"Pangeran! Pangeran!"
Suara samar-samar kian terdengar jelas di kedua telingaku. Kulihat dari jauh beberapa orang mendekati keberadaan kami dengan pakaian khas pelayan kerajaan.
"Pangeran, syukurlah Anda sudah kembali."
Cloud segera bangun. Beberapa pelayan perempuan tampak gembira melihat kedatangan Cloud. Sedang aku tenggelam dalam pikiranku sendiri.
Pangeran? Pelayan kerajaan? Apakah aku berada di dunia lain atau di negara lain?
Aku tidak dapat mendengar jelas percakapan Cloud dengan para pelayannya. Aku masih asik tenggelam dengan pikiranku sendiri.
Ini pohon apa, ya? Banyak sekali buahnya. Sepertinya sebentar lagi akan masak.
Pohon di depanku ini begitu besar dan rimbun, buahnya ada di setiap batangnya. Warnanya masih hijau kemerah-merahan. Sayangnya aku tidak dapat memastikan jenis pohon apa di depanku ini.
"Ara ...."
Sepertinya aku pernah melihat pohon ini, tapi entah di mana.
"Ara ...."
Cloud memanggilku untuk yang kedua kalinya. Dia membuyarkan pikiranku dengan sentuhan lembut yang mendarat di pipi.
"Cloud?"
"Ara, kau tidak apa-apa? Jangan takut. Kau akan tetap aman bersamaku."
Ucapan Cloud cukup menenangkan hati dan pikiranku yang bertanya-tanya.
"Mari, Nona."
Seorang pelayan perempuan mengajakku menuruni bukit. Cloud tersenyum seolah memberikan izin. Dia berjalan di belakangku, memastikan jika aku baik-baik saja.
Kulihat kereta kuda sudah menunggu kami. Aku pun masuk ke dalam kereta kuda bersama seorang pelayan perempuan yang ditugaskan oleh Cloud, sedang Cloud menaiki kudanya yang berwarna putih.
Di dalam kereta, aku diberikan minuman jahe hangat oleh pelayan kerajaan. Sepertinya ini akan menjadi petualangan baruku walaupun belum jelas keberadaannya.
Niatku hanya ingin membahagiakan keluarga. Hasil dari pekerjaanku nanti akan kuberikan sepenuhnya kepada ayah dan ibu. Sehingga ayah tidak perlu terlalu lelah bekerja. Semoga saja impianku ini segera terwujud.
...
Selama perjalanan, aku melihat pemandangan yang tak biasa. Sepanjang jalan kulihat rumah-rumah penduduk yang sudah tampak usang namun para penduduk seperti tidak memedulikannya. Hingga sampailah di gerbang sebuah istana tua, beberapa pelayan kerajaan menyambut kedatanganku.
Cloud turun dari kudanya, dia lalu mendekatiku, "Ara, kita akan berpisah sebentar. Bibi Rum akan melayanimu. Aku ada urusan. Jangan takut, kamu tanggung jawabku."
Cloud segera pergi meninggalkanku. Kata-katanya seperti sebuah pesan sekaligus jaminan untukku. Aku pun mengikuti seorang pelayan perempuan menuju sebuah ruangan yang harum semerbak. Di sana aku diperlakukan secara khusus.
"Maafkan kami, Nona. Kami hanya menjalankan tugas. Ini akan sedikit sakit. Tapi kami mohon bertahanlah sampai selesai agar kami tidak mendapat hukuman."
Penuturan salah satu pelayan membuatku iba. Aku pun pasrah dan tidak melakukan perlawanan ataupun mengeluh tentang perawatan yang sedang kujalani ini. Aku ditidurkan dan hanya memakai sehelai kain untuk menutupi tubuh. Langkah demi langkah dilakukan. Kedua kakiku dipegangi sedangkan tanganku mulai mendapatkan perawatan.
"Tahan sebentar, Nona."
"Awww!"
Kurasakan panas menerjang di permukaan kulit tanganku. Rasanya seperti dikuliti hidup-hidup. Proses ini terasa sakit tapi aku harus tetap melaluinya. Karena jika tidak, para pelayan ini yang akan terkena hukuman.
Aku harus bertahan...
Mungkin memakan waktu sekitar satu jam para pelayan itu me-waxing seluruh tubuhku. Rasanya sekarang aneh sekali. Sensasi terbakar tidak dapat kupungkiri. Mungkin beginilah rasanya di-waxing.
"Silakan tengkurap, Nona."
Setelah selesai di-waxing, aku langsung diarahkan untuk diluluri. Seluruh tubuhku diluluri sambil dipijat. Sepertinya pelayan kali ini sudah sangat ahli melakukannya. Yang tadinya aku merasa kesakitan, sekarang aku merasa nyaman. Rasanya ingin tidur saja. Dan ya, hampir saja aku tertidur.
Tidak cukup sampai di sini, aku lalu diminta mandi uap untuk mengeluarkan semua keringat-keringat yang membandel. Setelahnya, tubuhku diberi lotion khusus. Alhasil, kulit tubuhku kini menjadi kuning langsat bercahaya.
Wajahku pun tak ketinggalan dimasker dengan menggunakan bahan-bahan dari alam. Sementara rambutku dirapikan agar tampak lebih ringan dan terasa lembut. Poniku disesuaikan dengan bentuk wajah agar terlihat lebih tirus.
"Cepat kalian selesaikan! Satu jam lagi doa bersama akan segera dimulai!"
Terdengar dari balik ruangan suara seorang perempuan tua tengah memarahi para pelayan kerajaan ini.
"Baik, Ibu Ketua."
Para pelayan segera bertindak cepat setelah mendapat peringatan keras dari perempuan itu. Mereka begitu sibuk mendadaniku, tentunya perempuan tua itu mengawasinya tanpa memberi celah sedikit pun.
Setelah rapi, rambutku lalu diwarnai dengan cat rambut berwarna light blonde dengan model keriting gantung. Pelayan juga telah menyiapkan sebuah gaun untukku. Gaun berenda berwarna krim muda yang dipadukan corak batik emas pada bagian dadanya.
Aku pun berkaca diri. Sungguh tak dapat kubayangkan penampilanku kini berubah 180 derajat.
"Kau harus berlaku sopan di sini, Nona."
Tiba-tiba suara itu terdengar dari belakangku. Para pelayan membungkuk saat sosok itu masuk ke dalam ruangan ganti.
"Hm, a-aku—"
Aku terbata, ada rasa khawatir saat mendengar ucapan itu.
"Jaga tata kramamu. Tegakkan tubuhmu selama berada di istana dan tetap tersenyum. Jaga keanggunanmu sebagai seorang wanita."
Wanita tua berkacamata itu berbicara sambil memakaikan jepit kupu-kupu berwarna hijau zamrud di sisi kiri kepalaku. Sepertinya jepit itu adalah jepit khusus, dia sangat hati-hati memakaikannya.
"Kau mengerti, Nona?" tanyanya memastikan jika aku mendengarkannya.
"Ak-aku mengerti," jawabku sedikit kaku.
"Bagus! Sekarang kuantar menuju ruang utama kerajaan. Para menteri dan pejabat kerajaan telah menunggu. Kita akan melakukan doa bersama sebelum melepas kepergian paduka raja dan ratu."
Melepas kepergian?
Ucapannya membuatku sedikit bingung. Namun, karena tidak ingin berlama-lama, aku menuruti saja apa perintahnya.
...
Sesampainya di ruang utama kerajaan, kulihat begitu banyak orang di sana. Wanita tua yang ternyata bernama Rum itu mengantarkanku hingga ke hadapan Cloud.
"Salam bahagia untuk Pangeran Cloud," ucapnya seraya mendorongku untuk lebih mendekat.
Cloud terdiam sejenak. Dia melihatku, lalu menoleh ke arah Bibi Rum dan memberinya tanda agar meninggalkan kami. Aku sendiri merasa kikuk dipandangi Cloud malam ini.
"Ara ...."
Cloud memandangi penampilan baruku. Rasanya senang bercampur grogi. Aku tidak berani membalas tatapan matanya. Terlebih penampilan Cloud sangat berbeda kali ini. Rambut pirangnya yang sedikit panjang itu disisir ke belakang. Pakaian kerajaan berwarna putih yang dia kenakan pun tampak begitu mewah dan menyiratkan kepribadiannya yang menawan.
Dia seperti malaikat...
Beberapa jam kami berpisah, jujur saja membuatku rindu padanya. Tapi apa yang aku alami di ruangan itu membuatku dapat melupakan Cloud sejenak. Kini Cloud bersamaku dan membuat rasa rindu itu seolah terbayar.
"Kau terlihat begitu sempurna malam ini, Ara. Rasanya aku tidak ingin memalingkan pandanganku ini darimu," ucapnya yang membuat jantungku berdetak tidak karuan.
Cloud ....
Aku tersipu mendengar ucapan Cloud.
Tak lama berselang, acara doa pelepasan paduka raja dan ratu dimulai. Kami diminta berdiri, mendoakan keselamatan raja dan ratu karena akan melakukan perjalanan jauh. Aku pun mengikutinya dengan khidmat karena ada Cloud yang menemani.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 369 Episodes
Comments
¢ᖱ'D⃤ ̐NOL👀ՇɧeeՐՏ🍻
smp sini masih meraba2
2021-07-13
3
Syifa
harusnya temenin dulu cloud
2021-02-07
1
Syifa
cloud ninggalin 😒
2021-02-07
1