NovelToon NovelToon

Pendekar Empat Mata Angin

Chap. 1 Biksu Tua dan Bayi

Malam dingin menyertai perjalanan seorang biksu tua terlihat dari janggut yang sudah memutih dan keriput diwajahnya ia menapaki jalan secara perlahan, walaupun sudah berumur tapi ia masih tampak bugar dengan tubuh yang berotot.

Biksu tua tersebut bernama Wu Jingji ia merupakan salah satu biksu senior yang berasal dari Kuil Semangat Kebenaran.

Ia sedang dalam perjalanan pulang kembali ke Kuil setelah menjalankan misi dalam menyebarluaskan ajaran Sang Buddha di dunia.

Dalam dinginnya malam itu Wu Jingji merasa damai karena tidak menemukan satupun masalah dalam perjalanan pulangnya.

Tetapi hal itu tidak bertahan dengan lama.

Ia merasakan ada keanehan di desa yang akan dilewatinya kali ini. Karena dari desa tersebut tercium bau amis yang sangat kuat, ia pun langsung berlari menggunakan ilmu meringankan tubuh miliknya menuju desa tersebut dengan cepat.

Di desa tersebut, ia melihat Hewan Buas Iblis Serigala Merah yang sedang memakan para warga desa satu per satu dengan lahap.

Tanpa menunggu lama, ia pun langsung berlari dan bersiap menyerang Serigala Merah tersebut, dengan Jurus Tongkat dan Tapak miliknya. Serigala Merah yang menyadari kehadiran dari Wu Jingji juga tidak mau kalah dan menyerang balik Wu Jingji.

"Jurus Tongkat dan Tapak. Jurus Pertama, Pukulan Tongkat Kasih." Wu Jingji mulai menyerang dan memukul Serigala Merah tersebut.

Setelah beberapa saat, Wu Jingji akhirnya mengetahui bahwa Serigala merah tersebut baru saja menjadi seekor Hewan Buas Iblis 100 Tahun yang setara dengan level bela diri 40, pertukaran jurus pun kembali terjadi antara keduanya. Setelah beberapa menit Serigala Merah akhirnya tumbang karena terkena pukulan tongkat kayu di kepalanya dengan telak.

Setelah selesai dengan Serigala Merah tersebut, Wu Jingji pun segera melihat keadaan sekitarnya. Memastikan jika ada warga yang bisa bertahan hidup. Setelah berkeliling dan tidak melihat satu pun warga yang bertahan hidup di Desa Angin Putih tersebut. Wu Jingji hanya bisa menghela nafas pelan sampai ia mendengar sebuah suara yang swdikit familiar di telingganya.

Wu Jingji mendegar suara tangisan yang cukup keras dari seorang bayi manusia. Setelah beberapa saat ia mendengar suara tangisan bayi tersebut, Wu Jingji akhirnya mengatahui darimana suara tangisan bayi tersebut berasal.

Ia mendengar suara tangisan bayi manusia tersebut, berasal dari salah satu sumur yang terdapat di Desa Angin Putih tersebut. Ia pun segera berlari menuju sumur tersebut.

Akhirnya Wu Jingji melihat seorang bayi manusia berjenis kelamin laki-laki yang sedang menangis di ember di dalam sumur, ia pun segera menarik ember tersebut untuk mengeluarkan sang bayi dari sumur.

Melihat bayi yang menangis tersebut, membuat Wu Jingji merasakan ada penyesalan dalam hatinya. Ia menyesal karena terlambat dalam menyelamatkan warga Desa Angin Putih dari serangan Hewan Buas Iblis Serigala Merah tersebut.

Dan pada akhirnya Wu Jingji pun hanya bisa memasrahkan semuanya pada takdir, Wu Jingji pun segera menidurkan bayi laki-laki tersebut sebelum menguburkan para warga desa.

Setelah seharian Wu Jingji di Desa Angin Putih untuk menguburkan para warga Desa Angin Putih dengan layak agar tidak membusuk atau mengundang Hewan Buas datang ke tempat tersebut, ia juga tidak lupa mendoakan para warga desa yang tewas.

'Sepertinya kita memang berjodoh' Wu Jingji menatap bayi laki-laki dalam gendongannya yang sedang terlelap.

"Kalau begitu aku akan menamaimu Wu Bai."

◇◇◇

Setelah kejadian di Desa Angin Putih Wu Jingji melanjutkan kembali perjalanannya.

Seperti layaknya kehidupan para Biksu pada umumnya, Wu Jingji tidak pernah merasakan kenikmatan dunia karena sedari kecil ia selalu berada di kuil.

Jadi, dia selalu hidup dari pemberian warga desa atau orang-orang baik yang ia temui diperjalanan dan mereka mau membantunya dengan ikhlas, tanpa pamrih.

Di tengah jalan Wu Jingji juga sering berjumpa dengan para perampok yang selalu berbuat kejahatan.

Seperti pada sore hari ini ia mendengar suara teriakan wanita dan dentingan senjata-senjata tajam yang saling beradu satu sama lain.

Dari kejauhan ia bisa melihat sekawanan perampok sedang merampok rombongan pedagang, terlihat sekali pertarungan itu berat sebelah karena perbedaan level bela diri antara pengawal pedagang dengan perampok tersebut.

"Biksu Senior! Biksu Senior! Tolong! Tolong! Tolong! kami" Kata Wanita paruh baya, sekali lihat, wanita itu bisa dikatakan merupakan seorang pedagang kaya, karena pakaian dan aksesoris yang ia pakai terlihat mahal,.

Wu Jingji pun langsung menghampiri mereka. Setelah berada di dekat tempat tersebut.

"Aku menitip bayi ini kepadamu nyonya." Ucap Wu Jingji meyerahkan Wu Bai kepada wanita itu.

"Baiklah, terima kasih sudah mau menolong kami Biksu Senior." Ucap Wanita tersebut. "Kumohon kepadamu..."

Wu Jingji pun membalikkan badannya. Bersiap menghadapi para perampok tersebut.

"Hei, Biksu tua apa maksudmu menghalangi kami!?" Kata pimpinan para perampok tersebut dengan keras.

Sebenarnya ia merasakan tidak bisa mengalahkan Wu Jingji sehingga menghentikan pertarungannya melawan pengawal yang tadi dilawan olehnya, walaupun para pengawal itu sudah sekarat. Sehingga ia memilih untuk berhati-hati terhadap kehadiran dari Wu Jingji.

Walaupun Wu Jingji yang mereka lihat tidak lebih dari seorang biksu tua berotot, tapi mereka juga tidak bisa menilai sesuatu dari luarnya saja.

"Tuan, hentikanlah hal ini." Kata Wu Jingji dengan lembut, ia sama sekali tidak mau melukai manusia yang lain.

"Apakah kau berani melawan Perampok Beruang Hitam!?" Bentak Pimpinan Perampok tersebut semakin keras, mencoba mengintimidasi Wu Jingji.

"Aku tahu kalian memiliki alasan masing-masing melakukan perbuatan ini tapi janganlah menyakiti sesama manusia." Wu Jing tidak merasakan intimidasi, ia mulai menceramahi para perampok tersebut.

"Apa hakmu mengatur-atur aku!?" Suara pimpinan perampok itu semakin keras.

"Bagaimana kalau begini kita akan suit siapa yang menang bisa meminta apa saja dari yang kalah."

"Apa untungnya bagi kami semua!?"

"Semua akan beruntung pada waktunya."

"Baiklah kalau begitu jika itu adalah keinginanmu, kalau aku menang kau pergi dari sini."

"Aku akan mengeluarkan kertas."

Mereka pun suit.

Kertas melawan Batu.

"Baiklah, karena tuan sudah kalah saya meminta tuan-tuan semua untuk bertaubat."

"Omong kosong." Pimpinan perampok langsung menyerang Wu Jingji diikuti oleh para anak buahnya.

Biksu tua pun menghindari serangan-serangan dari para perampok Beruang Hitam dan memukul leher para perampok sampai pingsan.

"Terima kasih Biksu, karena telah menolong kami." Ucap perempuan yang berteriak tadi.

"Sama-sama, terima kasih sudah menjaga bayi ini." Melihat bayi mungil yang bernama Wu Bai tersebut.

"Kami yang harusnya berterima kasih Biksu, apa yang bisa kami lakukan untuk membalas bantuan dari Biksu Senior?"

"Bisakah kau memberikanku susu untuk bayi ini dan roti kering untukku?"

"Tentu saja Senior." Menyerahkan barang yang di minta oleh Wu Jingji.

"Kami pergi dulu, terima kasih atas bekalnya."

Setelah meninggalkan para rombongan pedagang, Wu Jingji akhirnya mempercepat langkahnya karena merasa di luar adalah tempat yang berbahaya bagi bayi kecil.

◇◇◇

Setelah beberapa hari Wu Jingji dan Wu Bai sampai ke Kuil Semangat Kebenaran.

Mereka di sambut oleh para Biksu Muda yang berjaga atau berjalan-jalan mengelilingi kuil yang bisa dibilang sebesar kota kecil tersebut.

Wu Jingji pun pergi ke sebuah Paviliun yang biasa disebut Paviliun Misi Suci. Tempat ini digunakan untuk mengambil atau melaporkan misi membasmi Hewan Buas Iblis atau menyebarluaskan ajaran sang Buddha.

"Selamat Pagi Saudara Long." Ucap Wu Jingji.

"Selamat Pagi, ada apa saudara Jingji pagi-pagi datang ke sini bukankah lebih baik beristirahat dahulu? sebelum melaporkan misi."

"Aku sedang buru-buru sekalian aku ingin mendaftarkan bayi ini sebagai anggota biksu di Kuil kita." Menunjukan bayi dalam gendongannya dan meletakkan Permata Iblis di atas meja.

"Bayi?" Mengerutkan dahinya. "Darimana Saudara mendapatkan bayi ini ?"

"Ceritanya panjang jadi, nanti saja ku ceritakan setelah urusan ini selesai."

"Baiklah." Mempercepat tugas yang dikerjakannya dan menambahkan poin kontribusi milik Wu Jingji.

Setelah puas bercerita tentang pengalaman masing-masing belakangan ini Wu Jingji membawa Wu Bai ke kediamannya yang berada dekat kuil Semangat Kebenaran.

'Aku akan menjadikan Wu Bai menjadi Biksu yang berbakti kepada sang Buddha dan Kuil.' Ucap Wu Jingji dalam hati.

Chap. 2 7 Tahun Kemudian

7 Tahun Kemudian.

Wu Jingji mengajari Wu Bai menjadi Biksu yang berguna bagi Manusia dan menyebarkan ajaran Sang Buddha.

Wu Bai banyak mempelajari tentang kehidupan menjadi seorang Biksu yang baik, mempelajari tentang Kitab Buddha, dan mempelajari tentang cara terlepas dari dunia tang fana.

Wu Jingji selalu menekankan kepada Wu Bai untuk membentuk kaarakter yang baik supaya menjadi biksu yang baik. Wu Jingji juga mengajari beberapa jurus dan tekhnik.

Wu Bai juga selalu berusaha untuk memenuhi keinginan dari gurunya, karena Wu Jingji adalah orang yang telah menyelamatkan dan merawatnya sejak bayi sampai sekarang ini.

Wu Jingji tidak pernah memaksa Wu Bai melakukan sesuatu, Wu Jingji hanya selalu berpesan selepas latihan.

"Jika kau tidak bisa menjadi yang terbaik, selalulah berikan yang terbaik."

Wu Bai selalu megulang dan mencamkan kata-kata tersebut dalam hatinya dan kepalanya, dan tidak akan pernah melupakannya sampai kapanpun itu.

Wu Jingji juga sering bercerita tentang bagaimana ia mendapati Wu Bai di masa lalu dan terkadang meminta maaf atas keterlambatannya untuk menyelamatkan Desa Angin Putih.

Tetapi Wu Bai selalu mengatakan kepada Wu Jingji untuk tidak menyesali hal itu yang berlalu biarkanlah berlalu tidak usah dipikirkan.

Wu Bai selalu mendoakan kedua orang tuanya yang tidak pernah ia temui di dunia ini dan berharap berjumpa di kehidupan selanjutnya.

Kehidupan Wu Bai di Kuil Semangat Kebenaran sangatlah sederhana hanya bisa memakan roti kering atau bubur setiap hari.

Benar-benar sangat jauh dari yang namanya kemewahan, tapi ia tidak mempermasalahkan hal itu karena dia sudah memutuskan menjadi seorang Biksu yang baik.

◇◇◇

Di siang hari yang cerah di Kuil Semangat Kebenaran Wu Bai sedang berlatih di depan kediaman Wu Jingji.

Melihat Wu Bai yang sedang latihan dengan keras Wu Jingji menunggu dan melihat bagaimana kekuatan yang dikeluarkan tekhnik dan jurus yang diajarkan olehnya.

Seusai latihan Wu Jingji segera memanggil Wu Bai.

"Bai'er, kemarilah!"

"Guru." Wu Bai memberi hormat.

Wu Jingji pun menceritakan mimpi yang datang tadi malam, Wu Jingji segera menceritakan tentang mimpinya mengenai Kuil Semangat Kebenaran yang rata dengan tanah dikarenakan serangan dari Aliansi Aliran Hitam.

"Guru, mimpi hanyalah bunga tidur tidak perlu pikirkan dan mimpi pasti tidak akan pernah terjadi." Ucap Wu Bai menenangkan Wu Jingji.

"Kuharap pun seperti itu." Wu Jingji mengeleng kepalanya pelan.

◇◇◇

Pada pagi hari di lapangan latihan Kuil Semangat Kebenaran, Wu Bai sedang berlatih.

"Bai'er, kemarilah ada yang ingin kubicarakan denganmu."

"Apa yang ingin Guru bicarakan denganku."

"Aku ingin mengajari Jurus Tongkat dan Tapak, pertama-tama ambillah sebuah tongkat kayu."

Setelah Wu Bai mengambil tongkat kayu, Wu Jingji segera mengajak Wu Bai ke suatu tempat bernama Air Terjun Phoenix.

Dinamakan Air Terjun Phoenix dikarenakan air terjun tersebut mempunyai air yang sangat panas, jarang ada Biksu yang berlatih di bawah air terjun karena mempunyai air yang sangat panas.

Walaupun begitu sebenarnya Air Terjun Phoenix sangat baik untuk latihan jurus-jurus silat.

Wu Jingji segera menyuruh Wu Bai untuk berada dibawah air terjun sampai batas yang dimilikinya.

Saat sudah mencapai batasnya selama beberapa menit Wu Bai keluar dari bawah air terjun.

"Bai'er, kemarilah." Ucap Wu Jingji.

"Baik Guru." Jawab Wu Bai.

Wu Jingji segera memeragakan Jurus Tongkat dan Tapak di depan Wu Bai, ia meragakannya dengan perlahan agar Wu Bai bisa menirunya.

"Jurus Pertama bernama Pukulan Tongkat Kasih."

Wu Jingji langsung memeragakan Jurus tersebut.

Setelah melihat Wu Jingji meragakannya, Wu Bai pun mencoba untuk meragakannya.

"Jurus Pertama, Tongkat Kasih."

Wu Jingji merasa terkejut karena melihat Jurus Pertama, Tongkat Kasih milik dari Wu Bai sudah mencapai Tingkat Penguasaan Wu Bai sudah bisa mengeluarkan 50% dari kekuatan jurus yang sebenarnya.

Tahap Dasar, yaitu Jurus yang dikeluarkan dengan kekuatan 0%-30% dari kekuatan sejati jurus.

Tahap Penguasaan, yaitu Jurus yang dikeluarkan dengan kekuatan 31%-50% dari kekuatan sejati jurus.

Tahap Mahir, yaitu Jurus yang dikeluarkan dengan kekuatan 51%-80% dari kekuatan sejati jurus.

Tahap Penyempurnaan, yaitu Jurus yang dikeluarkan dengan kekuatan 81%-99% dari kekuatan sejati jurus.

Sempurna, yaitu jurus yang dikeluarkan mengeluarkan seluruh kekuatan sejatinya.

'Bai'er memang sangat berbakat sekali lihat di sudah bisa mencapai tahap ini, aku merasa tidak pantas menjadi gurunya.' Wu Jingji merasa bangga dengan perkembangan Wu Bai.

Setelah Wu Bai beberapa kali memperagakan Jurus Pertama, Pukulan Tongkat Kasih dari Jurus Tongkat dan Tapak, ia menghampiri kembali Wu Jingji dan menanyakannpendapatnya.

"Guru, bagaimana dengan jurus yang baru saja aku keluarkan?" Tanya Wu Bai dengan penasaran.

Wu Jingji tersenyum canggung.

"Bai'er kau sangat berbakat, Sepertinya kau bisa melihat beberapa jurus dari Jurus Tongkat dan Tapak hari ini."

Wu Jingji pun memperagakan jurus-jurus yang ada di Jurus Tongkat dan Tapak secara berulang-ulang bila Wu Bai belum memahaminya.

Wu Jingji hanya bisa terus berdecak kagum dengan bakat dari murid satu-satunya, ia merasa bakat dari Wu Bai tidak bisa dibandingkan dengan bakat dirinya dan generasinya sekarang.

Wu Jingji sangat bersyukur karena memiliki murid yang berbakti dan berbakat seperti Wu Bai dan agak bingung karena ia tidak mempunyai kitab silat atau jurus-jurus yang bisa diturynkan kepada Wu Bai jika ia sudah besar nanti.

Terkadang juga Wu Jingji membujuk Wu Bai supaya ia mau berguru kepada Biksu yang lebih senior dan berbakat daripada dirinya.

Tapi Wu Bai selau menolak akan tawaran dari gurunya dan bersikeras akan terus menjadi murid dari Wu Jingji dari Kuil Semangat Kebenaran.

Ketika hari sudah sore Wu Jingji mengajak Wu Bai untuk kembali ke keduaman mereka untuk beristirahat agar bisa latihan lagi pada esok hari.

"Bai'er, mari kita pulang."

"Baik Guru."

Mereka pun pulang ke kediaman mereka dan Wu Bai lebih sering bertanya mengenai Jurus Tapak dan Tongkat.

Wu Jingji mengatakan Jurus Tapak dan Tongkat terdiri atas 10 jurus dan Wu Bai telah melihat 5 dari 10 Jurus tersebut.

Chap. 3 Rencana Aliansi Aliran Hitam

Bersamaan dengan murid lainnya. Wu Bai sedang latihan ilmu bela diri di depan Kuil, Wu Bai kecil dikenal kepribadian yang hangat dan jujur sehingga banyak orang yang percaya dan ingin berteman dengan dirinya.

Sedangkan Wu Jingji semakin lama semakin senang melihat Wu Bai sang Biksu Muda yang sangat berbakti dan berbakat sebagai seorang Biksu.

Wu Jingji dan Wu Bai sering berbicara satu sama lain tentang pengalaman masing-masing seperti Wu Jingji dengan misi-misi yang dilaksanakan dan membasmi Hewan Buas Iblis yang menggangu kehidupan damai para manusia dan menyebarkan ajaran kedamaiam.

Dan Wu Bai dengan perkembangan latihannya dan meminta petunjuk mengenai Jurus Tongkat dan Tapak, juga mengenai latihan sebagai seorang Biksu yang baik.

Keadaan antara pasangan guru dan murid itu tampak antara kakek dan cucunya yang terlihat sangat hangat.

Pada suatu malam di dekat kuil mereka sedang berjalan-jalan dan berbincang-bincang satu sama lain.

"Bai'er kau sudah sangat besar sekarang."

"Iya, Guru aku sudah sangat besar sekarang dan aku akan menjadi Biksu yang sangat baik dan berbakti."

"Kau sangat berbakat melebihi para biksu di generasi mu sekarang bagaimana jika kau berguru saja dengan biksu senior yang lebih hebat dari aku, aku merasa sangat tidak berkompeten mengajari Biksu berbakat sepertimu."

"Tidak, Guru adalah guruku yang sangat baik kepadaku bahkan kau yang merawat ku dari bayi aku ingin membalas semua kebaikanmu kepadaku, Guru." Ucap Wu Bai dan ingin memberikan hormat tetapi dihentikan oleh Wu Jingji.

Seketika itu Wu Jingji ingin menangis haru dan bangga karena memiliki murid yang sangat berbakti dan berbakat.

"Sudahlah, kau memang muridku yang sangat berbakti dan berbakat." Ucap Wu Jingji.

◇◇◇

Sementara di tempat lain tepatnya di Perguruan Pendekar Iblis, 3 dari pimpinan perguruan aliran hitam sedang mendiskusikan suatu informasi yang diberikan oleh orang yang sedang berada di hadapan mereka sekarang.

Mereka merasa informasi yang diberikan oleh orang yang di hadapan mereka sangat rahasia dan penting karena menyangkut tentang pusaka yang dapat menguncang dunia persilatan di Benua Pangea terutama Kekaisaran Bumi.

Orang yang berada dihadapan mereka mengatakan bahwa di Kuil Semangat Kebenaran terdapat Pusaka Tingkat Surga.

"Saudara, apa benar yang anda katakan bahwa ada Pusaka Tingkat Surga di Kuil Semangat Kebenaran ?" Tanya seorang pendekar yang memiliki tanduk di kepalanya.

"Tentu saja, apa keuntungan ku berbohong pada kalian bertiga ?" Menaikkan alisnya.

"Mungkin saja saudara mengambil keuntungan dari kami supaya menyerang Kuil Semangat Kebenaran, walaupun kuil itu setara dengan perguruan tingkat menengah, dan seharusnya mereka menjadi salah satu perguruan terkuat dari aliran putih dengan tingkat pusaka yang tinggi tersebut." Ketus seorang yang wanita yang berkulit hitam.

"Apa maksudmu? aku mengambil keuntungan dari kalian bertiga?" Tanya pria muda bertpeng tersebut dan mengeluarkan aura pembunuh miliknya dan aura kekuatannya. "Aku bisa meratakan seluruh Kuil itu dan membunuh kalian bertiga dengan mudah, pikirkan saja baik-baik penawaranku aku akan membantu kalian saat menyerang mereka."

Mereka bertiga merasakan perbedaan level yang sangat jauh antara mereka dan pria muda bertopeng tersebut, terlebih lagi level kekuatan yang dikeluarkan oleh pemuda sangat tinggi, dan dapat dihitung dengan jari yang bisa menandingginya di dunia persilatan Kekaisaran Bumi.

"Baiklah senior kami akan mendiskusikannya terlebih dahulu karena ini akan memicu pertarungan terbuka antara aliran hitam dan putih, juga menyangkut Pusaka Tingkat Surga."

Mereka bertiga pun memulai diskusinya di ruangan yang lain.

"Sepertinya ada sesuatu yang salah dengan permintaannya." Ucap pria bertanduk.

"Karena itu kita harus sangat berhati-hati apalagi dia memiliki level kekuatan yang sangat sulit diukur."

"Sepertinya dia memiliki kekuatan di level 80-an akhir." Ucap pria bertanduk.

"Jadi, apakah kita harus mengirim pendekar dari perguruan masing-masing?" Tanya seorang pria pimpinan Perguruan Petir Hitam yang dari tadi diam.

"Terlebih lagi kita tak memiliki gambaran Pusaka Tingkat Surga yang melegenda."

"Betul, tapi karena ini menyangkut Pusaka Tingkat Surga sepertinya kita harus mengirimkan pasukan sebelum perguruan lain mengambil Pusaka Tingkat Surga yang terdapat di Kuil Semangat Kebenaran." Ucap perempuan berkulit hitam.

"Aku mengirim pasukanku." Ucap pria bertanduk.

"Aku juga." Ucap perempuan berkulit hitam.

"Baiklah, kita bertiga sudah setuju mengirimkan pasukan." Ucap pria pimpinan Perguruan Petir Hitam.

Setelah beberapa lama 3 pimpinan berdiskusi akhirnya mereka kembali keruangan sang pemuda bertopeng dan membuka suara.

"Kami setuju akan menyerang Kuil Semangat Kebenaran tapi Senior harus membantu kami di garis depan." Ucap perempuan berkulit hitam.

"Ya, Fraksi Pendekar Iblis, Kelompok Sihir Kegelapan, dan Perguruan Petir Hitam akan mengirimkan pasukan." Ucap pria bertanduk.

Setelah membuat kesepakatan, mereka langsung kembali ke perguruan masing-masing untuk mempersiapkan pasukan mereka.

Sedangkan sang pemuda tetap menunggu mereka di ruangan tersebut.

◇◇◇

Keesokan paginya, di Kuil Semangat Kebenaran terlihat Wu Jingji dan Wu Bai sedang berlatih di bawah teriknya sinar matahari siang.

Sesekali Wu Jingji akan memberikan pengarahan kepada Wu Bai dalam jurus tongkat dan tapaknya, walaupun belum memiliki tenaga dalam tampak bahwa jurus yang dilakukan oleh Wu Bai sangat kuat.

Tiba-tiba suara lonceng terdengar keras dari depan kuil.

"Musuh... musuh.... musuh.... datang.. ." Teriak seorang biksu yang membunyikan lonceng.

"Guru, siapa yang berani menyerang Kuil Semangat Kebenaran ?" Tanya Wu Bai

"Ini pasti sesuatu yang sangat berbahaya Bai'er kau harus sembunyi biarkan aku dan para Biksu Senior lainnya yang mengurus ini."

"Tapi, aku adalah salah satu bagian dari Kuil aku harus membantu Guru dan para Biksu Senior lainnya."

"Tidak, kau harus sembunyi." Wu Jingji memukul leher Wu Bai untuk membuatnya pingsan.

Wu Jingji pun membawa Wu Bai ke persembunyian di kediaman mereka, sebenarnya Wu Jingji sudah lama dihantui oleh mimpi yang diceritakannya kepada muridnya hari itu yaitu, tentang hari hancurnya Kuil Semangat Kebenaran tapi ia tidak memberitahukan kepada Mahaguru, karena berpikir mimpinya itu hanyalah sebuah Bunga Mimpi yang tidak akan pernah terjadi.

Tapi karena itu, makanya ia pun membuat tempat persembunyian di bawah kediamannya untuk situasi seperti ini.

Wu Jingji pun langsung menggunakan jurus meringankan tubuhnya menuju medan pertempuran.

Bunyi terus berbunyi dan besahut-sahutan memberitahukan ada kelompok yang menyerang.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!