis menatap kagum ke arah Dion. Memang kekasihnya itu kelewat tampan dan banyak gadis di luar sana mengidolakan Dion.
Hanya saja laki-laki itu selalu bersikap dingin dan cuek. Tidak perduli pada wanita lain. Berbeda ketika dengan Lisa, dia akan bersikap manis dan siapa saja yang melihat kemesraan mereka tidak akan percaya jika itu Dion.
"Kok cemberut sih?" tanya Dion sambil mengusap puncak kepala Lisa.
Para wanita baik di luar toko maupun di dalam toko yang melihat adegan ini pun langsung mengusap kepala mereka masing-masing. Sungguh mereka iri dengan pasangan ini yang bucinnya nggak ketulungan.
"Kamu kenapa sih diem aja pas mereka liatin kamu!" gerutu Lisa sambil membuka pintu mobil Dion sendiri.
Lisa duduk sambil melipat kedua tangan di dada. Suasana hatinya mendadak buruk karena mendengar beberapa wanita yang menginginkan Dion. Menginginkan mereka menjadi kekasihnya meski hanya simpanan pun mereka rela.
"Siapa juga yang mau berbagi hati!" gumam Lisa.
Dion yang baru saja masuk ke mobil pun heran dengan kekasihnya itu. Apa yang salah dengannya?
"Siapa yang berbagi hati, sayang?" tanya Dion yang tidak mengerti dengan perubahan mood kekasihnya.
"Kamu!" Lisa mencebik, benar-benar kesal.
Dion mengusap wajah frustasi. Kalau sudah ngambek susah sekali bujuknya. Astaga ... Dion memang harus sabar menghadapi zodiak cancer ini.
"Aku nggak selingkuh loh. Mana ada aku selingkuh. Kamu yang sibuk kan? Aku selalu ajak kamu ketemuan tapi selalu saja banyak alasan!" ucap Dion membela diri.
Selama ini memang Lisa sibuk dengan pekerjaannya. Padahal jika di pikir-pikir hasil dari dia menulis sudah cukup banyak, entah apa yang Lisa cari. Malah justru jadwalnya yang padat membuat dia kurang istirahat.
"Itu mereka mau jadi selingkuhan kamu!" Lisa menunjuk ke arah orang-orang yang ada di luar sana.
Dion terkekeh, rupanya Lisa sedang cemburu.
"Itu kan mereka tapi aku mana mau sih sama mereka. Aku cuma sayang sama kamu. Udah ya ngambeknya. Kita beli jajan, okey?"
Kedua mata Lisa berbinar mendengar kata keramat itu. Dion lupa dan pada akhirnya pasrah saja telah mengucapkan kalimat yang seharusnya tidak boleh di ucapakan. Akan tetapi mau bagaimana lagi? Susah bujuk seorang Lisa kalau sudah ngambek. Dia bahkan bisa mendiamkan Dion berhari-hari.
"Beneran? Kita ke wisata kuliner ya, ayang. Aku mau beli banyak jajan!" ujar Lisa sambil menggoyangkan lengan Dion.
"Iya, jangan ngambek lagi ya." Dion mengusap puncak kepala Lisa, seperti membujuk anak kecil saja.
Lisa mengangguk, suasana hatinya kembali membaik karena dia bisa jajan sepuasnya setelah ini. Rasanya tidak sabar untuk segera sampai. Lisa sudah membayangkan betapa lezatnya jajanan di sana.
Dion hanya bisa menggelengkan kepala, lalu mencubit pipi Lisa karena gemas.
"Udah bilang sama bos kamu kalau mau keluar kerja?" tanya Dion di tengah perjalanan.
Lisa hanya meringis saja, sudah dua minggu yang lalu Dion meminta Lisa untuk keluar dari pekerjaannya. Hanya saja Lisa belum melakukan itu karena masih sayang saja jika keluar.
"Belum? Apa sih yang kamu cari, Yang?" Dion heran dengan kekasihnya ini yang gila kerja.
Sementara waktu bertemu dengannya sangat sulit. Itu juga bisa hanya di kampus saja selebihnya Lisa akan sangat sibuk dengan aktivitasnya. Seperti mengajar les privat setelah pulang sekolah, lalu menulis karena di kejar deadline.
Dion jadi merasa menjalin hubungan online dengan kekasih padahal tinggal di satu kota, kuliah di satu kampus dan jarak tempat tinggal Lisa dan Dion tidak terlalu jauh.
"Uang lah masa iya batu. Kamu nggak tahu sih kalau aku pengen jadi orang kaya biar bisa menutup mulut mereka!" jawab Lisa.
Dion mendesah pendek, "Kamu udah sukses. Novel kamu sudah banyak terjual di toko buku dan semua best seller. Terus belum di aplikasi novel online. Gaji kamu juga udah lumayan. Daripada kamu sibuk sana sini, kurang istirahat mending stop kerja, toh kuliah kamu kan aku bantu?"
"Kamu mau minta apapun aku akan kasih, sayang. Jadi please deh turutin kemauan aku sekali ini aja, itu juga demi kebaikan kamu."
Lisa termenung dengan ucapan Dion. Ada benarnya juga apa yang Dion katakan. Lisa kurang beristirahat dan sering sakit jadinya. Sebenarnya tabungan peninggalan sang ibu untuk dia kuliah pun sudah lebih dari cukup. Hanya saja Lisa ingin membuktikan pada dunia jika dia bisa sukses tanpa bantuan siapapun.
"Iya, sayang aku kan udah nggak ngajar les lagi. Besok aku keluar dari toko ya. Udah jangan marah lagi," bujuk Lisa.
Dion hanya bisa mengangguk saja dan kembali fokus mengemudi. Sebenarnya dia ingin menghabiskan malam minggu ini dengan Lisa hanya saja melihat wajah kekasihnya yang lelah pun Dion menjadi urung. Juga dia menyesal karena telah marah dengan Lisa yang keras kepala ini.
"Mau apa, Yang?" tanya Dion saat Lisa mendekatkan wajahnya.
"Tium amuuuu, aku kangen," bisiknya yang lalu mencium pipi Dion.
"Gemesin banget sih!" Dion mencubit pipi Lisa.
Keduanya pun tertawa bersama. Lisa sangat beruntung karena memiliki Dion. Lelaki setia yang selalu baik padanya. Lisa berjanji akan selalu membahagiakan Dion dengan caranya sendiri dan tidak akan pernah tergoda dengan lelaki lain. Ah, ya dia sulit di taklukkan dan sulit jatuh cinta.
***
"Mau beli apa lagi, sayang?" tanya Dion.
Lisa mengedarkan pandangannya. Mencari jajan yang dirasa enak dan belum dibelinya sekarang. Lisa melirik kantong kresek yang dibawa Dion. Sudah sangat banyak. Belum lagi ditangannya.
"Beli aja yang kamu mau. Uangku masih banyak dan nggak akan pernah habis," ujar Dion.
Lisa mencebik, "Dasar orang kaya sombong," cibirnya.
"Kalau aku nggak kayak mana bisa kamu porotin kan?" sindir Dion.
Di usianya yang masih muda Dion sudah sukses dengan bisnis kafe dan distro nya. Juga sudah memiliki cabang di luar kota. Belum lagi kedua orang tuanya yang memang seorang taipan sukses jadi uang Dion tidak akan pernah habis.
Jangankan untuk beli jajan di pinggir jalan seperti ini, membeli semua dagangan yang ada di sana Dion pun mampu. Bahkan kost-kostan Lisa pun Dion yang membayar. Jadi kurang enak apalagi coba Lisa itu?
"Iya juga ya," ucap Lisa.
Dion terkekeh, "Ya udah beli telur gulung aja kamu mau nggak?" tanya Dion.
"Mau mau mau," jawab Lisa antusias.
Kalau soal makanan Lisa nomor satu. Dia tidak terlalu suka belanja barang mewah apalagi dengan harga yang membuat ginjalnya meronta-ronta. Lisa lebih suka barang lokal dengan harga terjangkau dan kualitas bagus. Lebih baik uangnya dia tabung atau dia gunakan untuk membeli makanan. Biar pun makan banyak tapi Lisa tidak pernah bisa gemuk karena selalu mengimbangi dengan olahraga.
Hanya saja Dion selalu membelikannya barang mewah apalagi segala kebutuhan Lisa pun Dion yang mengaturnya. Sudah seperti pasangan suami istri bukan? Sayangnya baik Dion maupun Lisa belum siap untuk menikah, karena mereka masih ingin menghabiskan masa muda mereka. Menikah bukan soal tinggal bersama dan bahagia tapi banyak hal yang harus di lakukan. Apalagi akan hidup bersama seumur hidup.
Lisa dan Dion juga sempat memikirkan jika berjodoh pasti suatu hari nanti akan menikah. Mereka menjalani hubungan itu apa adanya saja. Biarkan mengalir begitu saja. Meski mereka juga berharap suatu hari nanti bisa hidup bersama.
"Kita cari tempat duduk sambil makan bakso bakwan itu!" Lisa menunjuk ke arah pedagang bakso khas malang itu.
Dimana dibelakang pedagang itu ada karpet diatas rerumputan yang disediakan untuk makan para pengunjung.
"Kamu yakin mau di sana?" Dion memastikan saja, takut kalau Lisa enggan karena tempat ramai.
Lisa mengangguk dan berkata, "Fans aku emang banyak tapi mereka tidak tahu siapa aku karena tidak ada satupun foto di akun yang aku gunakan untuk menulis." Lisa paham dengan apa yang ada di pikiran Dion.
"Pede sekali sih, maksud aku di sana rame banget! Kamu yakin mau makan di sana? Banyak cewek-cewek soalnya."
Rupanya dugaan Lisa salah, Lisa pun kembali menatap tukang bakso tadi dan benar apa yang dikatakan Dion. Ada banyak cewek-cewek berbagai usia di sana sedang menikmati bakso itu. Maklum ini malam minggu dan banyak orang yang menghabiskan malam yang katanya panjang ini bersama pasangan, keluarga ataupun teman.
"Iya juga ya, udah lah nggak jadi. Cari yang sepi aja!" gerutu Lisa. Kecewa juga karena tidak jadi makan bakso.
Lisa pun berjalan entah kemana mencari tempat yang sepi, sementara Dion hanya menurut saja. Takut nanti mood Lisa kembali jelek. Kalau sudah ngambek susah bujuknya.
"Kita pergi dari sini, nggak ada yang sepi juga. Lebih baik cari tempat lain ya," ujar Dion.
Lisa pun mengangguk setuju. Akhirnya mereka menuju parkiran dan memilih tempat untuk menikmati jajanan yang mereka beli. Saat dalam perjalanan tidak lupa Lisa memesan makanan online untuk Hanum, karena di kostnya Lisa kehabisan stok makanan. Takut jika Hanum kelaparan saja.
"Sayang, ingat ya kamu nggak boleh kerja lagi. Kalau cuma nulis aja nggak apa-apa. Lihat mata kamu jadi kayak mata panda tau."
Lisa melirik sinis Dion. "Oh jadi aku jelek gitu?" gerutunya.
Dion mendesah pendek. Rupanya salah bicara sedikit saja langsung merubah suasana hatinya.
"Kamu lagi dateng bulan apa ya?"
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Orchidz Maing
jual mahal si cowok
2020-03-07
0
Misri Hidayati
kk kok cman segitu doang???
2020-02-01
0
Nida Firbyzan
oke
2020-01-20
2