Pendekar Empat Mata Angin
Malam dingin menyertai perjalanan seorang biksu tua terlihat dari janggut yang sudah memutih dan keriput diwajahnya ia menapaki jalan secara perlahan, walaupun sudah berumur tapi ia masih tampak bugar dengan tubuh yang berotot.
Biksu tua tersebut bernama Wu Jingji ia merupakan salah satu biksu senior yang berasal dari Kuil Semangat Kebenaran.
Ia sedang dalam perjalanan pulang kembali ke Kuil setelah menjalankan misi dalam menyebarluaskan ajaran Sang Buddha di dunia.
Dalam dinginnya malam itu Wu Jingji merasa damai karena tidak menemukan satupun masalah dalam perjalanan pulangnya.
Tetapi hal itu tidak bertahan dengan lama.
Ia merasakan ada keanehan di desa yang akan dilewatinya kali ini. Karena dari desa tersebut tercium bau amis yang sangat kuat, ia pun langsung berlari menggunakan ilmu meringankan tubuh miliknya menuju desa tersebut dengan cepat.
Di desa tersebut, ia melihat Hewan Buas Iblis Serigala Merah yang sedang memakan para warga desa satu per satu dengan lahap.
Tanpa menunggu lama, ia pun langsung berlari dan bersiap menyerang Serigala Merah tersebut, dengan Jurus Tongkat dan Tapak miliknya. Serigala Merah yang menyadari kehadiran dari Wu Jingji juga tidak mau kalah dan menyerang balik Wu Jingji.
"Jurus Tongkat dan Tapak. Jurus Pertama, Pukulan Tongkat Kasih." Wu Jingji mulai menyerang dan memukul Serigala Merah tersebut.
Setelah beberapa saat, Wu Jingji akhirnya mengetahui bahwa Serigala merah tersebut baru saja menjadi seekor Hewan Buas Iblis 100 Tahun yang setara dengan level bela diri 40, pertukaran jurus pun kembali terjadi antara keduanya. Setelah beberapa menit Serigala Merah akhirnya tumbang karena terkena pukulan tongkat kayu di kepalanya dengan telak.
Setelah selesai dengan Serigala Merah tersebut, Wu Jingji pun segera melihat keadaan sekitarnya. Memastikan jika ada warga yang bisa bertahan hidup. Setelah berkeliling dan tidak melihat satu pun warga yang bertahan hidup di Desa Angin Putih tersebut. Wu Jingji hanya bisa menghela nafas pelan sampai ia mendengar sebuah suara yang swdikit familiar di telingganya.
Wu Jingji mendegar suara tangisan yang cukup keras dari seorang bayi manusia. Setelah beberapa saat ia mendengar suara tangisan bayi tersebut, Wu Jingji akhirnya mengatahui darimana suara tangisan bayi tersebut berasal.
Ia mendengar suara tangisan bayi manusia tersebut, berasal dari salah satu sumur yang terdapat di Desa Angin Putih tersebut. Ia pun segera berlari menuju sumur tersebut.
Akhirnya Wu Jingji melihat seorang bayi manusia berjenis kelamin laki-laki yang sedang menangis di ember di dalam sumur, ia pun segera menarik ember tersebut untuk mengeluarkan sang bayi dari sumur.
Melihat bayi yang menangis tersebut, membuat Wu Jingji merasakan ada penyesalan dalam hatinya. Ia menyesal karena terlambat dalam menyelamatkan warga Desa Angin Putih dari serangan Hewan Buas Iblis Serigala Merah tersebut.
Dan pada akhirnya Wu Jingji pun hanya bisa memasrahkan semuanya pada takdir, Wu Jingji pun segera menidurkan bayi laki-laki tersebut sebelum menguburkan para warga desa.
Setelah seharian Wu Jingji di Desa Angin Putih untuk menguburkan para warga Desa Angin Putih dengan layak agar tidak membusuk atau mengundang Hewan Buas datang ke tempat tersebut, ia juga tidak lupa mendoakan para warga desa yang tewas.
'Sepertinya kita memang berjodoh' Wu Jingji menatap bayi laki-laki dalam gendongannya yang sedang terlelap.
"Kalau begitu aku akan menamaimu Wu Bai."
◇◇◇
Setelah kejadian di Desa Angin Putih Wu Jingji melanjutkan kembali perjalanannya.
Seperti layaknya kehidupan para Biksu pada umumnya, Wu Jingji tidak pernah merasakan kenikmatan dunia karena sedari kecil ia selalu berada di kuil.
Jadi, dia selalu hidup dari pemberian warga desa atau orang-orang baik yang ia temui diperjalanan dan mereka mau membantunya dengan ikhlas, tanpa pamrih.
Di tengah jalan Wu Jingji juga sering berjumpa dengan para perampok yang selalu berbuat kejahatan.
Seperti pada sore hari ini ia mendengar suara teriakan wanita dan dentingan senjata-senjata tajam yang saling beradu satu sama lain.
Dari kejauhan ia bisa melihat sekawanan perampok sedang merampok rombongan pedagang, terlihat sekali pertarungan itu berat sebelah karena perbedaan level bela diri antara pengawal pedagang dengan perampok tersebut.
"Biksu Senior! Biksu Senior! Tolong! Tolong! Tolong! kami" Kata Wanita paruh baya, sekali lihat, wanita itu bisa dikatakan merupakan seorang pedagang kaya, karena pakaian dan aksesoris yang ia pakai terlihat mahal,.
Wu Jingji pun langsung menghampiri mereka. Setelah berada di dekat tempat tersebut.
"Aku menitip bayi ini kepadamu nyonya." Ucap Wu Jingji meyerahkan Wu Bai kepada wanita itu.
"Baiklah, terima kasih sudah mau menolong kami Biksu Senior." Ucap Wanita tersebut. "Kumohon kepadamu..."
Wu Jingji pun membalikkan badannya. Bersiap menghadapi para perampok tersebut.
"Hei, Biksu tua apa maksudmu menghalangi kami!?" Kata pimpinan para perampok tersebut dengan keras.
Sebenarnya ia merasakan tidak bisa mengalahkan Wu Jingji sehingga menghentikan pertarungannya melawan pengawal yang tadi dilawan olehnya, walaupun para pengawal itu sudah sekarat. Sehingga ia memilih untuk berhati-hati terhadap kehadiran dari Wu Jingji.
Walaupun Wu Jingji yang mereka lihat tidak lebih dari seorang biksu tua berotot, tapi mereka juga tidak bisa menilai sesuatu dari luarnya saja.
"Tuan, hentikanlah hal ini." Kata Wu Jingji dengan lembut, ia sama sekali tidak mau melukai manusia yang lain.
"Apakah kau berani melawan Perampok Beruang Hitam!?" Bentak Pimpinan Perampok tersebut semakin keras, mencoba mengintimidasi Wu Jingji.
"Aku tahu kalian memiliki alasan masing-masing melakukan perbuatan ini tapi janganlah menyakiti sesama manusia." Wu Jing tidak merasakan intimidasi, ia mulai menceramahi para perampok tersebut.
"Apa hakmu mengatur-atur aku!?" Suara pimpinan perampok itu semakin keras.
"Bagaimana kalau begini kita akan suit siapa yang menang bisa meminta apa saja dari yang kalah."
"Apa untungnya bagi kami semua!?"
"Semua akan beruntung pada waktunya."
"Baiklah kalau begitu jika itu adalah keinginanmu, kalau aku menang kau pergi dari sini."
"Aku akan mengeluarkan kertas."
Mereka pun suit.
Kertas melawan Batu.
"Baiklah, karena tuan sudah kalah saya meminta tuan-tuan semua untuk bertaubat."
"Omong kosong." Pimpinan perampok langsung menyerang Wu Jingji diikuti oleh para anak buahnya.
Biksu tua pun menghindari serangan-serangan dari para perampok Beruang Hitam dan memukul leher para perampok sampai pingsan.
"Terima kasih Biksu, karena telah menolong kami." Ucap perempuan yang berteriak tadi.
"Sama-sama, terima kasih sudah menjaga bayi ini." Melihat bayi mungil yang bernama Wu Bai tersebut.
"Kami yang harusnya berterima kasih Biksu, apa yang bisa kami lakukan untuk membalas bantuan dari Biksu Senior?"
"Bisakah kau memberikanku susu untuk bayi ini dan roti kering untukku?"
"Tentu saja Senior." Menyerahkan barang yang di minta oleh Wu Jingji.
"Kami pergi dulu, terima kasih atas bekalnya."
Setelah meninggalkan para rombongan pedagang, Wu Jingji akhirnya mempercepat langkahnya karena merasa di luar adalah tempat yang berbahaya bagi bayi kecil.
◇◇◇
Setelah beberapa hari Wu Jingji dan Wu Bai sampai ke Kuil Semangat Kebenaran.
Mereka di sambut oleh para Biksu Muda yang berjaga atau berjalan-jalan mengelilingi kuil yang bisa dibilang sebesar kota kecil tersebut.
Wu Jingji pun pergi ke sebuah Paviliun yang biasa disebut Paviliun Misi Suci. Tempat ini digunakan untuk mengambil atau melaporkan misi membasmi Hewan Buas Iblis atau menyebarluaskan ajaran sang Buddha.
"Selamat Pagi Saudara Long." Ucap Wu Jingji.
"Selamat Pagi, ada apa saudara Jingji pagi-pagi datang ke sini bukankah lebih baik beristirahat dahulu? sebelum melaporkan misi."
"Aku sedang buru-buru sekalian aku ingin mendaftarkan bayi ini sebagai anggota biksu di Kuil kita." Menunjukan bayi dalam gendongannya dan meletakkan Permata Iblis di atas meja.
"Bayi?" Mengerutkan dahinya. "Darimana Saudara mendapatkan bayi ini ?"
"Ceritanya panjang jadi, nanti saja ku ceritakan setelah urusan ini selesai."
"Baiklah." Mempercepat tugas yang dikerjakannya dan menambahkan poin kontribusi milik Wu Jingji.
Setelah puas bercerita tentang pengalaman masing-masing belakangan ini Wu Jingji membawa Wu Bai ke kediamannya yang berada dekat kuil Semangat Kebenaran.
'Aku akan menjadikan Wu Bai menjadi Biksu yang berbakti kepada sang Buddha dan Kuil.' Ucap Wu Jingji dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 364 Episodes
Comments
Luo Zan Thian
menjadi biksu
tdk ada hareem kah?
2024-08-20
0
K4k3k 8¤d¤
💝🤞🏽💝🤞🏽💝🤞🏽💝🤞🏽💝
2024-06-08
0
K4k3k 8¤d¤
semangat semangat terus semangat thor lanjutin update sampai tamat ditunggu sama para reader yang setia menanti mu update kembali
2024-06-08
0