Bab 3

"Lisa!" teriak seorang gadis dengan rambut panjangnya yang dibiarkan tergerai begitu saja.

Gadis itu mempercepat langkahnya saat Lisa menoleh. Wajah Lisa terlihat kusut. Pertanda semalam dia tidak memiliki kualitas tidur yang baik.

"Lo kemana aja sih, Anjir! Gue hubungi Lo tuh susah banget dari kemarin hari Sabtu!" gerutu gadis itu.

Lisa mendelik, dia lupa membalas pesan dari Kiran. Sejak Sabtu pagi gadis itu sudah mengirim pesan dan belum ada satupun pesan yang Lisa baca karena sangat sibuk.

"Itu ... maaf ya, gue sibuk banget!" Lisa meringis merasa tidak enak hati mengabaikan sahabatnya ini.

"Alah sibuk berduaan sama Dion kan? Gue ke kost an Lo cuma ada Hanum di sana. Lo balik jam berapa? Akhirnya gue sama Hanum habisin makanan yang Lo kirim!" jelas Kiran kesal.

Lisa menepuk pundak Kiran pelan. "Sabar ya, sahabat Lo ini kan calon penulis hebat. Jadi maklum lah ya kalau sibuk!" puji Lisa pada diri sendiri.

"Sok sibuk! Udah gue males sama Lo, gue ngambek karena kehilangan tas branded yang gue incar kemarin!" Kiran melipat kedua tangannya di dada.

"Ya sudah ngambek saja deh ya. Gue mau ke kelas dulu bentar lagi dosen datang soalnya!" Lisa pun pergi meninggalkan Kiran yang masih kesal.

"Lisa! Tungguin gue!" Kiran pun mengikuti langkah lebar Lisa.

Mereka satu kelas jadinya ya mau nggak mau Karin mengesampingkan emosinya. Toh percuma juga ngambek sama Lisa karena dia tidak perduli. Kalau dia ngambek dibujuknya susah.

"Lho nggak jadi ngambek?" tanya Lisa saat menyadari ada Karin dibelakangnya.

"Traktir gue belanja hari ini. Sepulang kuliah. Nggak ada alasan kerjaan!" ucap Karin.

"Iya bawel!" jawab Lisa santai.

Tidak lama kemudian dosen datang dan mata kuliah mulai berjalan dengan baik. Meski kedua mata Lisa tidak bisa di ajak kompromi. Bahkan gadis itu beberapa kali menguap karena mata kuliah pagi ini benar-benar membosankan dan harus Lisa tahan hingga selesai.

***

Waktu yang di tunggu telah tiba, akhirnya Karin bisa melepaskan penat setelah dua hari kemarin dia uring-uringan karena sahabatnya itu tidak bisa menemaninya belanja. Hanya Lisa yang Karin miliki. Mereka bersahabat sejak duduk di bangku SMP.

Jadi sampai sekarang persahabatan itu masih terjalin. Saling menyayangi dan menjaga satu sama lain. Selalu ada dalam suka maupun duka. Jadi Karin sudah tahu bagaimana sikap Lisa.

"Akhirnya kelar juga mata kuliah hari ini," ucap Karin lega.

Lisa memutar kedua bola matanya.

"Mau jalan kemana?" tanya Lisa.

Sebenarnya dia malas jika harus mengantarkan Karin belanja karena pasti sangat lama dan membosankan. Meskipun begitu Lisa tetap setia menemaninya.

"Sayang," panggil Dion.

Baru saja Karin membuka mulutnya hendak menjawab pertanyaan Lisa, Dion datang dan membuat Karin kesal.

"Ck, Lo ngapain sih dateng segala? Gue udah janji ya sama Lisa mau pergi!" kata Karin sebelum Dion mengajak Lisa pergi.

Dion tersenyum dan langsung menggulir tatapan ke arah Lisa.

"Ya udah kamu jalan-jalan sama Karin. Ke salon kek biar muka kamu ini fresh."

Dion mengambil dompetnya dan mengeluarkan kartu ATM. Karin yang melihat itu langsung membulatkan matanya.

"Nih, belanja sepuas kamu!"

"Wuih mantap!" Karin langsung mengambil alih kartu ATM itu dan menarik tangan Lisa.

"Udah ayo buruan. Makasih Dion!" kata Karin.

Dion hanya menggeleng saja melihat kelakuan sahabat kekasihnya itu.

"Hati-hati di jalan ya, sayang!" Dion mengusap puncak kepala Lisa.

"Iya, nanti aku kabarin kalau udah sampai ya," kata Lisa.

Dion mengangguk dan melambaikan tangannya saat Lisa mulai pergi dari pandangannya.

"Lo emang keren, Lis. Cari yang kayak Dion dimana sih?" tanya Karin.

"Di aplikasi pinjaman online banyak, Rin!" jawab Lisa asal.

Karin mencebik, Lisa itu selalu saja menjawab dengan asal dan santai kalau lagi mode serius. Padahal Karin juga pengen punya pacar seperti Dion itu. Setia dan sangat romantis. Kelihatan banget kalau Dion sangat menyayangi Lisa.

"Salah nanya gue!"

Lisa tertawa, "Canda doang elah! Ngambek gitu mana ada yang mau cepet tua ntar!" ledek Lisa.

"Situ nggak nyadar sama kelakuan sendiri?" sindir Karin.

Lisa menepuk kening, "Iya juga ya?" katanya.

Karin menggeleng pelan. Ada saja tingkah Lisa ini. Karin selalu suka dengan karakter Lisa yang benar-benar percaya diri dan tangguh itu. Dibalik sikapnya yang tukang ngambek ya.

Karin menghentikan mobilnya di parkiran. Setelah mereka sampai disebuah mall. Lisa meneguk ludahnya saat melihat gedung dengan beberapa lantai itu. Dia sudah membayangkan betapa bosannya dia di dalam sana.

"Kita manjain tubuh kita dulu ya, habis itu belanja terus makan!" kata Karin.

Lisa mendengus, rasanya mending dia belanja sesuka hati, tapi Lisa juga menyayangkan jika yang Dion tidak dimanfaatkan untuk mempercantik diri.

"Bener juga ya," gumam Lisa.

"Apanya yang bener?" Karin mengerutkan keningnya.

"Gue harus tetep cantik biar Dion makin klepek-klepek," kata Lisa dengan bangganya.

Karin menggaruk tengkuknya yang gatal.

"Ho'oh biar nggak ada cewek lain yang Dion lirik. Eh tapi hati-hati loh, biasanya orang kalau selingkuh itu main cantik," kata Karin, memancing emosi Lisa.

"Biarin aja dia mau selingkuh gue bisa tinggal pergi gitu aja!" kata Lisa santai.

Karin lupa jika Lisa ini gadis Alpha. Jadi semisal dia di sakiti bisa kapan saja pergi. Jadi ya percuma saja kalau Karin memanas-manasi Lisa. Dia tidak akan pernah terpancing.

"Lo nggak ada ngajar les kan hari ini?" tanya Karin ditengah perjalanan mereka menuju salon.

"Nggak, gue udah berhenti gara-gara si Dion. Dia bakal gaji gue sesuai gaji yang gue dapat dari ngajar. Lumayan kan? Nggak perlu capek kerja," ucap Lisa tanpa beban.

Karin menggeleng saja, kelakuan Lisa ini benar-benar membuatnya harus ngelus dada. Beruntung Dion sangat sabar menghadapi Lisa yang matre itu.

Mereka pun sampai di salon langganan Karin. Lalu bersiap untuk melakukan spa terlebih dahulu. Pokoknya hari ini Lisa ingin me time dan melakukan apapun yang Karin sarankan.

Jarang sekali kan Lisa menikmati waktu santai seperti ini. Biasanya pulang kuliah dia akan bekerja menjadi guru les dan pulang dari les privat tidur sebentar. Itu juga kalau tidak di ganggu Dion. Lalu, lanjut menulis hingga malam hari. Belum lagi edit naskah atau melakukan reset pada novel terbarunya.

Lisa baru pertama kali merasakan berada di ruangan dengan aroma lavender yang menenangkan. Sekarang dia merasa tubuhnya sedikit nyaman karena pijatan dari spa therapist itu.

Rasanya kedua mata Lisa ingin terpejam saja menikmati setiap pijatan spa therapist.

"Enak banget ya," gumam Lisa.

Setelah mereka selesai melakukan treatment, Karin mengajak Lisa untuk mencari makan siang terlebih dahulu. Perut Karin terasa keroncongan. Jadi sebelum berbelanja Karin mengisi tenaga dulu.

"Gue saranin Lo mending beli baju sama tas baru deh, Lis!" kata Karin saat mereka selesai memesan makanan.

"Gue mau beli sepatu. Udah lama nih nggak punya sepatu baru," ucap Lisa.

"Duit Dion sama hasil kerja lo selama ini buat apaan Lo tumpukin gitu aja?" Karin heran dengan Lisa, punya uang banyak tapi nggak di gunain buat foya-foya.

"Gue takut habis. Kan gue nggak kepikiran kalau bisa sesukses sekarang. Makanya sekarang udah saatnya gue bahagiain diri sendiri dengan belanja barang yang gue pengen."

Lisa pikir dia akan kehabisan uang nantinya dan hidup susah setelah kepergian sang ibu. Maka dari itu, dia bekerja keras demi mencukupi kebutuhannya dan biaya kuliah. Siapa sangka jika biaya kuliah pun sudah Dion bayar dan siapa yang sangka juga jika novel-novel Lisa yang berhasil terbit itu semuanya laku keras dan menjadi best seller.

Bisa dibilang Lisa ini sudah sukses hanya saja dia belum percaya sepenuhnya. Bahkan gaji dari menulis di beberapa aplikasi online saja belum Lisa otak-atik selama ini. Ya, setiap harinya Lisa hanya mengandalkan uang dari bekerja. Segala kebutuhan juga Dion yang berikan.

"Lisa, udah lah nggak perlu Lo takut kehabisan duit, Lo udah sukses dan semua orang sebentar lagi bakal tahu siapa Lo, sekarang Lo fokus bahagiain diri sendiri jangan tengok kebelakang!"

Lisa spontan menoleh kebelakang, tapi malah mendapatkan hadiah toyoran oleh Karina.

"Maksud gue itu tengok masa lalu!" ucap Karin kesal.

Lisa terkekeh, "Iya iya bawel banget sih Lo, Rin! Udah kayak emak-emak!" ledek Lisa.

Karin mengerucutkan bibirnya dan memilih pergi saja, malas jika lama-lama ngobrol sama Lisa dan nasehati anak itu. Karin menuju toko tas dengan merek terkenal itu, Lisa pun mengikuti langkah Karin sambil menerima telepon dari Dion.

Tidak ada orang yang tahu dibalik keceriaan Lisa dan sikapnya yang masa bodoh itu, dia sedang dalam kegelisahan. Mencari seseorang yang telah lama berpisah. Hatinya kadang tiba-tiba merasa sakit. Lisa sendiri akhir-akhir ini juga sering demam. Mungkin karena kelelahan.

Hanya saja perasaan Lisa tidak enak dan tidak tenang. Dulu dia sangat jarang sakit, entah kenapa sekarang malah mudah lelah dan sakit. Padahal ketika periksa dokter juga mengatakan Lisa kurang beristirahat. Namun, hati kecil Lisa berkata lain dan itu seperti ada sesuatu dengan seseorang yang dia cari selama ini.

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Ratna Rau

Ratna Rau

aseeek

2020-04-03

0

Amina Ade Djuma

Amina Ade Djuma

asekkk thorrr👍👍

2020-03-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!