Bab 5

Lisa memarkirkan motor diparkiran depan toko. Tugasnya sudah selesai dan kini waktu sudah masuk jam istirahat makan siang. Senyum Lisa mengembang saat melihat mobil yang terparkir di sebelahnya. Lalu langkah Lisa terhenti saat pemilik mobil itu keluar dari toko tempatnya bekerja.

"Ayang!" Lisa merentangkan kedua tangannya.

Dion tidak akan malu-malu memeluk gadisnya ini. Dia selalu merindukan kekasihnya meskipun sering bertemu. Rasanya ingin sekali segera menghalalkan Lisa. Hanya saja masih banyak hal yang harus dia selesaikan dan juga Lisa masih ingin menyelesaikan kuliah terlebih dahulu.

"Ya ampun kamu keringetan. Capek banget ya?" Dion mengusap punggung Lisa.

Lisa yang sedang menyandarkan kepalanya di dada bidang Dion itu pun mengangguk.

Sementara para pelanggan kue Keyla dan beberapa karyawan lainnya pun menatap iri ke arah Lisa. Mereka juga ingin diperlakukan seperti Lisa. Betapa beruntungnya Lisa mendapatkan laki-laki seperti Dion ini. Penuh kasih sayang dan perhatian.

"Aku mau jemput kamu, Mama masak udang saus padang kesukaan kamu," kata Dion.

Lisa melepaskan pelukannya, lalu mendongakkan kepala karena Dion lebih tinggi darinya.

"Aku ke dalam dulu tapi ya. Mau setor sama bos!" ucap Lisa.

Dion mengangguk dan menggandeng tangan Lisa. Seakan tidak mengizinkan Lisa untuk pergi jauh darinya.

Saat masuk semua pengunjung kembali ke tempat semula. Begitu juga dengan para karyawan seolah tidak terjadi apa-apa. Dion dan Lisa juga tidak menyadari jika mereka ini telah menjadi pusat perhatian. Ya, anggap saja mereka sedang menonton drama Korea real kan ya?

"Mbak Keyla, semua sudah sampai tujuan dengan baik. Mereka bilang sisanya sudah di transfer. Ini ada titipan dari si Tante Rina!" kata Lisa pada Keyla yang sedang duduk di meja kasir.

Lisa menyerahkan amplop cokelat yang entah apa isinya. Sementara Keyla menatap lekat Lisa.

"Tante Dini bilang minta maaf karena udah salah paham sama kamu. Maaf juga udah menunggu lama. Ini buat kamu katanya." Keyla menyerahkan tiga lembar uang pecahan seratus ribuan.

Dion menatap sang kekasih yang rupanya Lisa pun menatap ke arahnya. Dion memasang wajah permintaan penjelasan.

"Ih nggak usah. Orang tadi juga nunggu nggak lama kok." Lisa menolak sambil mengedipkan matanya.

Keyla yang mengerti pun kembali memasukkan uang tersebut ke dalam tas kecilnya.

"Ya udah nanti buat aku jajan aja," ledek Keyla.

"Serah dah ya, Mbak. Aku mau pulang cepet hari ini boleh kan?"

"Boleh kok, daripada toko aku ini di obrak-abrik sama pacar kamu!"

"Nah itu tahu," celetuk Dion.

Keyla dan Lisa pun terkekeh. Keyla tidak pernah membedakan para karyawannya. Itu sebab tidak ada yang protes jika Lisa tiba-tiba pulang seperti ini. Bahkan mereka lebih suka jika Dion datang ke toko karena sekalian mereka cuci mata. Di toko itu juga tidak pernah ada yang iri atau berusaha menjatuhkan satu sama lain. Keyla yang selalu ikut andil membuat mereka pun akur satu sama lain.

Keyla si pemilik toko ini terkenal baik dan selalu mengutamakan kenyamanan para pelanggan juga karyawan. Maka dari itu toko Keyla selalu ramai dan penjualan berkembang pesat. Bahkan Keyla sedang merencanakan untuk membuka cabang toko.

***

"Makan yang banyak ya, sayang. Biar kamu kuat menghadapi Dion yang posesif!" cibir Tante Mirna. Mama Dion itu selalu meledek anaknya.

Lisa tersenyum. Dia sudah sering bertemu dengan Tante Mirna. Bahkan hubungan mereka sangat dekat dan sudah seperti ibu dan anak.

Mirna sangat menyayangi Lisa seperti anak sendiri. Apalagi saat tahu Lisa tidak memiliki siapapun di sini. Mirna sangat kagum kepada Lisa yang tetap kuat meski sebatang kara. Mau bekerja keras demi mencukupi kebutuhannya sendiri. Disaat orang-orang seusia Lisa hanya bisa menghabiskan uang orang tua.

Bahkan Lisa tidak pernah merasa puas dengan kesuksesannya menjadi seorang penulis. Gaji yang lumayan banyak itu tidak membuat Lisa merasa tinggi. Dia tetap rendah diri dan tetap mau bekerja lagi dan lagi meski Dion sudah melarang dan selalu membelikan semua kebutuhan Lisa.

"Tante tahu tidak? Tadi di jalan dia marah-marah!" Lisa melirik ke arah Dion yang memasang wajah datar.

"Ya gimana nggak marah. Panas banget loh ini kamu malah antar kue lama banget. Banyak lagi kata Keyla!" gerutu Dion.

Tante Mirna tersenyum, tingkah anak itu akan berubah saat ada Lisa. Kadang Tante Mirna tidak menyangka jika yang selalu bersama Lisa itu adalah putra semata wayangnya. Mirna mengenal Dion dengan sikap dingin dan cueknya. Namun, saat bersama Lisa dia bisa penuh kasih sayang dan penuh perhatian. Sama seperti dia memperlakukan Mirna. Hanya saja Mirna bahagia karena sejak mengenal Lisa, dunia Dion jauh berbeda. Dion mulai mau kembali aktif pada dunia bisnisnya dan menjalani hidup lebih baik. Dion juga selalu terlihat tersenyum dan tertawa. Lisa memberi banyak perubahan pada diri Dion.

Mirna sangat berterima kasih karena Lisa selalu sabar menghadapi putranya ini. Mirna ini seperti melihat dua orang laki-laki saja, karena sikap Dion akan berbanding terbalik jika sedang menghadapi orang lain atau bahkan para perempuan yang gatel menggodanya.

"Lisa itu kan sedang kerja, Dion. Kamu ini terlalu membesarkan deh. Takut banget Lisa lecet," ledek Mirna.

Lisa terkekeh, merasa senang karena Mirna berada di pihaknya. Sementara Dion memasang wajah kesal. Gemas saja sama dua wanita yang sangat dia sayangi sedang menyerangnya.

Ponsel milik Dion berdering. Membuat Dion menghentikan makan siangnya.

"Bentar ya, aku angkat telepon dulu!" Dion bangkit dari duduknya dan menghampiri Lisa. Lelaki itu pun mengecup kening Lisa.

Mirna mengulum senyum melihat keromantisan putranya itu. Dia seperti sedang melihat dirinya sendiri saat masih bersama suaminya. Dimana diperlakukan seperti seorang ratu.

"Dion tuh mirip banget sama Papanya. Kalau udah sayang sama Tante ya gitu posesif banget. Jadi kamu harus sabar ya hadapinya," kata Mirna.

"Selalu sabar, Tante. Makanya sampai di titik ini. Lisa harap kebahagiaan ini untuk selamanya ya, Tante." Lisa menggenggam tangan Mirna.

Wanita yang duduk disebelah Lisa itu pun mengusap punggung Lisa. Berharap tidak ada kesedihan yang menimpa Lisa dan Dion. Berharap jika mereka akan berjodoh.

Sementara di halaman belakang, Dion memasang wajah yang serius. Menahan emosi juga amarah agar tidak memaki seseorang yang sedang menelponnya.

"Jangan pernah lagi datang dalam kehidupan aku. Semuanya udah selesai sejak dulu!" kata Dion dengan tegas.

Rahangnya mengeras dan emosi hampir meledak. Dion segera mematikan sambungan teleponnya dan berusaha meredam emosinya itu. Agar Lisa tidak melihat suasana hatinya yang sedang kesal. Dion tidak mau kekasihnya bersedih kalau dia sampai meluapkan emosinya kepada Lisa yang tidak bersalah.

Selama ini Lisa sudah sangat bersabar menghadapi sikapnya, jadi Dion tidak mau membuat Lisa menangis karena sedang emosi. Dion kalau sudah emosi siapa saja akan terkena sasarannya. Jadi sekarang dia sedang berusaha meredam emosinya.

"Untuk apa lagi dia hadir! Mengacaukan saja!" gumam Dion dengan kedua tangan yang terkepal kuat.

Ingin rasanya dia melempar ponsel yang sedang berada di saku celananya. Hanya saja dia tidak mau Lisa mencecar pertanyaan yang malah membuat emosinya semakin bertambah. Lisa tidak mudah dibohongi. Dia akan tahu jika Dion sedang berbohong. Lisa memang memiliki insting yang kuat. Beruntung gadis itu pun dikelilingi oleh orang-orang yang baik dan sangat menyayanginya.

Bersambung....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!