Selesai doa, raja memberikan sambutannya. Selama sambutan raja, aku memberanikan diri untuk melihat orang-orang yang hadir di acara ini. Namun, pandanganku tertuju pada sesosok pemuda yang mengenakan jubah kerajaan berwarna merah. Pandangannya begitu sadis ke arahku, akupun menelan ludah karena takut, seolah dia ingin menikamku. Rasa takutku itu mulai muncul dan tanpa sadar tanganku menarik ujung baju Cloud.
Cloud menoleh. Dia melihat ekspresiku. Aku pun menunjuk seseorang yang berada di seberang sana. Cloud segera menujukan pandangannya ke arah sosok itu. Dan dalam sekejap, keadaan kembali normal. Tanpa terasa sambutan dari raja pun telah usai.
Riuh gemuruh tepuk tangan para hadirin mengantarkan kepergian raja dan ratu dari ruang utama kerajaan. Rencana paduka raja dan ratu akan berangkat esok pagi.
"Ara, aku ingin menyusul ayah dan ibuku. Sementara itu, cicipilah hidangan kerajaan ini."
Cloud pamit kepadaku setelah paduka raja dan ratu meninggalkan ruang utama kerajaan. Dia meninggalkanku sendirian di ruang yang amat luas ini. Dia pergi bersama dengan datangnya rasa cemasku.
Tak lama sosok yang menakutkan itu melewatiku. Dia berjalan sambil melirik ke arahku dengan sorot mata yang tajam. Seketika aku merasa bergidik dibuatnya.
Aku menelan ludah karena merasa cemas dengan diriku. Segera kualihkan perasaan ini dengan mengambil segelas air di meja hidangan. Kuteguk cepat hingga rasa cemasku hilang.
Beberapa jam kemudian...
Malam semakin larut. Entah pukul berapa ini. Namun, bintang-bintang terlihat begitu terang. Mungkin pukul sepuluh atau sebelas malam waktu setempat.
Aku diantar seorang pelayan menuju kamar pribadiku. Saat memasukinya, kamarnya begitu luas. Ada kursi tamu, tempat tidur yang berenda, dan ada sebuah lemari besar disertai ruang kosong dibaliknya.
Mungkin untuk berganti pakaian, pikirku.
Kamar mandi pun di dalam. Pelayan membukakan pintu kamar mandi untukku. Saat melihatnya, kamar mandinya begitu bersih, harum dan juga sangat luas jika untuk kugunakan sendiri. Ada tempat untuk berendam dan air mancurnya.
Seperti sedang berlibur di daerah eksotis.
Pelayan istana kemudian menghidupkan sebuah lilin aromaterapi untukku. Harumnya seperti semerbak mawar merah muda yang sedang bermekaran. Kuhirup dalam-dalam dan kunikmati aroma mawar ini.
Setelah menjelaskan semua yang perlu kuketahui, pelayan ini segera berpamitan kepadaku, dan aku pun mengiyakannya. Tak lama setelah pelayan itu keluar, penerangan kamarku dimatikan. Ternyata lilin aromaterapi dinyalakan sebagai pengganti penerangan sekaligus penenang agar aku dapat lekas tidur.
Kurebahkan diri di atas kasur yang empuk. Namun, pikiranku seolah menolak untuk tidur. Wajah Cloud terngiang-ngiang di kepalaku. Tubuh tingginya yang mengenakan pakaian kerajaan berwarna putih itu begitu menarik perhatianku. Senyumnya, harum tubuhnya, benar-benar melunakkan hati ini. Tapi saat aku berkhayal berdekatan dengannya, wajah sadis itu tiba-tiba muncul di pikiranku.
"Astaga! Mengapa wajah menakutkan itu muncul?"
Aku tidak mengerti. Setiap kuulangi untuk mengingat Cloud, setiap itu pula wajah sadis itu muncul.
"Siapa dia?! Mengapa mengganggu khayalanku?!"
Aku kesal sendiri hingga tidak dapat memejamkan kedua mata. Kubalikkan tubuhku ke kanan dan ke kiri, tetapi tetap saja wajah itu terlintas.
"Argh... Apa yang harus kulakukan?" tanyaku kesal sambil menekan kedua pipiku.
"Ara, kau sudah tidur?"
Terdengar ketukan dua kali di pintu kamarku. Suaranya terdengar begitu jelas di keheningan malam ini.
"Cloud?"
Aku segera bangun dari tempat tidur lalu menuju pintu.
"Ara."
"Cloud?"
"Kau belum tidur ternyata."
Aku membukakan pintu untuknya. Kulihat dirinya masih segar di malam selarut ini.
"Hm, iya. Entah mengapa aku tidak bisa tidur malam ini. Mungkin aku masih harus beradaptasi," jawabku sambil mengalihkan pandangan darinya.
Cloud pun tersenyum, " Kau tidak sedang memikirkanku, bukan?" tanyanya yang sontak membuatku gugup.
"Ti-tidak. Aku tidak memikirkanmu. Untuk apa aku memikirkanmu?"
"Begitu, ya? Baiklah. Sebaiknya kau beristirahat malam ini. Besok pagi aku menunggumu di ruang kerjaku. Jangan sampai terlambat, apalagi membuatku menunggu."
"Hem, baik."
Cloud lalu mengusap poniku. Dia tersenyum lalu meninggalkan kehangatan untukku. Usapan lembutnya cukup untuk menutup fantasiku malam ini. Entah mengapa, perasaanku padanya berubah menjadi sebuah harapan. Entahlah, aku masih takut untuk memastikannya.
Esok paginya...
Ayam jantan sudah bertengger di atas singgasananya. Pagi ini aku terbangun dengan perasaan bahagia. Aku segera mengambil kain untuk mandi. Lebih cepat lebih baik, apalagi untuk bertemu Cloud.
Aku membuka pintu kamar mandi lalu segera menutupnya dari dalam. Namun, alangkah terkejutnya saat melihat seseorang tengah menyabunkan tubuhnya di hadapanku. Akupun berteriak, "Aaaaa ... mmm!
Seseorang itu lekas menyadari kehadiranku. Dia segera menarik tubuhku lalu mendekap mulutku dengan tangan kanannya.
"Diam! Jangan berteriak!"
Tangannya begitu kencang mendekap mulutku, hampir-hampir saja aku tidak dapat bernapas.
"Ssst!"
Sosok itu segera melepas tangannya setelah melihat ekspresiku yang seperti kekurangan udara.
"Hahh-hahhh..."
Hampir saja aku pingsan karena kekurangan oksigen. Sosok ini benar-benar gila. Rasanya aku ingin mengumpatnya habis-habisan.
"Nona! Anda tidak apa-apa?!"
Tiba-tiba seorang pelayan berseru dari luar karena mendengar teriakanku. Aku bingung menjawab apa, terlebih sosok di hadapanku ini seperti mengancam.
"Katakan jika kau baik-baik saja atau nasibmu akan berakhir hari ini!"
Sebuah kalimat ancaman terdengar membuatku menelan ludah berulang kali.
"Ak-aku tidak apa-apa, Mbok. Hanya kecoa saja," jawabku berusaha tenang.
"Baiklah, saya tinggal dulu, Non."
Kudengar langkah kaki pelayan itu menjauh dari kamarku. Sedang tatapan tajam itu masih mengarah kepadaku. Aku tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas karena tertutupi busa sabun.
"Meng-mengapa kau bisa sampai di sini?" tanyaku kaku kepada sosok yang ada di hadapanku.
Dia tidak menjawab, hanya meneruskan mandinya hingga selesai. Pemandangan ini begitu membius diriku. Tubuh atletisnya membuat pikiranku ke mana-mana.
Untungnya dia masih mengenakan celana pendek.
Di saat seperti ini aku berusaha mengontrol diriku. Kulihat dirinya telah selesai mandi dan melewatiku begitu saja.
"Kau tidak perlu bertanya mengapa aku dapat sampai ke sini." Dia akhirnya menjawab pertanyaanku sambil menghanduki diri. "Aku punya akses ke mana saja, sesukaku, semauku. Termasuk ke sini."
Dia mulai mengenakan pakaiannya. Akupun terkejut kala melihat wajahnya. Ternyata dia adalah sosok menakutkan di malam itu. Kini dia berada di hadapanku, terlihat sangat jelas.
"Kau hanya orang asing bagiku. Dan perlu kau ingat ...," Dia mulai mendekatkan dirinya, "...aku yang akan mengawasimu. Jadi berhati-hatilah!"
Setelah mengucapakan kata-kata itu, pemuda itu segera berbalik, meninggalkanku tanpa pamit. Rasanya kesal diperlakukan seperti ini, seolah-olah tidak dihargai olehnya. Kata-katanya itu seperti mengancamku.
Sebenarnya siapa dia? Haruskah aku bertanya kepada Cloud?
Hatiku bertanya-tanya sendiri. Di pandanganku dia begitu angkuh. Ingin rasanya aku memaki. Namun, aku ingat pesan Bibi Rum kepadaku. Keinginanku seketika musnah saat mengingat semua pesan itu.
Sabar, Ara. Tetap tenang. Lebih baik segera mandi dan bertemu Cloud.
Akupun mandi, mencoba melupakan apa yang baru saja terjadi. Kulihat semua peralatan mandi sudah tersedia dengan lengkap. Dan segera kubasuh tubuhku ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 369 Episodes
Comments
¢ᖱ'D⃤ ̐NOL👀ՇɧeeՐՏ🍻
terngiang2/ terbayang2???
2021-07-13
3
¢ᖱ'D⃤ ̐NOL👀ՇɧeeՐՏ🍻
blum ngerti😁
2021-07-13
4
Syifa
ara malu2 😄
2021-02-07
2