Setelah mandi, aku memilih pakaian untuk kukenakan. Kubuka lemari pakaianku yang mana telah tersedia berbagai macam kebutuhan sandang.
"Bagus nan indah gaun ini. Mungkin gaun berwarna biru ini akan selaras dengan pakaian yang Cloud kenakan."
Aku lalu mengambil gaun berwarna biru muda dengan ukiran batik mengelilingi bagian atasnya. Gaun ini terlihat begitu menyejukkan pandangan tanpa melepas kesan elegannya.
Aku kemudian bergegas menuju ruang kerja Cloud tanpa lupa menyemprotkan parfum pilihanku dan mengenakan make-up yang minimalis.
Sesampainya...
Kuketuk pintu dua kali sebelum aku masuk ke dalam sebuah ruangan.
"Masuk!"
Setelah mendapat izin dari sang empu ruangan, aku melangkahkan kakiku masuk ke dalam.
"Ara, kau datang pagi sekali."
Cloud menyambutku, dia berdiri sambil tersenyum kemudian mempersilakanku untuk duduk di depannya.
"Kau sendiri pagi-pagi sudah di sini. Sepertinya pekerjaanmu begitu banyak, Pangeran Cloud."
Aku masih bersikap biasa kepadanya. Tidak ingin menunjukkan rasa ketertarikan yang kini mulai bersemi di hati. Bagaimanapun aku seorang wanita, memalukan rasanya jika aku menampakkan isi hatiku.
"Hem, ya. Pekerjaan yang menguji kemampuanku. Tapi sekarang kau ada di sini, bersamaku. Bisa kita mulai pekerjaannya?" tanyanya seraya menopang dagunya di depanku.
Cloud seperti menggodaku. Sikapnya sungguh menggemaskan. Apakah dia sedang menggodaku? "Tentu saja bisa. Kita mulai darimana?" tanyaku menantang.
Cloud terkekeh kecil. Dia terlihat senang dengan antusiasku. Cloud lalu menyerahkan beberapa berkas kepadaku.
"Ara. Ada tiga berkas yang akan kau tangani. Pertama berkas berwarna biru. Di dalam berkas itu ada tugas-tugas yang harus dikerjakan. Jika ragu, kau bisa menanyakannya kepadaku," katanya.
"Berkas kedua berwarna merah. Berhubungan dengan luar gedung istana. Aku ingin kau dapat dengan cepat memahami semua tugas dari berkas ini," lanjutnya.
"Lalu berkas berwarna putih?" tanyaku karena berkas berwarna putih tidak dibicarakan oleh Cloud.
"Berkas berwarna putih ini akan dikerjakan setelah berkas biru dan merah selesai. Aku akan melihat hasilnya terlebih dahulu. Jika menurut pandanganku hasilnya memuaskan, aku akan mengizinkanmu untuk mengerjakan berkas berwarna putih. Bagaimana, Ara?"
"Hm. Siap, Pangeran Cloud!" jawabku bersemangat.
Terdengar tawa kecilnya di pagi yang damai ini. Membuat hatiku tidak karuan di saat melihat jelas gigi-gigi kecilnya itu.
"Kau benar-benar lucu dan juga bersemangat. Aku mengandalkanmu, Ara. Selamat bekerja."
Cloud mengulurkan tangan kanannya kepadaku. Kali ini sebagai tanda dimulainya pekerjaan yang harus aku pertanggungjawaban kepadanya.
"Kalau begitu, aku permisi."
Akupun berpamitan. Membungkukkan badanku sedikit ke arahnya. Namun ternyata, sikapku membuat raut wajahnya terlihat kaget.
"Ara."
Sebelum benar-benar keluar dari ruangan, dia memanggilku.
"Ya, ada yang bisa dibantu?" tanyaku kepadanya.
Cloud lalu berjalan mendekatiku, dia memutari meja kerjanya.
"Ara ... tolong jangan membuatku tertawa. Kata-katamu begitu formal. Bisakah bersikap seperti biasanya saja?"
"Mm... maksudnya?"
Cloud lagi-lagi terkekeh kecil.
"Kau ini!"
Dia seperti gemas melihatku. Poniku diacak-acak olehnya.
Baiklah hari ini poniku, besok apa ya? tanyaku membatin.
"Jika kita sedang berdua, tolong singkirkan kata-kata formal itu. Aku tidak ingin ada jarak di antara kita. Tidak ada kata pangeran saat kita berdua, yang ada ... hanya aku dan kamu," bisiknya di telingaku.
Seketika wajahku merona. Aku tersipu mendengar ucapannya. Aku menyukai bagaimana cara Cloud memperlakukanku. Harapan itu seolah-olah semakin membesar. Aku khawatir jika aku benar-benar jatuh hati padanya.
"Pangeran!"
Terdengar suara pintu terketuk dari luar dan memanggil Cloud. Akupun tersadar jika saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk berlama-lama dengannya.
"Aku permisi."
Aku berpamitan, kali ini Cloud mengiyakan dengan anggukannya. Akupun segera keluar dari ruangannya dan melangkahkan kaki menuju gazebo istana untuk membaca isi berkas yang kupegang.
Sepertinya tempat paling nyaman itu berada di sana karena terdapat kolam ikan dan pancuran air yang menenangkan jiwa dan pikiran. Bukankah saat kepala dan hati kacau kita tidak dapat menerima masukan apapun?
...
Di tengah perjalanan menuju gazebo istana, aku berbelok untuk menapaki jalan setapak yang ada di sana. Namun, sepertinya perjalananku kurang mulus hari ini. Aku kepergok pemuda sadis itu. Keberadaanku terlanjur disadari olehnya.
Aduh...
Aku menepuk jidatku. Kami berjalan berlawanan arah. Untuk menghindarinya aku perlu mencari cara. Tidak mungkin aku lari, bisa-bisa aku diteriakinya penyusup. Sesaat aku tersadar jika sedang memegang berkas dari Cloud. Kututupi saja mukaku dengan berkas yang kupegang ini.
Semakin dekat kami berpapasan, jantungku semakin berdetak kencang. Rasanya waktu melambat. Ingin sekali aku berlari menghindarinya. Namun nyatanya...
Dia memegang tangan kananku, mengagetkanku, membuat berkas yang kupegang hampir saja jatuh.
"Kau ingin menghindariku?!"
"Ak-aku ... Em, aku ...." Pandangannya begitu tajam ke arahku.
Aku harus berbuat apa saat ini? Oh, Tuhan. Tolong aku!
"Pangeran?" Kedua pengawal yang bersamanya memanggil.
"Pergilah kalian! Aku ada urusan dengan gadis ini."
Kedua pengawal itu kemudian pergi dari hadapanku, mematuhi perintahnya.
"Sepertinya kau harus mengetahui siapa aku, Nona!" ucapnya seperti nada menggertak.
Pemuda ini membuatku semakin resah dengan intonasi kata-katanya yang menakutkan.
"Ma-maaf jika aku membuat kesalahan."
Aku berusaha merendah di hadapannya. Tersirat raut kemenangan di wajahnya atas sikapku ini. Dan tanpa basa-basi, dia menarikku menuju sebuah taman dan menyandarkanku pada sebuah pohon yang kutahu persis pohon apa ini, zaitun.
"Sepertinya kau belum tahu siapa aku, Nona."
"Hem, i-iya," jawabku kaku sambil menelan ludah.
"Baiklah, aku akan memperkenalkan diri di hadapanmu."
Entah harus berbuat apa saat menghadapi orang sombong sepertinya. Namun, karena ini di negeri orang, mau tak mau aku harus mengikuti aturan di sini.
"Namaku Rain. Aku adalah putra kedua dari Raja Sky dan Ratu Moon..."
Dia seorang pangeran? Sama seperti Cloud?
"...Aku memegang peranan penting di kerajaan ini. Seluruh keamanan dan persenjataan di bawah kekuasaanku. Jadi bersikaplah yang manis di hadapanku karena jika tidak..." Dia diam sejenak lalu mendekatkan bibirnya ke telinga kiriku.
"...nasibmu akan berakhir di tanganku."
Bagai petir menyambar di pagi hari yang damai. Kata-kata dari pemuda yang mengaku bernama Rain ini seperti menerorku. Hidupku terasa tidak tenang kala melihatnya.
"Kau mengerti, Nona?" tanyanya lagi sambil mendekatkan wajahnya ke wajahku.
Sontak saja aku memejamkan kedua mata karena takut. " A-aku mengerti." Aku menjawabnya dengan kaku.
"Bagus jika kau sudah mengerti."
Dia lalu menjauhkan wajahnya dari wajahku kemudian pergi begitu saja tanpa pamit. Aku menatapnya penuh kesal sekaligus takut. Sepertinya Rain berbanding terbalik dengan Cloud.
Aku harus berhati-hati dengannya.
Kutarik napas panjang kemudian berjalan menuju gazebo istana untuk mempelajari pekerjaanku. Kuhilangkan sejenak pikiranku tentang sikap Rain lalu mencoba memfokuskan diri untuk bekerja.
Seorang pelayan membawakan segelas teh hijau hangat dan kue bulan, tak lama sejak aku tiba di gazebo istana. Dan yang membuatku merasa nyaman adalah kata-kata dari si pengirim hidangan itu.
Selamat bekerja, Tuan Putri.
"Cloud?"
Aku benar-benar merasa dimanjakan olehnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 369 Episodes
Comments
Nailil Ilma
yuk kak semangat!!
Salam dari Cinta Anak Pesantren
2021-05-11
1
Syifa
si rain tokoh antagoniskah atau jangan-jangan 😐
2021-02-07
4
Syifa
menarik jadi penasaran
2021-02-07
4